Vote Komen, Sayang!💓
"Kalau buku? Butuh berapa si?"
Liam sedari tadi hanya menghela nafas, ia mengernyitkan dahinya, kemudian menatap Ratu dengan pandangan sulit di artikan. "Beli dua pack aja, nanti juga lebih."
Ratu mengangguk-anggukan kepalanya, "kalau pulpen satu biji aja kali ya?"
"No baby! Pulpen itu beli satu pack, buat jaga-jaga barangkali kamu ngilangin pulpen lagi." Liam dengan santainya mengambil pulpen berwarna hitam polos itu.
Ratu terdiam, jadi maksudnya ia sering menghilangkan pulpen, begitu?
Dan, ah iya! Seingatnya, di novel tak di jelaskan itu. Jadi kesimpulannya, seberapa dekat sosok asli Ratu dengan manusia tampan bernama Liam, ini?
Liam menatap beberapa macam alat tulis menulis yang sudah di belinya, dirasa cukup, ia menatap Ratu lembut. "Aku kayaknya udah deh. Kamu gimana?"
Ratu tersentak kaget, ia buru-buru menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka berjalan menuju tempat pembayaran.
"Abis ini, mau makan?"
Lagi lagi Ratu hanya mengangguk. Ingatkan Ratu, kalau iya masih teramat sangat asing dengan ini semua!
Tak berapa lama, mereka pun keluar dari toko Alat tulis menulis. Ratu mengedarkan pandangannya, menatap sekeliling, mall ya?
Tiba-tiba ingatan samar muncul di otaknya, 'mos? mall? Bukannya ini tempat pertama kali ia bertemu antagonis ya? Jadi, siapa antagonisnya? Mana banyak banget orang ih! Gue kan ga tau kejadian gue sama Liam ketemu dianya di mana dan pas apa!'
Liam yang memang sedari tadi memperhatikan Ratu pun mengernyit heran, ada apa dengan temannya ini? "Ke atas yu? Tempat makan kan di atas, nanti kita beli kebab aja."
Ratu mengangguk. Kemudian ia berjalan mengikuti Liam. Ia menatap tangannya yang berada di genggaman Liam.
Terasa aneh, menurutnya.
••••
Setelah membelikan Ratu dan dirinya dua potong kebab, Liam menggenggam tangan Ratu dan mengajaknya duduk di salah satu meja yang kosong.
"Gimana? Suka ga?" Liam menatap Ratu dengan pandangan lembut andalannya. Sedangkan Ratu yang di tanya hanya mengangguk.
"Ouh iya, kita daftar di sekolah mana, btw?" Tanya Ratu.
Walaupun heran dengan pertanyaan Ratu, Liam menjawab santai. "SMA Kertayasa"
Kertayasa ya? Ratu terdiam, ia tak mendapat ingatan apapun tentang sekolah itu. Benarkah dulu Ratu—asli bersekolah di situ?
Seorang Pramusaji menghidangkan dua minuman berwarna coklat, Es Milo, pesanan Ratu dan Liam. "Silahkan, kak."
Liam hanya mengangguk abai, karena fokusnya tetap pada Ratu. Sedangkan Ratu mengernyit tak nyaman. Ia seolah-olah mendengar alunan suara persis seperti itu. Tapi bukan saat ini, seperti sebelum-sebelumnya, mungkin?
Ratu menatap seorang gadis dengan pakaian hitam putih itu, 'cantik' batinnya bergumam lirih. "Misi kak? Kakak namanya siapa ya?"
Tak salah bukan? Ia seperti mempunyai feeling, perjumpaan dirinya dengan seorang gadis di depannya ini tak hanya di saat ini, tapi mungkin di masa depan, nanti.
Gadi tersebut tersenyum lembut, "Kiara, kalau kamu?"
"Ratu." Singkatnya, kemudian ia mengangguk saat Kiara hendak berpamitan ke stand jualan miliknya, lagi.
Ratu terdiam, di dunia ini, yang ia kenal dekat hanya Liam. Jadi, tak salah bukan jika ia mewaspai semua orang? Termasuk orang tua Ratu—asli.
TBC
Aku bakalan sering up gengs, tapi ga janji juga. Kebetulan aku udaa free, tiggal nunggu masa ospek. Doain ya gengs-!!🦋
Kamis, 16 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI RATU [ON GOING]
Teen FictionSeorang gadis merutuki nasibnya. Ia menatap sekelilingnya yang sangat berbeda 180 derajat. Berbagai sugesti muncul di kepalanya, sampai-sampai ia berpikir untuk menyerah, namun sangat di sayangkan apabila langkah itu ia ambil. Menghembuskan nafasnya...