Part 1

1.4K 101 52
                                    

Kongpob menatap penampilannya sekali lagi, membenahi posisi dasinya agar tak miring kemudian berjalan keluar dari kamarnya dengan wajah datarnya.

Di ruang tamu sudah ada dua orang yang menunggu dirinya. Orang kepercayaan papanya dan adiknya.

"Kenapa tak menggunakan jas?" Tanya kongpob datar pada adiknya.

"Aku tak nyaman menggunakan itu phi" lirih singto.

"Kita hampir terlambat, tuan" ucap jay, orang yang bersama singto sekaligus orang kepercayaan papa mereka.

Sang sopir membukakan pintu mobil untuk majikannya, singto duduk di depan samping sopir sedangkan kongpob di belakang bersama jay.

30 menit kemudian akhirnya mereka tiba di sebuah gedung mewah, ketiganya berjalan masuk ke dalam, banyak para bodyguard menunduk hormat saat melihat kedatangan mereka bertiga, di sana juga sudah banyak para tamu undangan yang menunggu, semua memakai pakaian formal dan rapi kecuali singto yang hanya menggunakan kaos biasa.

Singto duduk di salah satu kursi bersama dengan beberapa orang penting di sana, penampilannya sangat menonjol sekarang bahkan beberapa orang menatap sinis ke arah dirinya namun singto tak memperdulikan itu.

"Berdirinya saya di sini ingin menyampaikan surat wasiat yang sudah di buat oleh tuan edward sebelum ia meninggal, dengan di hadiri para tamu undangan sekalian sebagai bukti jika saya membacakan amanat ini dengan baik tanpa ada kecurangan sedikit pun. Di samping saya ada dua hakim hukum sebagai bukti yang kuat juga"

"Tuan kongpob suthiluck dan tuan singto prachaya, sejujurnya saya belum tahu juga dengan isi wasiat ini. Hari ini detik ini tepat 100 hari papa kalian meninggal, saya baru boleh membukanya. Jadi tolong jika ada yang tak sesuai dengan harapan kalian, jangan marah kepada saya" ucap jay.

Singto dan kongpob mengangguk mengerti. Kenapa nama belakang mereka berbeda? Karna kongpob dan singto memang mempunyai ibu yang berbeda, walau begitu kongpob tetap menyayangi adiknya begitu juga dengan singto yang sangat menyayangi kakaknya itu.

Jay mulai membuka amplop besar yang di pegangnya kemudian membaca isinya dengan di lihat juga oleh dua hakim hukum di samping jay.

Setelah membaca isi surat itu, jay melihat ada kaset video di dalam amplop itu.

"Ternyata wasiatnya di bentuk ke dalam video" ucap jay.

Jay memberikan kaset itu kepada seseorang.

Beberapa detik kemudian video di putar.

"Uhukk.. uhukk... Kongpob, singto... Papa tak akan berbicara banyak di sini"

"Papa tahu walau papa seorang papa yang brengsek tapi kalian berdua sangat menyayangi papa, papa tahu walau ibu kalian berbeda kalian berdua tetap saling menyayangi dan papa harap setelah kalian mendengar ini kalian masih tetap saling menyayangi"

"Papa persingkat, seluruh perusahaan papa dari perusahaan utama hingga perusahaan cabang yang ada di luar negri dan kota papa berikan kepada kongpob semuanya dan beberapa bisnis yang saat ini kita jalani kongpob yang mengambil alih semua kecuali satu butik besar di dekat mansion itu bagian singto" ucap tuan edward.

Kongpob terkejut mendengarnya kemudian menatap singto di sampingnya. Itu benar-benar tak adil bukan?

"Kongpob, jangan senang dulu... Itu ada syaratnya, kamu harus menjaga adik mu hingga dia menikah, kamu harus benar-benar selektif memilih calon suami atau istri untuknya, itu tanggung jawab besar kong. Jika jay mendengar singto terluka maka semua yang menjadi milik mu sekarang akan di ambil alih oleh jay hingga kamu benar-benar mampu menjaga adik mu nanti" ucap tuan edward.

Setelah itu tuan edward mematikan videonya dan Banyak para tamu undangan bertepuk tangan mendengar hal itu, begitu juga dengan singto yang ikut bertepuk tangan dan tersenyum manis seperti tak merasa iri sedikit pun kepada kakaknya.

Jay menyampaikan beberapa kata memperjelas ucapan tuan edward di video itu kemudian memanggil kongpob agar menghampiri dirinya.

Kongpob mulai berbicara menyampaikan beberapa kata, singto menatap kongpob benar-benar terlihat dewasa, tampan, gagah dan juga pintar jadi menurutnya wajar jika kongpob mengambil alih semua harta yang di miliki papanya.

"Tuan singto prachaya, silakan naik ke atas panggung" ucap jay, setelah kongpob selesai berbicara

Singto beranjak dari tempatnya dan berjalan menghampiri jay dan kakaknya.

"Sepertinya ini akan menjadi hari yang sakral juga untuk tuan kongpob, karna hari ini tuan kongpob dan kekasihnya akan melangsungkan pertunangan" ucap jay.

"Silahkan naik ke atas panggung tuan krist perawat" ucap jay.

Seorang pria tampan dewasa naik ke atas panggung kemudian berdiri di samping kongpob, tangannya melingkar di pinggang kongpob membuat hati singto perih melihatnya.

Singto memang tak pernah iri dengan semua warisan yang di dapat kongpob tapi dia iri dengan kekasih yang di miliki kongpob, kekasih yang singto lihat selalu memperlakukan kongpob seperti seorang ratu, pengertian, tampan bahkan sangat dewasa.

Ya.... Singto menyukai kekasih kongpob, bukan lagi kekasih sekarang tapi tunangan kakaknya karna keduanya sudah bertukar cincin dan terdengar banyak suara tepuk tangan terdengar.

Keduanya saling melumat di hadapan mereka semua membuat singto mengalihkan tatapannya ke sembarang arah.

***
Pukul 11 malam acara berakhir, satu persatu tamu undangan mulai pulang.

"Apa kamu kedinginan?" Tanya krist saat melihat singto memeluk tubuhnya sendiri.

Saat ini krist, jay, kongpob dan singto tengah berjalan mencari keberadaan mobil mereka untuk pulang.

"Ya" ucap singto singkat.

Krist membuka jas yang di kenakannya kemudian melingkarkan itu di badan singto.

"T-terima kasih" ucap singto.

"Ayo, tuan" ucap jay pada singto sembari membukakan pintu mobil untuk singto.

"Phi kong?" Tanya singto.

"Aku bersama tunangan ku" ucap kongpob.

Singto menganggukan kepalanya petanda mengerti dan masuk ke dalam mobil kemudian jay juga ikut masuk dan duduk di samping singto baru mobil pergi dari sana.

Krist membukakan pintu mobil untuk kekasihnya kemudian menjalankan mobilnya menyusul mobil di depan mereka

"Kamu dengar sendiri wasiat papa tadi? Perlakukan adik ku dengan baik" ucap kongpob.

"Iya, sayang" ucap krist.

Wajar jika tuan edward meminta kongpob menjaga singto, lihat saja penampilannya tadi. Singto memang seorang pria yang polos, dia tak terlalu paham dunia luar, tak terlalu paham dengan bisnis yang tengah keluarga mereka jalani dan tak mengerti semuanya.

Ya.. tuan edward adalah mafia besar di negara itu, bukan hanya perusahaan yang kongpob ambil alih, tapi juga perkerjaan gelap papanya, menjual narkoba, senjata terlarang dan beberapa perdagangan haram lainnya.

Krist sudah tahu dengan semua perkerjaan kongpob, mereka bahkan bertemu di dunia malam, saat sama-sama melakukan transaksi pembelian senjata ilegal, bisa di bilang krist juga seorang mafia besar.

















Tbc.

Pewaris Tahta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang