Epilogue

159 9 3
                                    

Bertahun-tahun kemudian, Max kini menjadi senior bagi seorang ultra benama Ribut. Tidak seperti senior-seniornya yang sebelumnya, Max memperlakukan Ribut dengan baik dan selalu mendukungnya.

Suatu ketika, Ribut sedang membaca beberapa arsip dan tidak sengaja menemukan arsip yang menyinggung nama Frost. Ribut tidak pernah mendengar nama Frost sebelumnya, tapi didalam arsip itu disebutkan kalau Frost adalah seorang Ultra yang diasingkan dari Nebula M78. Hanya saja tidak disebutkan alasan kenapa Frost diasingkan.

Rasa penasaran Ribut membuatnya ingin menanyakan hal itu kepada seniornya, yaitu Max.

"Max-senpai, bolehkah aku bertanya satu hal. Siapa itu Fro-Hmph?!" Ribut tidak dapat menyelesaikan pertanyaannya karena Xenon yang secara tiba-tiba menutup mulutnya.
"Ada apa?" tanya Max yang tidak sempat mendengarkan pertanyaan dari Ribut.

Dengan gugup, Xenon mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Maksud Ribut, cuaca di bumi sekarang memasuki musim hujan. Jadi suhunya dingin, walau tidak sedingin wilayah lain di bumi yang tengah memasuki musim dingin," jawab Xenon. Sementara Ribut berusaha melepaskan tangan Xenon yang menutup mulutnya.
"Oh begitu ya?" ucap Max, lalu dia kembali memfokuskan dirinya dengan laporan yang dia kerjakan.

Sementara Max sibuk, Xenon membawa Ribut agar dia menjauh dari Max.
Setelah mereka menjauh dari Max, Xenon melepaskan tangannya yang sebelumnya dia pakai untuk menutup mulut Ribut. Ribut nampak terengah-engah.

"Xenon-san, kenapa anda melakukan itu?" tanya Ribut. Xenon memegang kedua bahu Ribut.

"Ribut..."

Ribut menatap Xenon, seakan-akan dia mengerti kalau Xenon ingin memberitahukan sesuatu yang penting.

"Jangan pernah sebutkan nama itu didepan Max!" kata Xenon.
"Maksudmu Frost? Ada apa dengan nama itu?" tanya Ribut.
"Benar. Dia adalah seorang ultra yang telah lama diasingkan dan alasan dia diasingkan itu berkaitan dengan luka yang dialami Max," jelas Xenon.
"Apa maksudmu dengan luka yang dialami Max-senpai? Dia baik-baik saja," tukas Ribut.

Xenon menarik napas dalam-dalam. "Bukan luka fisik, tapi sebenarnya Max terluka secara mental. Kalau kamu menyebutkan nama Frost didepan Max, itu justru memicu traumanya," jelas Xenon.

"Benarkah? Memangnya apa yang telah dilakukan Frost hingga membuat Max-senpai mengalami trauma?" tanya Ribut.
"Aku ingin menceritakan itu padamu, tapi kamu pasti akan merasa ketakutan, walaupun kamu tidak pernah mengalami kejadian itu," jawab Xenon.
"Tidak apa-apa, Xenon-san. Lebih baik ceritakan saja padaku. Dengan begitu, aku akan lebih berhati-hati ketika berbicara dengan Max-senpai," kata Ribut.

Akhirnya Xenon menceritakan semua yang terjadi di masa lalu, dan Ribut yang mendengarkan semua itu, menunjukkan reaksi yang sama dengan Astra setelah dia mengetahui kejadian mengerikan yang menimpa Max.

Setelah itu, Ribut berjanji agar dia tidak akan pernah menyebutkan nama Frost didepan Max.

Omake

"Apakah tidak apa-apa kalau kita melakukan ini?" tanya Tiga yang tengah memperhatikan Dyna yang sedang membakar sesuatu.
"Tidak apa-apa, Tiga. Lagipula ultra sialan itu juga tidak tinggal disini lagi," jawab Dyna. Lalu dia mengambil marshmellow yang sudah dia tusuk, kemudian memberikan bungkusan penuh dengan marshmellow kepada Tiga. "Ini, kalau kau mau!"

Saat itu pula, datanglah Trigger dan Decker.

"Tiga-san, Dyna-san, apa yang kalian lakukan?" tanya Decker. Sementara Trigger memperhatikan api yang membakar sesuatu yang sebelumnya ditumpuk oleh Dyna.

"Dyna-san, kenapa kamu membakar dokumen-dokumen itu? Bukannya dokumen-dokumen itu harusnya disimpan?" tanya Trigger.
"Oh ini? Biarkan saja. Lagipula dokumen-dokumen ini milik seorang ultra yang telah diasingkan karena perbuatannya yang kotor, dan kami tidak mau mengingat kejadian itu," jawab Dyna.
"Memangnya kejadian apa?" tanya Decker.
"Kalau kuceritakan, nanti kalian malah dapat mimpi buruk," tukas Dyna.
"Ceritakan saja. Lagipula, mental kami kuat kok!" timpal Decker.

"Kalau begitu, kalian berdua duduk disini. Biar kami ceritakan, tapi berjanjilah, agar jangan menyebutkan nama itu didepan Max," kata Tiga.

Trigger dan Decker menganggukkan kepala mereka, walau mereka masih sedikit bingung dengan kalimat yang terakhir diucapkan Tiga.

He Shouldn't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang