Traumerei Fiveteen

186 9 0
                                    


Kepala Bona tertoleh saat suara ketukan pintu ruangan terdengar. Setelah berseru masuk, dia tidak melakukan apapun selama beberapa detik untuk mengetahui siapa gerangan yang datang.

Pintu tampak terdorong, lalu sebuah kepala muncul dari sela pintu yang terbuka sedikit. Itu Clara, yang datang bersama sebuah bekal yang diayunkan diudara.

Alih-alih mengambil dan menggunakan jas putihnya, Bona justru menghampiri Clara yang sekarang sudah masuk dan duduk di sofa, sang kakak tampak sibuk menata bekal dimeja.

Wajah Bona berbinar melihat banyaknya makanan yang dibawa Clara, makanan yang akan menjadi menu sarapannya pagi ini.

"Selamat makan!" dengan semangat dan antusis, Bona menyantap daging dan nasi hangat yang masih mengepulkan asapnya.

"Dihabisin."

"Kalo nggak habis, kakak ogah bawain kamu lagi." Ancam Clara terkekeh yang direspon anggukan dengan mulut penuh makanan.

Tidak ada pembicaraan, Clara hanya diam sambil mengamati Bona makan, hingga sang adik menghabiskan sarapannya dan meneguk air didalam gelas, semuanya tandas dan tak ada yang tersisa sedikitpun.

"Kamu udah nggak makan berapa hari?" sindir Clara cukup heran melihat cara makan Bona tampak seperti orang rakus.

Bona memayunkan bibirnya dan mendecih. "Ikhlas nggak nih? Mau aku balikin lagi."

"Jorok." Clara pura-pura menatap Bona dengan tatapan jijik yang kembali mendecih dan mencibir.

Menit berikutnya, hening menghidupkan kesunyian diruangan saat Bona memilih diam, begitu juga dengan Clara.

Hingga suara helaan panjang yang terdengar kasar mengalihkan perhatian Bona dari ponsel yang berakhir diletakan disofa sisinya. Bona mendongak, menatap wajah Clara yang tampak sendu.

 Bona mendongak, menatap wajah Clara yang tampak sendu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah."

Alis Bona naik bersama kerutan dalam didahi, merasa heran kenapa Clara tiba-tiba memanggil kata itu.

"Ayah kenapa kak?"

"Bona, kayaknya ayah emang udah nggak bisa sayang lagi sama Lula."

"Kenapa kakak mikir begitu?"

"Buktinya, ayah nggak dateng ke rumah sakit sama sekali buat jenguk Lula. Kemarin waktu kakak kasih tau kalo Lula masuk rumah sakit, ayah keliatan nggak peduli, bahkan nggak tanya ada apa dan kenapa."

Bona tersenyum kecut. Ternyata Clara tidak tau jika Dantae sudah kerumah sakit untuk melihat Lula.

Bona lagi-lagi hanya tersenyum. Dia meringis saat Clara menatapnya semakin sendu. Dia tidak mau menanggapi sang kakak perihal sang ayah.

Hatinya berdenyut perih, sakit seperti semalam tiba-tiba kembali hadir saat dia menyaksikan sendiri bagaimana sang ayah yang dia lihat dari balik pintu menangis pilu seorang diri dikegelapan, dan sakitnya bertambah berkali-kali lipat saat Bona melihat Dantae yang mencium kening Lula berulang kali bersama lolosan kata maaf.

TRÄUMEREITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang