1. Luka

890 90 146
                                    


Kenapa aku gak bisa benci juga?
Kenapa rasa cinta ini tidak hilang disaat rasa sakit dan luka itu terus ditorehkan?

-Karamel Anastasia


BRASSH ...

Seluruh pasang mata sontak tertuju pada seorang siswi yang sudah basah kuyup akibat siraman kopi panas yang di lakukan oleh seorang siswa.

"Shh, panas." ringis Karamel. Wajah dan tangannya memerah.

Sudah bukan hal baru lagi jika Karamel Anastasia selalu menjadi sasaran pembulian Arkana Pramuja Dinarta dan teman-temannya. Namun, tidak ada yang berani mengadukan hal tersebut kepada guru karena Arkana adalah putra Satrio Dinarta pemilik yayasan sekolah SMA Dirgantara.

Suasana menjadi tegang, tatkala Arkana menatap tajam dan penuh amarah kepada Karamel dan mengeluarkan sebuah surat.

"Ini dari lo kan? BACA CEPAT!" Bentak Arkana tepat didekat telinga gadis itu membuat Karamel memejamkan matanya takut.

'Lo jauhin Arka, kalo gak lo habis ditangan gue. Arkana punya gue! Lo gak pantes jadi pacarnya. Dasar jalang!'

Karamel melotot kaget membaca surat itu. "B-bukan gue, gue gak pernah nulis surat ini. Jangan asal tuduh aja lo kalo gak punya bukti!" Berbicara seperti apapun Arkana tidak akan mendengarkannya, jadi tidak ada gunanya ia membela diri.

Arkana mencengkram pipi Karamel kuat."Halah! Gak usah ngelak lo. Udah berani lo ngancem cewek gue, hah?! Gak usah mimpi lo dapetin gue. Sekali lagi lo bikin cewek gue nangis gue habisin lo!" Bentaknya penuh penekanan diakhir kalimat. Kemudian keluar dari kantin.

Setelah kepergian Arkana, suasana kantin kembali seperti semula, meski masih ada beberapa siswi yang berbisik-bisik tentang kejadian yang baru saja terjadi.

Seorang siswi datang dan menghampiri Karamel. "Ya ampun Amel, kenapa bisa gini?" Prita menutup mulutnya--terkejut melihat kondisi Karamel. "Pasti ini ulah Arkana lagi kan?"

Prita Cenitha adalah satu-satunya sahabat Karamel selama sekolah di SMA Dirgantara, sekaligus teman sebangkunya.

"Gak apa-apa kok, tadi ada yang gak sengaja tumpahin kopinya ke gue." Karamel tersenyum.

Dengan seragam yang sudah basah dan kotor Karamel keluar dari kantin, segera menuju toilet untuk membersihkan diri.

Prita berniat membantunya, namun Karamel menolak. Katanya ia tidak ingin merepotkan sahabatnya itu.

Dari kejauhan seseorang melebarkan senyum kemenangan setelah menyaksikan amarah Arkana. Rencana yang diatur untuk memperdalam jurang kebencian itu berhasil.

"Rencana lo berhasil. Hebat,"

Di salah satu bilik toilet, Karamel memutar kran air. Bunyi air kran memenuhi ruangan. Karamel memanfaatkan bunyi berisik itu supaya suara isak tangisnya tidak terdengar sampai seluruh ruang toilet agar tidak ada seorang pun yang tahu dirinya sedang menangis saat ini.

Kulit wajah dan tangan Karamel merah dan terasa sangat perih. Tapi itu tidak sebanding dengan rasa perih dihatinya. Pria yang sudah lama dicintainya terus memberi luka dihatinya.

Karamel sudah lama mencintai seorang Arkana Pramuja Dinarta. Arkana dan Karamel dulunya adalah sahabat dari kecil. Namun, karena sebuah peristiwa tragis dimasa lalu telah membuat Arkana menjadi sosok yang sangat berbeda dan sangat kejam terhadap Karamel.

Dengan air mata yang terus mengalir, Karamel membersihkan sisa bubuk kopi yang sudah mengering dari seragamnya.

Setelah dirasa cukup, Karamel keluar dari toilet, gadis itu berniat untuk pulang saja. Ia tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan keadaan seragam basah seperti ini.

***

"Belum waktunya pulang sekolah kenapa kamu udah ada disini?" Suara dingin Reno-papa Karamel--menyapa indra pendengaran Karamel saat baru saja memasuki rumah.

"A-aku tadi jatuh, Pa. Baju aku udah basah semua, dingin banget. Gak bisa belajar kalo baju kayak gini." Bohongnya. Karamel menunduk tak berani menatap Reno.

"Nggak usah manja kamu! Baru segitu aja udah pulang. Nanti pelajaran kamu ketinggalan gimana? Nilai kamu bisa turun. Kenapa gak mati aja kamu sekalian!" Meski tidak dengan suara tinggi, namun perkataan Reno berhasil menusuk hati putrinya. Reno lebih peduli dengan nilai daripada keadaan putrinya.

Perkataan seperti itu sudah biasa Karamel dapatkan dari kedua orang tuanya semenjak kejadian 5 tahun silam, yang telah merubah kehidupannya. Ia bersyukur setidaknya dia tidak mendapatkan luka baru di tubuhnya kali ini.

Karamel hanya diam berusaha agar tidak menangis didepan sang papa. Perlahan kaki jenjangnya melangkah menuju kamar.

Setelah membersihkan diri, kini Karamel duduk dibalkon kamarnya sambil bermain dengan 'Leo' kucing anggora berwarna orange kesayangannya. Hadiah ulang tahunnya yang ke 12 dari Arkana. Kucing itulah yang menjadi temannya di saat ia merasa terpuruk selama 5 tahun ini.

"Sampai kapan kayak gini terus ya, Leo? Sebenci itukah mereka sama aku? Bahkan itu semua bukan salahku."

"Kenapa gak ada yang percaya sama aku?

"Meong... Meong," Leo terus mendusel-dusel lengan Karamel dengan kepalanya. Gadis itu memeluk Leo gemas, menghapus air matanya menggunakan bulu lembut milik Leo. Kemudian ia tertawa kecil melihat wajah Leo yang ikut basah karena ulahnya.

Kenapa aku gak bisa benci juga? Kenapa rasa cinta ini tidak hilang disaat rasa sakit dan luka itu terus ditorehkan?

Karamel menutup buku diary miliknya. Setiap hari, setiap kejadian yang menimpa dirinya dan setiap emosi yang dirasakannya akan ia curahkan dibuku itu, karena hanya itu tempat ia bercerita.

Ditatapnya hujan yang mulai turun dari langit, setetes dua tetes air hingga menjadi hujan yang deras. Sebuah senyuman terbit dibibir pucat gadis itu. Karamel sangat menyukai semua tentang hujan.

"Kana, gue rindu lo."

Diharapkan bijak dalam membaca karena banyak terdapat unsur kekerasan⚠️

Cerita ini masih berantakan
Typo tersebar dimana-mana

Masih ada rahasia yang belum terungkap, pantengin terus ya😉

See you next eps💛

ARKARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang