Chapter 1

184 5 0
                                    

Yo, guys!
Ini fanfic Ultraman yang pertama kali aku tulis, jadi mungkin tidak terlalu bagus.
Anyway, selamat membaca, guys!

Land of Light, tempat asal para Ultraman. Ultraman dikenal sebagai pelindung galaksi, mereka melindungi makhluk hidup lain dari serangan kaiju dan alien yang ingin menginvasi planet lain.

Di Silver Cross, ada seorang Ultra yang bernama Max. Di sekujur tubuhnya terdapat luka dan memar. Mother of Ultra, atau bisa juga dikenal sebagai Ultrawoman Marie, tengah mengobati Max.

"Max, bagaimana kau bisa terluka seperti ini?" Tanya Mother of Ultra.
Max terdiam sesaat, dia terlihat gugup ketika dia diberi pertanyaan seperti itu. "Aku... jatuh dari tangga. Lain kali aku akan lebih hati-hati."

Mother of Ultra sebenarnya tahu kalau Max sebenarnya berbohong, tapi dia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh mengenai alasan sebenarnya di balik luka-luka itu.
"Baiklah, kalau begitu, kamu harus banyak beristirahat dan jangan terlalu banyak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat," saran Mother of Ultra. Max menunduk hormat pada Mother of Ultra, lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

Setelah Max berjalan keluar dari Silver Cross, dia menghela napas berat. "Seharusnya aku katakan saja yang sejujurnya." Max memegang bagian lengan atasnya. "Tapi kalau aku katakan yang sebenarnya, aku pasti akan dipukuli lagi oleh mereka."

"Max."

Max menoleh ke arah sosok Ultra yang memanggilnya. "Xenon."

"Barusan aku melihatmu keluar dari Silver Cross. Apakah terjadi sesuatu padamu?" tanya Xenon.
"Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil saja," jawab Max.
"Apanya yang luka kecil? Badanmu memar begini dan lukanya cukup parah! Kau yakin kalau kau baik-baik saja?" Tukas Xenon.
"Aku tidak apa-apa, Xenon. Aku permisi dulu, masih ada yang harus kukerjakan," Max pun bergegas pergi, tidak peduli walau Xenon memanggilnya.

---------

Max kini berada di kantornya, menyelesaikan seluruh laporannya yang akan dia berikan pada Zoffy. Baru saja dia akan beranjak dari tempat duduknya, seniornya datang dan memberikan tumpukan tugas padanya.

"Apa ini?" tanya Max.
"Tugas untukmu, Max. Dan kau harus menyelesaikannya malam ini," jawab seniornya Max. "Tapi bukankah itu tugasmu? Kenapa harus aku yang mengerjakannya?" timpal Max.
Seniornya Max menatap tajam ke arah Max, seakan tidak terima dengan perkataan Max.

"Dengar ya. Aku ini seniormu, jadi sudah sewajarnya kamu mengerjakan apa yang disuruh oleh seniormu. Kalau kamu tidak mau mengerjakannya, akan kuadukan kepada atasanmu biar kamu dihajar habis-habisan," ancam seniornya Max. Max tidak berkutik, lalu dia menganggukkan kepala sebagai isyarat kalau dia akan mengerjakan tugas milik seniornya itu.

"Bagus. Itu baru Junior yang baik," kata seniornya Max yang melangkahkan kakinya keluar kantor, meninggalkan Max yang terpaksa mengerjakan tumpukan tugas milik seniornya yang tidak bertanggung jawab.

Time skip saat pagi,

Max sudah menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Max sudah merasa lelah dan mengantuk. "Semoga saja tidak ada misi atau tugas apapun hari ini." Itulah yang dipikirkan Max. Max teringat kalau dia harus memberikan laporannya pada Zoffy. Dia pun mengambil laporannya dan membawanya keluar dari kantor.

Di tengah perjalanannya untuk menemui Zoffy, Max bertemu dengan Taro.

"Hai, Max!" sapa Taro.
"Ah, Taro-san! Selamat pagi," Max membalas sapaan dari Taro.
"Max, kamu baik-baik saja? Kamu terlihat lelah," kata Taro. Taro memperhatikan sekilas luka-luka di tubuh Max. "Max, kenapa dengan tubuhmu?"
"Aku tidak apa-apa, Taro-san. Cuma jatuh dari tangga saja. Aku baru saja mengerjakan tugas semalam, dan baru selesai tadi pagi," balas Max.
Tentu saja Taro tahu kalau Max berbohong. Karena menurut Taro, mana mungkin jatuh dari tangga lukanya sampai separah itu, kecuali kalau jatuh dari anak tangga ke-1051.
"Bukannya tugasmu cuma menyusun laporan untuk Zoffy. Bukannya tugas dari Zoffy tidak sebanyak itu? Atau jangan-jangan...," Taro tidak menyelesaikan kata-katanya karena Max yang langsung menyela pembicaraan Taro.
"Tidak! Bukan apa-apa. Aku harus cepat-cepat memberikan ini pada Zoffy-san," tukas Max.

Tiba-tiba Max merasa lemas, dan dia pun jatuh pingsan.

"Max!" Taro bergegas menghampiri Max yang tidak sadarkan diri. "Max! Ada apa, Max? Gawat, aku harus membawanya ke Silver Cross. Bertahanlah, Max! Akan kubawa kau ke Silver Cross!" Taro pun membopong Max ke Silver Cross.

----------------------------------------

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, Max tiba-tiba saja pingsan," kata Taro.
"Ini sudah ke-34 kalinya dalam seminggu ini," kata Mother of Ultra menambahkan.
"Ini bukan pertama kalinya Max seperti ini. Aku pernah mendapati dirinya pingsan di tempat latihan," kata Leo.
"Aku juga pernah menemukan Max dalam kondisi tak sadarkan diri, hanya saja Max pingsan dalam keadaan penuh luka," kata Astra.
"Apa ada yang tahu kenapa Max bisa seperti itu?" tanya Mother of Ultra.
"Aku sudah menanyakan itu padanya setelah dia siuman, tapi dia tidak pernah memberitahukan yang sebenarnya," jawab Astra.

Max kini terbaring di Silver Cross dalam keadaan tak sadarkan diri. Tidak ada yang tahu kenapa kondisi Max seperti itu, karena Max memilih untuk menyembunyikan apa yang terjadi sebenarnya.

He Shouldn't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang