OD || 03 - Janin Siapa?

545 73 5
                                    

57 hari, setelah perceraian.

Sakura tercengang. Barusan, dia menerima sebuah gosip yang menyebar di rumah sakit tempatnya bertugas. Sahabatnya, Hinata, beberapa menit lalu memeriksakan diri sebab merasa kurang sehat. Tapi hasil pemeriksaan menyatakan wanita itu hamil tiga pekan.

Bukan itu masalahnya. Jika saja hari ini bukan jadwal Naruto dan Hinata mengambil hasil tes kesehatan reproduksi si lelaki, mungkin Sakura tak pernah merasa securiga ini. Nama Uzumaki Naruto, di selembar kertas hasil pemeriksaan, dinyatakan mengalami kemajiran. Kemudian Ino, yang pertama memberi tahu Sakura tentang kehamilan Hinata, memasang wajah heran saat menghadap Sakura.

"Sakura, menurutmu, Hinata bermain dengan pria lain?" tanya Ino. Dia dengan setelan perawatnya penasaran dengan jawaban Sakura. Ino bertanya hal yang sama setengah jam lalu, sebelum jam makan siang.

"Bukan itu masalahnya. Aku tak percaya Naruto mandul."

"Sebenarnya aku juga. Tapi, aku pernah melihat seorang pria masuk ke rumah Naruto."

"Mungkin itu tamu? Berapa lama pria itu di sana?"

Ino menggeleng. "Aku tak tahu. Waktu itu hanya kebetulan lewat di depan rumah mereka. Tapi syukurlah sekarang mereka berdua bisa diajak kompromi untuk diam terlebih dahulu sampai pihak kita menemukan ada tidaknya kesalahan itu."

Iris hijau Sakura teralihkan. Dia menatap pada seorang perempuan berdada besar berambut cokelat. Sakura lantas bangkit berdiri dan menghampirinya. Dia tak mengindahkan teriakan Ino di meja makan kantin.

"Ameno-Sensei, bagaimana?"

Yang ditanyai menggeleng lemah, "Kami belum menemukan letak kesalahannya. Semoga saja ini tak menjadi masalah serius."

"Bagaimana dengan Naru—maksudku, pasangan Uzumaki?"

"Mereka bersikeras melakukan pemeriksaan ulang. Pihak suami berkata bahwa dia tak percaya dengan hasil pemeriksaan."

"Kenapa tidak dilakukan sekarang?"

Ameno membuang napas, "Tidak memenuhi syarat. Pasien mengaku semalam sudah ejakulasi, dan dia harus menahan diri tiga hari sampai bisa melakukan pemeriksaan ulang."

Sakura jadi ikut membuang napas pelan. Dia menepuk pundak wanita bernama Ameno itu, yang merupakan spesialis andrologi, kemudian ia berujar sesuatu.

"Tenanglah, Ameno-Sensei. Aku memang tak bisa membantu banyak, tapi akan kucoba meminta mereka menunggu di rumah. Rumah sakit ini kekurangan tenaga medis, aku khawatir pasien lain akan tertunda penanganannya jika banyak staf yang membantu memeriksa protes hasil pemeriksaan lab itu."

"Jika saja Uzumaki Naruto bukan termasuk donatur tetap rumah sakit ini ...."

Sakura sekali lagi menepuk bahu rekan kerjanya. Dia tersenyum guna menenangkan. Diliriknya jam di pergelangan tangan kanan, kemudian ia berlalu dari sana. Sambil berjalan menuju loker, Sakura menghubungi Ino untuk pamit pulang. Hari ini jam kerjanya usai pada waktu makan siang.

Langkah Sakura berhenti di lobi pendaftaran pasien. Dia mengedar pandangan mencari keberadaan Naruto atau Hinata. Lalu saat dia menemukannya, Sakura segera menghampiri.

"Hinata, Naruto!"

"Sakura-chan!" Naruto buru-buru berdiri.

Tubuh tegapnya segera menghadap Sakura. Sedikit menunduk lantas memegang erat kedua bahu gadis itu. Naruto memasang wajah frustasinya menatap si dokter.

"Sakura-chan! Tolong periksa aku lagi! Aku tahu hasil itu pasti salah! Lakukan sesuatu! Aku tak ingin keluargaku mendengar bahwa Hinata bukan mengandung darah dagingku!" tutur Naruto, cukup panik.

One Day [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang