ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Azam memandang kedua orang di depannya secara bergantian. Sejak datang tadi sore, Aiza dan Sulaiman tidak berhenti tersenyum, juga terus bergandengan tangan bahkan hanya untuk mengambil air ke dapur, dan itu membuat Azam jengah."Kalian kenapa sih senyum senyum terus? Ga kering tuh gigi?" Tanya Azam.
Aiza langsung terkekeh, "nikah makanya, biar tau kita kenapa."
Azam kembali mendengus, lalu berdiri dan memilih untuk duduk di teras. Sulaiman terkekeh.
"Mas keluar dulu ya, kasihan tuh jomblo." Ucap Sulaiman diangguki Aiza yang juga terkekeh.
Saat Sulaiman keluar, Aiza memilih untuk ke kamarnya. Hari sudah cukup malam. Aiza masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya lalu mengganti baju. Sebelum memakai bajunya, Aiza berdiri di depan cermin. Melihat bekas luka memanjang di perutnya. Lukanya mengering dan menghitam. Aiza sempat takut jika bekasnya tidak akan hilang, tapi Sulaiman mengatakan tidak apa-apa.
Aiza menghela napas, segera memakai bajunya dan keluar dari kamar mandi. Sepertinya Sulaiman akan lama mengobrol dengan Azam, Aiza memutuskan untuk tidur.
Tengah malam, Aiza terbangun karena guntur. Sulaiman sudah tertidur di sampingnya. Napas Aiza tiba-tiba menderu, Aiza beringsut ke arah Sulaiman dan menyembunyikan wajahnya di dada suaminya. Sulaiman sedikit sadar, menarik Aiza semakin mendekat, tapi kemudian kembali mendorong dan menunduk saat mendengar napas Aiza yang berat.
"Sayang?"
"Mas, sakit hiks..."
"Apa yang sakit?"Aiza tidak menjawab.
"Buka dulu matanya."
Aiza diam, napasnya semakin menderu. Sulaiman mencoba menarik Aiza untuk duduk, tapi Aiza menggelengkan kepalanya.
"Sayang."
"Lampunya Mas, nyalain lampunya." Pinta Aiza pelan.Sulaiman langsung turun dan menyalakan lampu, kembali ke kasur lalu memeluk Aiza. Sulaiman mulai mengerti apa yang terjadi.
"Sstt, Mas di sini, sayang." Sulaiman mengusap pelan kepala Aiza.
Tubuh Aiza malah bergetar halus, dan akhirnya Aiza menangis. Aiza mengencangkan pelukannya saat guntur terdengar semakin keras. Sulaiman terus mengusap rambut Aiza sambil beristighfar pelan di telinga Aiza.
Hampir satu jam kemudian, setelah yakin Aiza kembali terlelap, Sulaiman menjauhkan sedikit tubuhnya, mengusap kening dan rambut Aiza yang basah karena keringat. Sebellumnya, sudah dua kali Aiza seperti ini, Sulaiman mengerti jika mungkin saja Aiza trauma, Sulaiman juga sempat mengajak Aiza untuk ke dokter, tapi Aiza menolak.
Sulaiman jadi teringat percakapannya dengan Tio. Tio memberi tau jika Aiza diminta untuk hadir di pengadilan yang akan datang untuk memberikan kesaksiannya. Bukan pertama kalinya Tio mengatakan itu, dan Sulaiman terus menolak. Mana mungkin dia membiarkan Aiza kembali menceritakan apa yang terjadi waktu itu, bahkan sampai saat ini, Sulaiman tidak tau apa yang terjadi. Selain itu, Sulaiman tidak ingin Aiza kembali bertemu Faisal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Nothing
SpirituálníAiza tidak menyesali keputusannya untuk menerima lamaran dari Sulaiman, sekalipun Sulaiman adalah duda anak satu. Aiza ikhlas, selain karena permintaan Uminya, Ibrahim- putra Sulaiman juga sudah membuatnya jatuh hati. Dia hanya berharap jika suatu...