2/Hari Ini

128 16 3
                                    

Pagi hari di Rumah Hara...

''Ada apa dengan Anak Papa ini? Kau mendapatkan hidayah Hara?''

''Jangan mengejek! Biasa sajalah Pa,'' jawab Hara.

Papanya yang bernama Lim itu mengelilinginya. Ini adalah pertama kalinya ia melihat anak gadisnya memakai rok. Benar-benar cantik dan elegan bak tuan putri.

''Berhenti menatap Pa! Hara ga sudi makai ini, tapi...'' ucap Hara terputus.

''Papa tidak peduli alasanmu apa, tapi Papa senang sekali melihat kau seperti gadis pada umumnya. Papa berharap sekali kau akan terus seperti ini selamanya.''

''Ah, sudahlah, Hara pergi ke sekolah dulu ya Pa.''

Hara buru-buru berangkat ke sekolah. Ia menaiki motor ninja berwarna merahnya dan menancapkan gas agar bisa berkendara dengan kencang. Orang-orang di perjalanan yang dilaluinya menoleh Hara dengan tatapan aneh. Mereka sontak terkejut dengan penampilan Hara hari ini. Seperti mimpi bagi mereka.

Akhirnya, selang beberapa menit, Hara telah sampai di sekolah. Ia berhenti di gerbang dan merasa bimbang. Ia diam-diam malu. Tiba-tiba pundaknya ditepuk seseorang. Hana memutar kepalanya dan rupanya yang menepuk pelan pundaknya adalah Fura.

''Hara, lu menawan banget,'' puji Fura.

''Aih, jangan memuji gue.''

''Lu hebat banget, lu nepatin janji yang sungguh berat pastinya bagi lu. Lu akan membuat semua warga sekolah ini gemetar.''

Hara memegang tangan Fura. Ia terlihat gugup sekali.

''Gue merasa kehilangan jati diri. Gue ga mengenal diri gue lagi Fura,'' rengek Hara.

Fura menepuk bahu Hara. Ia mencoba menenangkannya. Fura lalu menyuruh Hara masuk ke dalam sekolah. Namun, Hara menahan badannya. Ia ingin mengganti rok menjadi celana saja. Rasa malunya menutupi keberaniannya. Fura tak putus asa, ia meyakinkan Hara. Oleh karena rayuan Fura, Hara pun memberanikan diri melangkahkan kakinya kedalam sekolah.

Rupanya kehadiran Hara sudah ditunggu oleh 900 siswa-siswi di sekolah. Mereka seketika membulatkan mata melihat Hara. Mereka takjub. Memakai rok menambah kecantikan Hara. Semua lelaki menjadi salah tingkah, mereka berteriak memekik bagai orang gila.

Yoan kesal. Ia mengarahkan badannya ke dalam kelas dan mengeluarkan sedikit air mata aslinya. Tak lama kemudian, Hara berdiri di hadapan Yoan yang sedang menangisi keperihan hatinya. Hatinya hancur. Ia melihat jelas Nicholas ikut salting.

''Jangan bilang kau lupa perjanjian kemarin!'' Hara mengingatkan Yoan.

Kemarin...

''Kalau aku benar melaksanakan janji, maka kau harus menjadi anggota basket.''

''Iya, iya, siapa takut? Huh!''

Walau tak bisa dan tak mau, Yoan terpaksa menuruti keinginan Hara. Ya, sore itu juga Yoan resmi masuk ke dalam klub olahraga basket sekolah. Ia masuk ke dalam tim harimau. Ia disambut hangat. Yoan yang masih menyangkut dalam dirinya kebancian, tak canggung pada para siswa yang gagah dan tampan. Ia melehoy dan memamerkan aura kebanciannya. Ia menari di depan para lelaki tanpa merasakan malu sedikitpun. Para lelaki tampak menghargai Yoan tapi sejujurnya mereka mempermalukan Yoan. Mereka terhibur karena tingkah Yoan.

Hara yang penasaran dengan keadaan Yoan di sore hari itu, memeriksa Yoan di lapangan basket. Betapa kagetnya Hara. Hara pun tak segan-segan memarahi Yoan.

''Lu harusnya main sama mereka! Bukan seperti ini keadaan harusnya berjalan!''

Yoan tak suka dengan kedatangan Hara. Ia mengusir Hara.

''Tenang saja, gue akan pergi. Jhova, Messi, Suga dan teman-teman yang lain, gue mohon untuk mendidik banci ini menjadi waras kembali.'' Sesudah menyelesaikan perkataannya, barulah Hara pergi.

Para pemain basket menarik tangan Yoan dan mengajak Yoan berlatih bermain basket. Mereka mengajari Yoan cara bermain, lalu mereka meminta Yoan untuk mempraktikkan apa yang sudah mereka ajarkan. Tentu saja, Yoan mempraktikkan tidak serius. Namun, ketidakseriusannya yang awalnya memecah gelak tawa, lama kelamaan membuat emosi para pemain basket.

''Seriuslah walau cuma sekali!'' bentak Jhova.

Usai dibentak, Yoan mencoba bermain dengan serius. Tapi kenyataannya, ia memang masih belum bisa. Ia kembali dimaki dan ia menangis tersedu-sedu. Para pemain basket itu meninggalkannya sendirian di tengah lapangan basket, mereka sungguh tidak peduli.

Kini di lapangan itu hanya ada Yoan yang masih menangis. Para hantu yang berada di lapangan basket tak bisa menangkannya karena berbeda wujud. Hanya sebentar saja, tiba-tiba muncullah makhluk yang sama dengannya, yakni sama-sama manusia. Siapakah dia? Dia adalah Hara. Ia menjulurkan tangannya.

''Bangunlah, waktunya pulang ke rumah. Cengeng pake banget, lu perlu tahu bahwasannya seorang cewek ga secengeng itu. Yuk pulang bareng, gue tahu lu manja banget.''

''Tidak usah mengasihani gue, gue gak apa-apa. Lelaki-lelaki tampan itu baik kok sama gue, mereka sayang banget sama gue. Tadi, gue cuma jatuh aja. Itu mangkanya gue nangis.''

Hara mengiyakan saja. Lalu mereka berdua meninggalkan lapangan basket dan menuju tempat parkir. Dengan senang hati, Hara membonceng Yoan. Ia mengantar Yoan ke rumah dengan hati-hati. Yoan pun berterima kasih dengan iri dengki yang masih tertanam di dalam benaknya.

Setelah mengantar Yoan, Hana pergi pulang pula ke rumahnya untuk melanjutkan kegiatan kehidupan selanjutnya. Lagi-lagi di perjalanan pulang, orang-orang yang dilaluinya masih saja terheran-heran melihatnya. Tak satupun yang masih menerima kalau itu benar dirinya. Hara tak mempedulikan sama sekali. Yang terpenting baginya hanyalah janjinya sudah terbereskan. Besok, ia kembali menggunakan celana seperti biasa.

Sesampainya di rumah...

''Putri Papa sudah pulang,'' kata Lim sembari tersenyum kepada anak satu-satunya.

''Papa, Hara kasih tau sekarang ya, kalau Hara cuma hari ini aja pakai rok. Jadi, Papa ga usah berekspektasi besoknya Hara pake rok lagi dan jadi lagi, Papa anggap Hara Putra Papa.''

Gimana readers??.....
Seruu gaaa?🐰
Next?🍸

Cuma Cerita BanciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang