Traumerei Seven

116 14 2
                                    


Ruang makan itu terlihat damai pagi ini, semua orang terlihat menikmati sarapan mereka. Namun tidak untuk Bona yang hatinya masih saja kacau sejak mendengar berita dari Logan. Mata gadis itu tak berhenti melirik nanar dan gelisah pada kursi kosong didepannya, yang akan selalu Lula duduki jika makan tanpa Dantae.

"Kamu nggak suka makanannya, atau gimana? Jangan didiemin terus."

Bona tertegun mendengar suara yang tiba-tiba mengintrupsi, dia lantas menoleh pada Dantae yang duduk ditengah yang tengah menatap heran kearahnya. Itu adalah teguran yang kelima kali, pertama oleh Suryeon yang menangkap basah Bona tampak termenung dengan pandangan kosong dengan tangannya yang mengorak-arik makanan dipiring.

"Su-suka kok, yah." Jawab Bona sedikit gerogi, dia lantas kembali melanjutkan sarapan dengan tidak semangat.

"Kamu lagi ada masalah? Kalo iya, ngomong disini. Siapa tau ayah, bunda, sama kakak bisa bantu kamu cari jalan keluar." Ujar Clara.

Dia heran dengan sikap Bona yang tidak seperti biasanya, adiknya itu tampak sekali murung dan gelisah, Bona juga seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.

Bona mendongak, dia sengaja mempertemukan matanya dengan mata Clara yang menatapnya tanpa berkedip dengan alis yang terangkat sebelah, mereka saling mengunci pandangan hingga akhirnya Bona kembali menunduk dan menggeleng.

"Nggak ada. Aku lagi nggak ada masalah."

Clara mengangguk dan percaya saja dengan jawaban Bona.

Hening mengambil alih suasana dimeja makan, hingga suara Suryeon dan Dantae terdengar memecah diam. Pasangan itu membicarakan banyak hal disana, termasuk tentang si bungsu.

"STOP!"

Itu Bona yang tiba-tiba berteriak dan membanting sendoknya ke piring. Membuat Suryeon, Dantae dan Clara terkejut bukan main, ketiganya kompak menatap heran kearah Bona yang melotot bersama dada yang naik turun tak beraturan.

"Hey, Bona. Kamu kenapa?" tegur Clara, merasa tak sopan dengan apa yang barusan sang adik lakukan.

Bona sendiri juga bingung dengan sikapnya kenapa dia tiba-tiba meledakan amarahnya begitu saja. Tapi yang jelas, karena dia tidak suka dengan Dantae yang setiap hari terus memojokan Lula dan membandingkan sang adik dengan orang lain. Bona sudah muak, sudah cukup untuk dirinya pura-pura tidak mendengar selama ini.

"Apa salahnya buat terima Lula apa adanya?! Lula itu juga anak ayah! Nggak sepantasnya ayah banding-bandingin sama orang lain! Kita punya kelebihan dan kekurangan masing-masing!"

"Cuman gara-gara Lula nggak sesuai sama harapan ayah, ayah jadi berat sebelah begini! Kalo aku boleh jujur, ayah nggak pantes dianggep sebagai orang tua! Ayah jahat!"

Setelahnya, Bona pergi meninggalkan meja makan, meninggalkan makanannya yang masih tersisa cukup banyak, dan meninggalkan Dantae yang terdiam karena merasa tertohok dengan ucapan Bona, begitu juga dengan Suryeon dan Clara yang saling tatap. Mereka bertiga benar-benar dibuat tidak mengerti dengan sikap Bona pagi ini.

Sudah dapat Clara simpulkan jika Bona memang sedang dalam masalah, dan dilihat dari sikapnya tadi seperti ditujukan sebagai bentuk pelampiasan.


*****


Clara yang baru selesai bersiap dan keluar dari kamar dibuat tertoleh saat mendengar ketukan pintu halus beberapa kali, dia menemukan Suryeon yang ada didepan kamar Bona.

Clara lantas memanggil sang bunda lembut dan menghampiri wanita itu yang langsung menoleh kebelakang bersama senyum tipis menyambutnya.

"Udah mau berangkat ke yayasan?"

TRÄUMEREITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang