Sesuai rencana yang telah disusun, Alana akan mengelabuhi Edwin dan Harits agar dapat kabur. Dia memiliki rencana bersenang-senang setelah pulang sekolah yang tentu saja tak akan mungkin disetujui oleh dua orang prajurit dari baret merah itu.
Alhasil saat bel tanda kegiatan pembelajaran hari itu berakhir, Aura secepat kilat memasukkan tas Alana ke dalam tas sekolah miliknya.
Alana berjalan keluar dari kelas tanpa tasnya, tapi dua pria itu mengikutinya dengan sigap membuatnya berhenti sejenak. "Gue mau ke toilet. Emang boleh kalian ngikutin gue ke toilet cewek segala? Bisa menghargai privasi cewek gak sih?"
"Baik, Nona. Kami akan tunggu di pintu masuk toilet siswi kalau begitu," ucap Edwin.
Alana memutar bola mata malas. "Terserah!"
Begitu masuk ke dalam toilet perempuan dan tak diikuti lagi oleh dua pria bertubuh kekar itu, sontak Alana berlari ke arah wastafel dan memanjatnya agar dapat membuka jendela kecil di atas wastafel.
Setengah nekat, dia keluar dari jendela yang cukup tinggi itu dan terjun bebas di belakang sekolah. Lutut putihnya yang tak dilapisi apa pun sampai terluka.
"Gini banget hanya karena mau bebas. Tck!"
Sambil menahan perih di lututnya, dia berlari kecil ke arah belakang sekolah. Rupanya sudah ada tangga di sana yang telah disiapkan Vanessa agar dia dapat melompat pagar belakang sekolah.
Susah payah dia memanjat tangga sambil menghalau angin yang terus memainkan rok pendeknya yang nyaris tersingkap.
Begitu sukses sampai di atas pagar dan hendak lompat, dia terkejut sampai melotot mendapati bukan mobil Aura yang ada di sana, tapi mobil hitam yang dijaga dua paspampres yang sudah siap menantinya untuk lompat.
Lantaran terkejut, keseimbangannya bermasalah. "AAAAAAAAA ...." Dia pasrah terjatuh yang membuatnya menutup mata.
Namun, anehnya dia seperti mendarat pada sesuatu yang membuatnya tak merasa kesakitan.
Begitu membuka mata dengan perlahan, dia mendapati dirinya sudah ada dalam gendongan Harits yang menatapnya dengan dingin. Sebelum secepat kilat membalikkan tubuhnya dan mengangkatnya di punggung seperti mengangkat karung beras.
"AAAAAAAAAAAAAAAA ...." Alana meronta-ronta sepanjang perjalanan pun tak dihiraukan oleh pria itu.
Hari itu adalah mimpi buruk yang nyata. Dia sangat trauma lantaran lebih merasa seperti diculik daripada dikawal.
****
"Gue mau ketemu ayah!" Alana bersikeras saat sudah di dalam mobil.
Harits yang duduk di sebelah kursi kemudi itu memilih tak menghiraukan dan tetap fokus menatap ke depan.
"Lo denger gak sih?!" Alana menatap pria di depannya dengan tajam. "Gue mau ketemu ayah!" Volumenya meninggi.
Sejenak Harits menoleh. "Bapak sedang ada urusan di luar kota dan tidak bisa ditemui saat ini, Nona. Lagipula Indonesia bukan Jakarta saja sehingga Nona bisa menemui presiden kapan pun."
"Gue bakal aduin perbuatan lo semua ke ayah!"
"Terserah, Nona. Kami tidak akan menghalangi Nona untuk melakukannya," balas Harits membuat Edwin menahan senyumnya.
"Lo semua udah keterlaluan sama gue!"
"Kalau Nona tidak berusaha kabur, semuanya tidak akan serumit ini."
"Gimana gue gak kabur kalau tugas lo semua bukan lagi kayak ngawal, tapi lebih seperti mendampingi narapidana?!"
"Bapak yang memerintahkan untuk menjaga Nona agar Nona tidak melakukan tindakan yang berpotensi mencoreng citra beliau. Tolong dipahami, Nona."
"LO BERHENTI NGEJAWAB GUE, YA, HARITS!"
Edwin dan Harits terkejut, tapi berusaha mempertahankan sikap tenang mereka.
"Apa Nona benar-benar tidak memahami aturan dalam memanggil nama orang yang lebih tua dari Nona?" Ekspresi Harits lebih dingin.
"GUE GAK PEDULI! GUE GAK PERNAH MAU MENGHARGAI ORANG KAYAK LO!"
Tak sadar mobil berhenti perlahan di depan Istana Bogor. Tanpa menunggu pintu mobilnya dibuka, Alana turun dengan cepat sambil membanting pintu mobil agar Harits mengetahui besarnya kekesalannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Tuan Paspampres
SpiritualAlana harus menerima kenyataan, bahwa ayahnya terpilih menjadi Presiden RI ketika dirinya duduk di bangku SMA. Dia harus melepas kebebasan masa putih abunya karena berakhir dijaga ketat oleh 8 pengawal khusus dari kalangan paspampres. Ditambah kelak...