Sepuluh

3.7K 341 5
                                    


Typo*



Xavier tanpa aba aba, ia melemparkan sesuatu berukuran kecil pada mereka, dan-

Booom

Suara ledakan terdengar keras diiringi oleh terpelanting nya mobil hitam itu dengan kencang.

Mobil itu menggelinding bahkan sampai terangkat seperti terkena ranjau.

Hancur. Kata itu adalah kata yang pas untuk mendeskripsikan keadaan mobil itu.

Xavier tersenyum kecil. Ternyata bahan peledak buatannya berfungsi dengan baik.

Tadi malam, saat menginstal ulang leptopnya, ia dengan telaten merakit bahan peledak berukuran mikro.

Tidak semuanya dapat di selesaikan, tapi untuk menguji keefektifan ledakannya, Xavier merakit beberapa.

Balik pada keadaan sekarang.

Xavier menghentikan laju motornya jauh dari TKP. Ia dapat melihat beberapa kendaraan berhenti di sana hanya sekedar melihat.

Puing puing mobil itu berserakan diikuti beberapa bagian tubuh yang tak utuh.

Darah berceceran di mana-mana. Xavier yakin didalam mobil itu ada 2 atau lebih orang di dalamnya. Makanya bau anyir darah yang terbakar, dapat tercium dengan baik di Indranya.

Beberapa dari mereka mungkin sudah menghubungi pihak kepolisian untuk investigasi ataupun memanggil ambulance untuk memungut potongan potongan tak berbentuk itu.

"Tubuh ini milik gue. Jadi siapapun dan dari manapun kalian, gue gak bakal tinggal diam kalok kalian ngusik ketenangan hidup gue." Monolog Xavier dengan menatap TKP tajam.

'gue gak bakal mudah kalian tanganin. Karena gue Xavier yang berbeda dari Xavier Tolol itu.' hardiknya menatap rendah mereka.

Xavier kembali menyalakan mesin motornya dan beralih menancap gas kencang.

Di sisi lain, di kediaman Adinata juga tak kalah heboh.

Setelah beberapa saat Tasya mulai tenang, suara debuman kencang terdengar dari arah luar Mension.

Mereka semua terkejut bahkan tuan Roy sekalipun.

Apakah ada yang menyerang kediamannya? Jika memang benar iya, mereka terlalu berani untuk itu.

Kemal yang pada dasarnya mempunyai riwayat penyakit, mungkin karena keterkejutan secara tiba-tiba. Asmanya kambuh.

Mereka belum sepenuhnya tersadar dari keterkejutan mereka. Kemal yang asmanya tak bisa ia kontrol lagi, tumbang dalam seketika.

Robi yang melihat kemal terjatuh secara tiba-tiba, di buat kelimpungan saat melihat kemal dengan nafas tersengal-sengal sambil menekan dadanya kuat.

Levin juga melihatnya. Acara terkejut mereka berubah menjadi perasaan panik yang ketara.

"Vin, hubungin adeknya. Gua yakin di gak jauh dari sini." Titah Robi pada Levin yang terlihat panik.

Robi berusaha tetap membuat kemal sadar. Ia juga tidak tau harus berbuat apa.

"Kem, Lo denger gua kan?! Lo bawa inhaler Lo kan?." Tasya Robi pada kemal.

Ia masih berusaha mengambil perhatian kemal dari rasa sakitnya.

Kemal mengangguk patah.

"Dimana?." Tanya nya lagi.

"Hah...hah..t..a..hah...s." jawab kemal.

Transmigrasi : AGAIN?! {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang