Tujuh Belas

2.8K 265 3
                                    


Typo*



Setelah acara makan bersama mereka, kini ketiga curut prikk itu tengah merebahkan tubuh mereka.

Kalok habis makan tuh, enaknya langsung rebahan. Masalah negara, pikir di akhir aja.
(Canda negara...) (⁠•⁠ ⁠▽⁠ ⁠•⁠;⁠)

Xavier sendiri saat ini sedang membaca buku komik milik Pandu. Ternyata bagus juga nikmatin masa muda. Enggak kayak yang sebelum-sebelumnya, mikirin drama perbantengan.

Xavier asik sendiri dengan dunianya, begitu pula dengan tiga curut prikk itu.

Tut...

Ohh wow.... Dari mana datangnya suara yang sungguh sekseeh ini? Nadanya terdengar merdu sekali.

"Anak anj! Lo kentut ya?!." Teriak Pandu menutup hidungnya.

Lihatlah. Matanya bahkan sampai ingin keluar melihat Bian yang cengo-cengo kek babi gak punya salah.

"Enggak. Gua gak kentut ye syalan!. Apaan nuduh-nuduh? Gak jelas banget." Sanggah Bian tak terima.

Ngapain nuduh-nuduh begitu? Dasar gak jelas!. Ini pitnah namanya. Pitnah!

"Gak usah boong Lo babi! Anj, bau banget bangke!." Pandu kembali menuduh Bian.

"Anj gua kagak kentut bego'! Noh tanya si Haikal. Biasa yang beginian, itu ulahnya si kampret durjana." Bian menaikkan satu Oktaf nadanya, sambil menunjuk arah tempat Haikal rebahan.

Haikal? Anak itu sudah hilang dari beberapa detik yang lalu.

Pandu menggeram marah. Kenapa anak itu tidak bisa bertanggung jawab? Singgah cuma buat bencana doang. Abis itu pergi kayak gak ada kejelasan. Kan syalan temen yang modelan begitu.

"Wah.... Si anak babi. HAIKAL...! Gua santet Lo anj. Gua santet Lo bangsat! Liat aja Lo. Nama Lo gua selipin di buku det not gua. Pokoknya Lo harus di santet malem ini. Lo harus di santet babi!." Pandu berteriak tidak karuan dengan wajah yang sudah memerah menahan marah.

Dia berjalan pada pintu toilet yang sudah di yakini kalau Haikal sedang berada di dalam sana.

Brak

Brak

Pandu menggedor pintu toilet dengan sangat brutal. Ini adalah dendam yang harus terbalaskan. Pokoknya harus!

"Sorry Pan. Gua gak sengaja anj. Maapin gua coq. Gua salah." Timpal Haikal yang bersembunyi di dalam toilet.

Kalok cucu dukun udah bilang santet menyantet, siapa yang gak bakal ketar ketir coba?.

Jantung Haikal sudah berdisco tidak karuan sekarang. Yang salah disini itu, pantat syalan nya. Gak bisa banget buat di kompromiin.

"Enggak! Keluar Lo bangsat. KELUAR!." Pandu kali ini, mungkin benar-benar marah. Lihatlah, bagaimana brutal nya pandu menggedor pintu toilet itu.

"Anj. Maap Pan... Huwa..... Gak mau! Pokoknya gua gak mau! Gua minta maap anj. Gua salah, jadi maapin gua." Haikal terus menahan pintu toilet itu dengan kekuatan miliknya.

Jangan sampai Pandu menangkapnya. Bisa mati beneran dia nanti.

"Jangan di maapin Pan. Langsung santet aja." Sahut Bian dengan tawa nya.

"Bian babi! Moncong Lo gak ngebantu bangsat." Meskipun terdengar samar, tapi tetap saja masih bisa di dengar.

"Hahaha.... Mampus Lo Kal. Kali ini cucu dukun akan beraksi." Bian kembali tertawa.

Transmigrasi : AGAIN?! {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang