05

195 18 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi sudah berbunyi dari tadi, banyak anak-anak yang keluar dari kelas untuk berkeliaran di area sekolah.

Ada yang kekanti untuk makan siang, ke perpustakaan entah buat tidur atau benar-benar membaca buku, pokonya kemana-mana hatinya senang.

Satria baru saja keluar kelas ia berpikiran untuk menenangkan pikirannya jadi ia memutuskan pergi ke halaman belakang sekolah, yang biasanya sepi pengunjung.

Saat baru sampai di perbatasan pintu ia mendengar namanya di panggil " Woi Sat! " Teriak seseorang dari arah belakang membuat si empu yang dipanggil langsung nengok ke belakang, ia memberikan pandangan bertanya.

Rara mendekat ke arahnya lalu memegang mukanya " Lu mau kemana? Dan kenapa mata Lo agak bengka? Kaya orang habis nanges ae.. " Tanya Rara.

" Dah-dah lepas, ntik pacar Lo ngambek kalau liat kita kaya gini. Gw fine, gwenchana koq. Gw mau pergi ke suatu tempat doang kok, rahasia tempat nya ntik lu kesana jadi rame. " Ucapannya langsung menyingkirkan tangan Rara dari mukanya.

" Yakin lu gpp? Lu gak nanges gara-gara si bangsat Haris itu kan? " Tanya Rara curiga.

" Iya Rara cantik... " Balas Satria dengan memaksakan dirinya tersenyum.

Rara hanya mengangguk kan kepalanya " Oh.. yaudah kalau lu gak nanges gara-gara si Haris itu, tapi kalau gw sampai tau lu nangis atau di sakiti si Haris. Gw bakal bikin kepala si buaya itu copot dari palanya. " Ancam Rara.

" Hmm... Dah gw pergi dulu y. " Pamit Satria sambil mendadakan tangannya.

Ia pergi ke halaman belakang dengan santai, ia berjalan sambil memasukkan salah satu tangan nya di saku celana nya.

Untung sekali di halaman belakang sama sekali gak ada orang di sana, jadi ia bisa menenangkan pikirannya.

Ia duduk di bawah pohon yang ada di sana, ia memikirkan bagaimana kelanjutan perasaannya ke Haris. Apa ia harus menghapus perasaan nya?

Mungkin tak hanya melupakan perasaan nya, akan tetepi meninggalkan semua hal tentang lelaki yang saat ini sedang menduduki hati nya. Tapi... Apa ia bisa?

Apa ia bisa melakukan itu semua? Hidup tanpa Haris, kedengaran nya sulit. Setiap hari ia selalu memikirkan pemuda itu, setiap menit dan jam nya di isi oleh nya.

Hembusan nafas kembali terdengar, ia mendongakkan kepalanya ke atas menatap langit yang mulai mendengung. Sepertinya langit memahami perasaan nya saat ini, kata orang mendung berarti hujan.

Tapi baginya... Belum tentu langit mendung menandakan hujan, langit susah di tebak. Seperti takdir hidupnya, yang susah di tebak bagaimana kelanjutan nya.


Saat sedang asik memandangi langit mendung itu, tiba-tiba indra pendengarannya mendengar suara langkah kaki dari arah belakang nya.

[ Jadi tu Satria gak duduknya gk menghadap ke taman, lebih tepatnya tembok. Paham gak? Juga bingung mau jelasinnya gimana. ]

Ia sedikit mengintip dari balik pohon itu, ternyata... Ia melihat pemandangan yang amat-angat menusuk hati, ia melihat Haris sedang mengelus-elus rambut Sekar.

Dengan senyuman yang tercantum di bibir keduanya, pasti orang-orang yang melihat itu akan beranggapan mereka seorang Sepang kekasih yang romantis.

Terjadi adegan manis di antara keduanya, mereka terlalu asik keromantisan di sana menggap dunia hanya milik keduanya yang lain cuman numpang.

Hingga sepertinya...

Sang langit ingin mengeluarkan air mata bahagia nya, membuat kedua pasangan itu buru-buru mencari tempat teduh.

Satria yang sedari tadi mengamati keduanya dari balik pohon dapat melihat dua sejoli itu seperti nya mau ke kelas mereka. Wahhhh! Kurang romantis apa?! Sampek sekarang aja mereka masih melakukan skinship di depan banyak orang.

Air yang turun semakin deras, membuat semua orang mencari tempat teduh agar tak terkena olehnya.

Akan tetapi sepertinya pemuda satu ini masih tahan pada posisi nya saat ini, akan tetepi kali ini ia tak mengintip lagi. Tetepi menenggelamkan wajahnya di tangan nya yang sudah ia tumpukan di kakinya.

Ia kembali menangis di bawah guyuran hujan, meluapkan rasa sakit nya. Ia memutuskan untuk di sana hingga suasana hati nya membaik..

Mengabaikan bel masuk, ia tetap di sana hingga hujan mulai redah. Ia memang sudah tak menangis lagi tetapi sekarang ia melamun dengan mata sembab nya.

Entah sudah berapa jam ia duduk di sana, hingga bel pulang terdengar dan banyak siswa/siswi keluar dari kelas mereka. Berjalan menuju tempat tujuan mereka.

Satria memutuskan untuk menunggu di sana hingga keadaan mulai sepi.


Saat sedang asik melamun.. Tiba-tiba terdengar suara yang mengintruksikan nya.




















" Ngapain kamu di sini? "


















Apa masih ada yang baca? Helllow.... Hehehehehe! Kalau masih ada yang baca tolong pote and comen ..

🙂🤟

Hurt's || HeeHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang