ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Halo, terima kasih udah klik cerita ini. Walaupun udah tamat, tetep harus voment ya!! 😠❤️
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Pagi yang cerah ini berbanding terbalik dengan raut wajah Aiza, gadis cantik itu menekuk wajahnya sejak keluar dari kamar. Dia tidak selera untuk sarapan, apalagi menanggapi obrolan Uminya yang sedari tadi tidak berhenti membicarakan tentang rencananya memperkenalkan Aiza dengan seorang laki-laki.Aiza berdiri merapikan abayanya,
"Iza pergi ya Mi." Ucap Aiza lalu berjalan keluar rumah setelah mengambil kunci motornya.
"Umi ngomong didengar ga sih?"
"Iya Umi Iza dengar kok. Iza buru-buru, kita bahas nanti." Lanjut Iza sambil memakai sepatunya,
"Terserah deh, punya anak gadis satu-satunya bandel banget dibilangin."Aiza terkekeh enggan menanggapi, meraih tangan Uminya lalu mengucapkan salam dan segera pergi sebelum Uminya semakin menjadi.
Sepanjang jalan menuju kampus, pikiran Aiza fokus pada rencananya setelah sampai di kampus nanti, yang pertama harus dia lakukan adalah pergi ke tukang fotocopy dan mencetak skripsinya. Gadis berumur dua puluh dua tahun ini sedang dalam proses menyelesaikan skripsinya. Hari ini adalah jadwal bimbingan Aiza bersama dosen yang membuat Aiza kadang naik darah karena saking sulitnya untuk dihubungi. Dan tadi pagi dia mendapat pesan jika bimbingan kali ini dimajukan tanpa alasan jelas. Karena itu Aiza cemberut sejak keluar kamar, ada beberapa hal yang belum dia selesaikan.
Belum lagi ucapan Uminya tadi pagi. Apa katanya? Dijodohkan? Aiza menggeleng pelan, tentu dia akan menolak ide itu. Kuliahnya saja belum selesai, Aiza tidak terpikir sama sekali untuk menikah, sekalipun dia ingin menikah, Aiza tidak ingin dijodohkan.
Titttttt!
Aiza kembali tersadar dari lamunannya saat kendaraan di belakang menyalakan klakson yang membuat telinganya nyeri.
"Astaghfirullah, kita juga buru-buru kali, kenapa harus sampe klaskon kaya gitu sih." Gerutu Aiza,
Aiza menggelengkan kepalanya pelan dan mencoba untuk fokus mengendarai motornya agar selamat sampai tujuan. Setelah hampir setengah jam perjalanan, Aiza sampai di tempat fotocopy, dia kembali memeriksa skripsinya sebelum akhirnya dia akan mencetaknya.
"AIZA!!"
Aiza menoleh lalu tersenyum saat melihat sahabat baiknya mendekat.
"Assalamualaikum! Bukan malah teriak-teriak." Tegur Aiza,
"Waalaikumsalam Ustadzah."Aiza mendelik tapi tersenyum, "kok kamu datang pagi?"
"Karena kamu datang pagi, jadi ya udah dari pada di kos ga jelas mending ke kampus, bisa jajan."
"Jajan terus pikirannya, skripsi kamu gimana?"
"Kok Ustadzah Aiza ga sopan sih tanya tanya soal skripsi, itu hal yang sensitif tau!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Nothing
SpiritualAiza tidak menyesali keputusannya untuk menerima lamaran dari Sulaiman, sekalipun Sulaiman adalah duda anak satu. Aiza ikhlas, selain karena permintaan Uminya, Ibrahim- putra Sulaiman juga sudah membuatnya jatuh hati. Dia hanya berharap jika suatu...