OD || 04 - Kata yang Sulit

586 70 10
                                    

"Jadi ..," seorang pria berambut panjang yang dikuncir tepat di belakang kepala baru saja menyalakan korek apinya. " ... kau kabur dari rumah setelah dituduh menghamili Hinata?"

Sasuke meraih gelas birnya. Tak menjawab pertanyaan Shikamaru yang jelas-jelas sudah dia jabarkan sejak kedatangannya. Belakangan, setelah hari pengakuan Sakura di depan teman-teman soal kesudahan pernikahannya, para suami sering berkumpul diam-diam. Walau itu kebanyakan tanpa sengaja. Tadi Sasuke hanya kebetulan melihat Shikamaru ada di salah satu kedai makan di kawasan Shinjuku.

"Dua porsi gyoza dan satu tempura tanpa nasi."

Shikamaru mengucap terima kasih pada pemilik kedai. Dari semua yang ada di gang izakaya ini, Shikamaru lebih sering mampir ke sini saat sedang suntuk dan butuh waktu sendirian. Tadi dia yang melambai pada Sasuke dan mengajaknya bergabung.

"Katamu Naruto mandul. Kurasa itu meragukan."

"Dan Sakura bersikeras menuduhku main belakang dengan istri Naruto."

Shikamaru tertawa kikuk sambil mencomot tempuranya, urung mengisap rokok yang sudah menyala. "Begitulah wanita. Sukar dimengerti. Tebak apa yang terjadi padaku dengan Temari malam ini."

"Kau berjudi, ketahuan istrimu."

"Bodoh! Aku berhenti berjudi lewat sogi sejak SMA!" Shikamaru menelan makanannya. "Tentu saja karena kehamilannya itu sedikit membuatku repot saat sikapnya tiba-tiba berubah. Dia bilang mengidam tak ingin melihat wajahku sampai besok malam."

Sasuke melirik pada Shikamaru. Dia tak sepenuhnya percaya dengan jawaban yang tadi. Hiruk-pikuk lingkungan sekitar sempat membisukan keduanya. Dua tiga kali Sasuke memakan gyoza dengan santai. Shikamaru sedang sibuk menghabiskan makanan miliknya. Pada saat itu Sasuke bahkan telah memesan birnya yang kedua. Tiba-tiba Shikamaru menghentikan kunyahan. Dia menoleh ke sisi kiri Sasuke.

"Sai datang," katanya. "Mungkin dia ahli memberi saran."

"Jangan katakan apa-apa! Sekali mulutnya bocor, maka ledakan bisa terjadi."

Shikamaru berbahak mendengar sindiran Sasuke. Walau pria Uchiha itu berucap dengan nada kesal, bagi Shikamaru itu adalah hiburan yang teramat langka. Sai sungguh menghampiri mereka. Pria berkulit putih pucat berambut hitam itu duduk di kiri Sasuke. Memesan beberapa menu makanan dan segelas bir.

"Biar kutebak, Sasuke sedang frustasi dan dia ditemukan Shikamaru," kata Sai.

"Salah," jawab Shikamaru.

"Sungguh? Yah, walau memang aku jarang melihat Shikamaru duduk sendirian di izakaya seperti ini."

Sasuke memberi komentar, "Setuju, setidaknya sebelum dia menikahi kakak Gaara."

"Menikah dengan singa betina memang sering membuat stres."

"Sialan kau, Sai!" maki Shikamaru, cukup dibuat kesal. "Tapi tebakan kalian benar. Aku memang jadi sering ke sini sejak istriku mengandung."

"Jika Shikamaru menikahi singa betina, kau menikahi rubah betina?"

Sai bukannya tersinggung dan langsung membela sang istri, dia justru menatap takjub pada Sasuke. Terheran-heran, sejak kapan si lelaki Uchiha di sampingnya pandai menghina orang.

"Dari caramu bicara, sepertinya yang sedang dilanda masalah adalah dirimu, Sasuke."

"Berisik!"

"Apa Sakura benar-benar menceraikanmu?"

Jika saja Sasuke menyahut, maka suara Sai tak akan pernah berhenti sampai sana. Dia punya banyak berbagai pertanyaan dalam benaknya. Terutama seputar hubungan Sasuke dan Sakura yang hakiki. Walau hampir semua pria yang hadir di restoran malam itu telah mendengar langsung dari Sasuke tentang kebenaran perceraiannya, hanya segelintir orang yang percaya, termasuk Shikamaru.

One Day [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang