***
Cukup lama krist melawan orang-orang yang membawa singto, kini krist berhasil mengalahkan mereka semua dengan tangan kosong bahkan sendirian."Apa kamu baik-baik saja?" Tanya krist kepada singto.
Singto hanya menganggukkan kepalanya, ia melihat dengan jelas krist melawan semuanya sendiri.
"Ayo pergi" ucap krist sembari menggendong singto membawanya keluar dari gubuk kecil tempat anak buah rudi menyekap singto.
Singto menangis sambil memeluk krist, dia sangat takut tadi, mungkin lebih takut dengan orang-orang itu di banding dengan krist sekarang.
"Kamu aman sekarang, jangan menangis" ucap krist sembari memasukan singto ke dalam mobilnya.
Singto masih menangis sesegukan, krist menghapus air mata singto kemudian menjalankan mobilnya pergi dari sana.
***
Di tempat lain saat ini, arthit dan Kongpob tersadar dari pingsan mereka karna air hujan turun yang begitu deras membasahi tubuh mereka."Arthit, kita dimana?" Tanya Kongpob.
"Di dalam hutan, tuan. Aku terpaksa membawa tuan kesini karna tadi anak buah rudi mengejar kita" ucap arthit.
"Apa tuan baik-baik saja?" Tanya Arthit.
"Ya, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan mu?" Ucap Kongpob.
"Aku juga, tubuh ku hanya sedikit sakit karna kita terguling ke aspal tadi" ucap arthit.
"Ayo pergi, cari tempat berteduh" ucap Kongpob.
Keduanya berjalan tak tentu arah, karna keadaan hutan sangat gelap membuat mereka bingung harus kemana.
Arthit meraba saku celananya mengambil ponselnya, ia mencoba untuk menghidupkan sentarnya dan itu berhasil.
Cukup lama mereka berjalan akhirnya arthit dan Kongpob menemukan pondok kecil di tengah-tengah hutan, di dalam pondok juga ada korek api, mungkin itu bekas orang yang pernah berteduh di pondok itu.
Arthit mengumpulkan ranting kecil di dalam pondok dan mulai membuat api disana setelah apinya menyala ponsel arthit langsung mati kehabisan batrai.
"Apa tuan kedinginan?" Tanya Arthit.
Kongpob hanya menganggukkan kepalanya, hujan yang begitu deras di tambah bajunya yang basah membuat dia merasa sangat kedinginan sekarang.
"Buka baju tuan" ucap arthit sembari membuka bajunya sendiri.
"K-kenapa?" Ucap Kongpob.
"Lebih baik tak memakai baju dari pada memakai baju basah, itu akan membuat Kita semakin kedinginan" ucap arthit.
Arthit mendekatkan baju mereka ke dekat api yang sebentar lagi akan mati karna kehabisan kayu, lagi pula dengan keadaan hujan deras bagaimana arthit bisa mencari kayu kering.
Kongpob menggigil kedinginan, mungkin karna keadaan tubuhnya yang kurang sehat membuatnya terasa lemas sekarang, arthit memberanikan diri menggenggam tangan Kongpob dan meniupnya memberikan nafas hangatnya.
Arthit juga mendekatkan tubuhnya, Kongpob langsung menyandarkan tubuhnya di dada arthit, dia sangat butuh kehangatan sekarang.
Arthit melingkarkan tangannya di pinggang Kongpob melakukan skin to skin berharap keduanya mendapatkan kehangatan.
Jantung Arthit dan Kongpob berdetak kencang, mereka sedekat itu sekarang bahkan tubuh keduanya menyatu, Kongpob memeluk Arthit dengan sangat erat.
Hembusan nafas hangat Kongpob sangat terasa di dada arthit. Tangan kanan arthit masih menggenggam tangan Kongpob dan masih meniupnya sejak tadi.
*Cup... Tiba-tiba Arthit mencium tangan Kongpob yang sedari tadi di genggamnya, entahlah ia tak tahu kenapa, tiba-tiba rasa ingin mencium tangan Kongpob datang begitu saja.
Kongpob menatap wajah arthit saat merasakan tangannya di cium, keduanya saling menatap dalam diam, apa yang terjadi sekarang. Mungkin iya mereka sama-sama butuh kehangatan, hembusan nafas hangat keduanya saling bertautan, entah siapa yang memulai namun yang pasti bibir keduanya sudah bertemu sekarang.
Saling melumat dengan penuh kelembutan menikmati bibir masing-masing, tangan Kongpob yang tadinya di genggam oleh arthit kini sudah melingkar indah di leher Arthit sedangkan tangan Arthit mengusap punggung Kongpob dengan sensual membuat Kongpob merasakan panas. Arthit merengkuh pinggang Kongpob, mengangkat Kongpob agar duduk di pangkuannya, ciuman keduanya semakin dalam sekarang, saling berbagi kehangatan dengan bersilat lidah.
Cukup lama menyesap bibir Kongpob, kini arthit memindahkan ciumannya ke leher Kongpob, menjelajahi setiap inci leher Kongpob tanpa ada yang tertinggal, jari-jari arthit memilin puting Kongpob, setelah itu jarinya di gantikan oleh bibir arthit.
"Aarghh... Arthit..." Lirih Kongpob saat lidah arthit memberikan kenikmatan untuknya.
Tangan Kongpob membuka reksleting celana Arthit dan mengeluarkan penis arthit yang sudah menegang sempurna.
"Biar aku memberikan kehangatan untuk mu" ucap Kongpob sembari berjongkok di bawah arthit.
Kongpob mengulum penis arthit, benar... Rasanya sangat hangat sekarang membuat arthit memejamkan matanya, kong menghisap penis arthit selayaknya mengisap permen.
"Ahh... Tuan... Berhenti" ucap arthit sembari mencengkram rambut Kongpob, membuat Kongpob berhenti.
Arthit merebahkan Kongpob di kursi kayu kemudian membuka kakinya dengan lebar, ia mengocok penis Kongpob sedangkan wajahnya ia benamkan di pantat Kongpob, menjilatnya dengan penuh nafsu sembari mempersiapkan lubang tersebut.
Cukup lama arthit menyiapkan lubang Kongpob, kini ia menyudahi kegiatannya dan mulai melakukan penyatuan.
Keduanya saling menatap, entah apa yang mereka pikirkan sekarang, setiap inci penis arthit mulai tenggelam di dalam lubang Kongpob, rasa sakit di tubuh mereka akibat terpental ke jalanan sudah tak mereka rasakan lagi sekarang berganti dengan rasa nikmat yang luar biasa.
Bukankah Kongpob dan Arthit sudah pernah melakukannya? Namun sekarang Kongpob bisa merasakan setiap inci penis arthit dengan jelas begitu juga dengan Arthit yang kini menikmati kegiatannya.
Dia sadar betul jika dia sedang menyetubuhi Kongpob sekarang, membuat majikannya sendiri mendesahkan namanya, beruntung mereka sedang berada di tengah hutan dan sekarang hujan turun begitu deras jadi walau sekencang apapun Kongpob mendesah tak akan ada yang mendengar.
Desahan dan geraman bersatu mengalun indah di sekitar pondok itu, arthit dan Kongpob beradu bibir hingga membuat desahan mereka tertahan, tangan Arthit mengocok penis Kongpob sehingga membuat Kongpob menggelinjang nikmat.
Kongpob hampir keluar sekarang, ia memeluk Arthit semakin kuat dan menghisap bibir arthit semakin kencang. Arthit semakin mempercepat hentakannya dalam hentakan ketiga arthit dan Kongpob mengeluarkan cairan mereka bersamaan.
Rasa dingin karna hujan yang turun begitu deras sudah tak terasa lagi oleh mereka berganti dengan rasa panas, bahkan keduanya berkeringat bekas permainan mereka tadi.
"Tuan sangat sempit" bisik arthit di dekat bibir Kongpob.
Wajah Kongpob memerah mendengarnya, sejak kapan arthit pandai bicara mesum seperti itu?
"Beranjak dari atas tubuh ku!" Ucap Kongpob, karna sejak tadi arthit masih di posisinya tanpa berniat untuk untuk melepas penyatuan mereka.
"Belum, tuan. Rasanya sangat hangat di dalam lubang tuan" ucap arthit.
"Arthit!!" Ucap Kongpob, entah kenapa dia malu sendiri mendengarnya.
Tiba-tiba Arthit menggerakan pinggangnya lagi menggenjot lubang Kongpob sehingga membuat Kongpob terkejut.
"Milik ku mengeras lagi, tuan" ucap arthit.
"Aarrghh... Arthit! Beri aku istirahat sebentar!!" Ucap Kongpob namun arthit tak memperdulikan itu dan kembali menggenjot lubang Kongpob dengan kuat dan cepat.
Tbc..
Bjirrr, sepi banget nih story, engga bukan sepi, jumlah viewsnya normal tapi kebanyakan silent readers 😀 kalo ngga suka mending gausah di buka biar jumlah views sama votenya imbang😡!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pewaris Tahta ✓
Short StoryTentang cinta segi tiga antara kongpob, krist dan singto. Dua kakak beradik yang semula akur menjadi bertengkar hanya karna satu pria. Kong merasa di khianati oleh adiknya sendiri, adik yang di sayanginya bahkan di lindunginya lebih dari ia menjaga...