4. Wanita Licik

279 64 56
                                    

Happy reading
.
.
.

Kamu dan aku kembali menjadi orang asing, meski dulunya kita adalah dua insan yang saling menyayangi

-Karamel Anastasia

Pagi yang cerah menyapa umat manusia, setelah beberapa hari hujan tanpa henti. Dimusim pancaroba ini manusia harus senantiasa menjaga kesehatan tubuh agar tidak terjangkit virus penyebab penyakit.

Tiga hari telah berlalu, kini waktunya segala aktifitas kembali dilakukan setelah libur akhir tahun.

Luka ditubuh Karamel juga sudah membaik dan hari ini ia akan masuk sekolah.

"Prit, temenin gue ke perpus, yok. Mau minjem novel nih" ajak Karamel menarik lengan Prita yang sedang asyik bermain ponsel.

Prita memutar bola matanya kemudian berdecak sebal. "Lo kebiasaan deh prat prit prat prit! Nama gue sebagus ini lo panggil 'Prit' lo kira bunyi peluit apa." Sembur Prita tidak terima di panggil seperti itu, menurutnya masih banyak lagi panggilan yang bagus yang bisa digunakan untuknya.

"Hehe, lidah gue udah enak nyebutnya." Karamel menyengir, memperlihatkan deretan giginya. "Tunda dulu marah-marahnya ah, mending ke perpus sekarang, ntar keburu bel masuk, ke kantin juga belum."

"Iya iya"

Sesampainya di perpustakaan, Karamel mencari buku yang akan ia pinjam, Ia mengitari rak buku sampai bolak-balik menelisik keberadaan buku itu. Akhirnya buku dengan sampul berwarna hijau itu ketemu di sudut rak nomor dua dari atas. Untunglah ia bisa meraihnya.

Prita melihat Karamel keluar dari ruang buku sambil senyam-senyum. "Udah?" tanyanya memastikan jika Karamel sudah mendapatkan bukunya. Karamel menggangguk lucu.

Prita menempelkan punggung tangannya tepat dikening Karamel. Ia mengerutkan keningnya. "Kagak panas," gumamnya.

"Kesambet apaan, neng? napa senyum-senyum gak jelas." Prita menatap heran.

"Apaan sih, Prit" Karamel menepis pelan tangan Prita.

"Ini, dari minggu lalu gue pengen banget baca novel ini, ceritanya bagus." Prita membentuk huruf o dengan mulutnya.

Sehabis dari perpustakaan Karamel dan Prita berencana untuk pergi ke kantin memberi makan cacing cacing perut yang sudah meronta-ronta, sebelum itu mereka sempat ke kelas untuk meletakkan buku novel yang baru dipinjam di atas meja.

Kantin sudah mulai sepi, hanya ada beberapa orang disana. Disudut ruangan tampak Arkana dan teman-temannya sedang mengobrol dengan berbagai topik, dan satu lagi gadis disamping Arkana, gadis itu adalah Tania Margareta. Dengan segala kelicikannya.

Karamel dan Prita memilih tempat duduk yang jauh dari manusia-manusia itu agar bisa menikmati makanan dengan tenang.

Tatapan Karamel tidak lepas dari Arkana dan Tania. Tania yang menyadari keberadaan Karamel dan Prita, sengaja memperlihatkan kemesraannya dengan Arkana, mulai dari memagut lengan hingga membelai wajah Arkana.

Setelah dua tahun mengejar-ngejar Arkana, akhirnya Tania berhasil membuat cowok itu menjadi miliknya dari lima bulan ini dengan kelicikannya. Mereka salah satu couple goals di SMA Dirgantara, mereka sama-sama murid vamous disekolah itu, oleh sebab itu mereka dianggap pas dan serasi.

"Udah Mel, gak usah diliatin mulu. Ulat cabe emang gak bisa diem." bisik Prita pelan. Ia tidak ingin sahabatnya sakit hati melihat pemandangan yang menjijikan itu.

"Mending lo makan yang bener, dari tadi gue perhatiin tuh bakso cuma diaduk-aduk. Awas ya, kalo baksonya dingin lo kasih gue, ntar yang ada gue bisa gemuk! setiap ngantin makan dua porsi." lanjut gadis itu mengomeli sahabatnya. Pasalnya Karamel selalu tidak menghabiskan makanannya dengan alasan sudah kenyang, alhasil Prita harus makan lebih banyak.

Karamel terkekeh geli. "Iya iya, bawel amat,"

Sesekali Arkana melirik Karamel, saat gadis itu melihat kearahnya ia langsung merangkul pundak Tania kemudian tertawa. Sengaja.

Setelah beberapa saat, rombongan Arkana pergi meninggalkan kantin, sementara Karamel dan Prita masih sibuk berkutat dengan semangkok bakso masing-masing.

***

Karanel dan Prita baru saja selesai dari kantin dan kembali ke kelas karena sebentar lagi akan bel masuk.

"Novel gue gak ada, Prit. Gue masih belum pikun kok, gue ingat dengan jelas letaknya disini tadi." keluh Karamel dengan wajah paniknya.

"Coba cari yang bener, siapa tau keselip dimana gitu,"

"Udah gue cari sana sini tapi kagak ketemu,"

Prita nampak berfikir sejenak. "Gimana kalo kita keluar."

Prita langsung menarik lengan Karamel keluar tanpa menunggu jawaban gadis itu.

"Kemana? Ngapain?"

Prita terus berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor dengan Karamel yang membuntut dibelakangnya.

"Liat sekitar, siapa tau ada yang jail nyembunyiin novel lo," ujar Prita berlagak seperti detektif.

Sampailah mereka dihalaman belakang sekolah. Disana ada sebuah pohon besar juga ada tempat duduk yang sudah disediakan disana. Tempat itu dijadikan tempat untuk bersantai bagi sebagian murid. Tidak banyak murid yang datang ketempat itu karena mereka harus melewati beberapa gedung sekolah yang besar untuk bisa sampai disana.

"Aduh capek." keluh Karamel dan Prita bersamaan dengan nafas ngos-ngosan.

Karamel melihat sekitar, mencari tempat untuk istirahat, tanpa sengaja netranya menangkap penampakan sebuah buku berwarna hijau diatas pohon yang tepat dibelakang mereka.

Karamel memicingkan matanya, mencoba memastikan apakah itu benar sebuah buku. Atau cuma sampah siswa yang sering duduk duduk diatas pohon.

"Prit, liat deh, itukan buku novel gue?" ujarnya sambil menunjuk ke arah pohon.

Prita mengikuti arah tunjuk Karamel. "Eh iya bener."

"Aduh, mana tinggi lagi, gimana ngambilnya dong?"

"Tapi kok bisa nyampe situ sih?"

"Lo tau kan siapa yang suka jailin lo."

Tawa seseorang mengalihkan atensi mereka. "Gak bisa ngambilnya kan? liat lo berdua manjat, jatoh terus meninggoy, kayaknya seru, hahaha. MAMPUS!"

"Arkana!"

"Amit-amit gue mati konyol!"

***

Diruangan yang bernuansa putih dengan sedikit sentuhan warna coklat muda, beberapa boneka tersusun rapi diatas ranjang ukurang sedang itu, lampu penerangan yang disengaja terang benderang. Selain takut petir Karamel juga takut kegelapan.

Hening, tidak ada suara apapun diruangan itu kecuali jam dinding yang terus berdetak menunjukkan hari pukul sembilan malam saat ini.

Setelah asyik bermain dengan Leo, kini saatnya Karamel membersihkan rumah kucingnya.

"Meong... Meongg" leo terus mengeong. Selesai membersihkan pasir dan kandang kucingnya Karamel tidak lupa memberi makan kucing kesayangannya itu. Meskipun dirinya lelah setelah 9 jam belajar disekolah ditambah lagi sepulang sekolah ia harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah, Karamel selalu senang mengurus dan merawat kucingnya.

Setelahnya, Karamel menyempatkan membaca novel yang dipinjamnya tadi siang. Saat memegang buku novelnya, gadis itu teringat ketika ia dan Prita bertengkar dengan Arkana karena Arkana dan teman-temannya yang menyembunyikan novel itu. Dengan susah payah ia menyuruh Arkana agar mau mengambilkannya, namun cowok itu tidak acuh dan keras kepala. Meski sempat terlibat adu cek-cok dengan Prita, akhirnya Arkana mau mengambil novel itu.

Kamu dan aku kembali menjadi orang asing, meski dulunya kita adalah dua insan yang saling menyayangi

Diharapkan bijak dalam membaca karena banyak terdapat unsur kekerasan ⚠️

Cerita ini masih berantakan
Typo tersebar dimana-mana

See you next eps 💛


ARKARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang