Rencana dari semua keasingan

6 0 0
                                    

Seorang gadis menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan muka cemberut yang amat sangat kentara sekali.

Lagi-lagi ia berdecak sebal, "cantik banget MasyaAllah. Tapi Permaisuri mau jadi Permaisuri aja. Ga mau jadi Ratu!" lirihnya yang terdengar seru kemudian ia menangis dengan nada yang memilukan.

Sudah sejak dua jam yang lalu ia menangis, meratapi nasibnya yang berada dalam raga lain. Saat bangun tidur, ia menyadari banyak hal asing.

Di mulai dari tidak adanya boneka spongebob kesayangannya di tempat tidur, Queen sizenya yang berbeda, serta nuansa kamar yang sangat ia sadari sangat berbeda jauh dengan kamar miliknya.

"Rasanya pengen ngomong kasar kayak anjing, anjir, anjay, babi, bangsat tapi ga boleh kata mamah!" ucapnya lagi dengan pelan tanpa menyadari apa yang sudah terlanjur ia ucapkan. "Terus gue kudu gimana ya?"

Seperti mendapat pencerahan secerah sinar matahari, pun seperti ada lampu yang mengambang di samping kepalanya, ia berdecak kagum. "Aha!" serunya, "intinya berarti gue kudu ngindarin si Tristan dan jangan sampe nikah sama dia."

Smirknya memikirkan banyaknya rencana yang tersusun apik di kepalanya.

Permaisuri yang menempati raganya Ratu berjalan menuju ke pojok ruangan kamarnya, menduduki meja belajar dan segera mencari bolpoint.

"Ini alur udah jalan sampai mana ya?" desisnya bingung, "pasti remaja. Tapi gue ini masih SMP atau udah SMA?!"

Kemudian ia berjalan mondar mandir mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk.

Di mulai dari membuka laci belajarnya, ia membuka buku tulis miliknya—ah milik Ratu. 'kosong!' batinnya menjerit tak terima.

Padahal harapannya adalah dapat menemukan—seengganya nama dirinya dan kelas yang tercantum di dalam buku. Tapi nihil, hampir semua buku tulis bersampul warna merah yang ada di laci meja belajarnya ia buka satu persatu, hanya berisikan lembaran kosong tanpa coretan tinta setitik pun.

Ia menatap interior kamarnya—Ratu, sejenak ia berdecak kagum. Sangat apik!

Melangkahkan kakinya ke arah nakas, dapat ia jumpai foto keluarganya, foto dirinya dan—foto teman-temannya!

Langsung ia raih foto dengan teman-temannya. Mengamati dua orang anak berbeda jenis yang saling merangkul menggunakan seragam biru putih.

"YAK! seragam biru putih!" serunya, "berarti ini gue pas SMP, kalo di lihat-lihat si kayaknya juga gue masih SMP ini. Tapi rambut gue di foto ini sedikit lebih pendek dari sekarang."

Tanpa menyerah, ia mencari petunjuk lain dengan membuka jajaran lemari yang tersusun rapi.

Satu, dua, tiga, .... enam. Tepat pada saat ia membuka lemari bagian samping kiri pada jajaran ke enam, dapat ia lihat seragam berwarna abu-abu dan putih yang tergantung amat rapi.

Mengambilnya dan mengamati sejenak, "eh apanih?" ucapnya seraya mengambil papan nama yang terbuat dari kertas karton dan di lingkari tali rafia di kepang rapi.

Tak ada yang aneh, segala sugesti bermunculan di otaknya. Sampai akhirnya ia menemukan tulisan di bawah motto hidup pada papan nama tersebut.

'awal masuk sma, cuma pengen bareng Liam terus ih! stay banget sama tanggal 02-06-2023'

Permaisuri—Ratu berdecak senang. Segera ia berjalan dan meraih jam digital di atas nakas. Menghidupkannya dan terpampang locksreen gambar foto yang ia di jumpai tadi. Di samping kiri atas terpampang dengan jelas, jam menunjukkan pukul 08.23 Rabu, 28 Mei 2023.

Ia berseru senang, tandanya ia baru akan menginjakan kakinya di masa sma dan kemungkinan untuk menghindari dan tidak mengenal Tristan masih sangatt besar!

Segera ia melangkahkan kakinya ke arah meja belajar kembali, langkah pertama yang harus ia lakukan adalah menggeledah kamar ini. Barangkali ia bisa menemukan banyak petunjuk.

'Nyesel deh gue kalo baca novel always ngeliat deskripsi sama endingnya doang. Tau gini kan giliran gue masuk raganya si Ratu gue bisa sat set waspada, lah ini? Kudu nyari banyak petunjuk. Apa ini karma ya? astaghfirullah!!' lirihnya dalam hati menangis histeris.

Bersambung..
24 Desember 2023

TRANSMIGRASI RATU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang