6. Aiza Punya Mas

6.6K 408 12
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤDua minggu setelah kepergian umi, Aiza tidak kunjung membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Dua minggu setelah kepergian umi, Aiza tidak kunjung membaik. Gadis itu hanya diam di rumah tanpa melakukan apa pun, dia bahkan tidak pergi ke kampus atau mengerjakan skripsnya. Aiza sendirian di rumah, Alam sudah kembali ke Surabaya, dan Azam juga bekerja. Setiap hari Queen akan menemani Aiza saat urusan di kampusnya selesai. Sulaiman dan ibunya juga hampir setiap hari ke rumah Aiza, memberikan makanan, atau hanya sekedar mengajak ngobrol di teras.

Azam sangat khawatir melihat Aiza, saat abi mereka meninggal, Aiza tidak sampai mengurung diri seperti ini. Azam menghela napas, saat ini dia sedang duduk di kamar Aiza, memperhatikan gadis itu yang baru tertidur beberapa menit lalu. Azam baru saja mendapat libur setelah hampir satu minggu jadwal terbangnya. Membenahi selimut Aiza, Azam segera keluar.

Azam berpikir sesuatu lalu menelepon kakaknya. Beberapa hari lalu, Azam menyarankan untuk segera menikahkan Aiza dengan Sulaiman, ide itu memang terkesan buru-buru dan gegabah, tapi jika melihat Aiza yang sekarang, Azam khawatir Aiza akan terus tenggelam dalam kesedihan, selain itu agar ada orang yang bisa menjaga Aiza.

"Assalamualaikum."

Azam langsung keluar dan menjawab salam, tadi sia menelepon Sulaiman dan memintanya untuk datang.

"Masuk, Man."

Sulaiman mengangguk, masuk mengikuti Azam.

"Maaf ya suruh kamu ke sini malam-malam." Ucap Azam sambil menyajikan minuman untuk Sulaiman.
"Gapapa santai aja, ada apa?"

Azam berdehem pelan, "kalo pernikahan kalian dipercepat, gimana?"

Sulaiman terdiam, proses ta'aruf yang mereka jalani tidak mengalami kemajuan, Aiza belum juga mengirim biodata miliknya. Setiap Sulaiman datang juga mereka hanya mengobrol sebentar dan tidak ada bahasan tentang ta'aruf apalagi pernikahan.

"Saya sih oke aja, tapi Aiza gimana?" Tanya Sulaiman,
"Yang minta menikah kan Aiza, dia pasti setuju. Saya khawatir kalo Iza sendirian terus, kalo udah menikah kan seenggaknya kamu bisa temani dia, ada Ibrahim sama Ibu juga."

Sulaiman mengangguk, "tapi kalo mendadak kaya gini, kita ga bisa buat acara pernikahan sebagaimana mestinya."

"Yang penting akad aja. Ga masalah kan?"

Sulaiman kembali mengangguk, "kalo maharnya gimana?"

"Nanti saya tanya Aiza dulu. Minggu depan bisa ga? Waktu saya libur lagi, hari Jum'at atau Sabtu."
"Insyaallah, kalo gitu biar saya urus berkas-berkasnya dulu."
"Terima kasih ya, Man. Saya percaya sama kamu. Saya titip Aiza."

Sulaiman hanya tersenyum. Dia sebenarnya khawatir, dua kali pengalamannya yang gagal dalam menjalin hubungan dengan wanita, membuatnya takut untuk memulai lagi, dan sekarang, dia malah mencoba dengan kondisi serba mendadak. Sulaiman takut gagal lagi.

Hari itu Sulaiman pulang dan memberi tau ibunya tentang percakapannya dengan Azam, ibunya tentu senang, pun Ibrahim. Anak itu senang bisa memiliki ibu dua, itu katanya.

Sweet NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang