6/Les

46 14 1
                                    

Yoan berlari sambil menangis ke arah temannya. Temannya yang sepertinya akan selalu ada untuknya.

''Tutututu, coba cerita kenapa lu bisa nangis gini?'' Hara prihatin.

''Lu ga ada di saat gue sangaaaaaat butuh elu.''

Hara khawatir sekali. Ia mengelus punggung Yoan yang sudah menjadi temannya itu.

''Gue tadi di pukuli sama Jhova dan kawan-kawannya. Sakit tauuu.''

''Mana lukanya?''

Yoan menunjukkan kakinya yang memar. Uh, memang perih. Hara tak tinggal diam membisu. Ia mencari Jhova untuk dimintai pertanggung jawaban. Jhova sedang duduk santai dibawah beringin bersama komplotannya.

''Woi Jhova! Lu harus tanggung jawab!''

''Eh ada cewek cantik. Hara, lu ada masalah apa nih? Lu kangen sama gue?''

''Gila lu ya! Lu apain si Yoan! Kakinya memar tuh. Lu harus ganti rugi dan berlutut sama dia.''

Jhova tak bisa mengontrol amarahnya. Ia mendekati Hara dan memegang kerah baju Hara. Hara  tidak takut sedikitpun. Ia mengeluarkan jurusnya. Hanya dalam sekejap, Jhova terpelanting dibuatnya.

''Apa liat-liat? Kalian mau juga?'' tanya Hara serius kepada teman-teman Jhova.

''Enggaaaa. Ampun sepuh karate.''

Teman-teman Jhova segera mengangkat Jhova, lalu mereka memasukkan Jhova ke dalam mobil lamborghininya.

Helin dan Wira yang masih berada di sekolah mendekati Hara. Mereka bengong sekejap menatap Hara.

''Hara? Apa kau mendukung banci ini? Hahahahahhahaa. Keknya otaklu jatuh deh,'' kata Wira.

''Iya, gue ngedukung Yoan. Apa itu membuat rugi lu?''

Wira dan Helin memutar wajahnya ke samping. Lalu mereka berjalan melewati Hara dan mendorong bahu Hara. Hara tak memendam amarahnya kepada Wira serta Helin yang mempermalukannya. Ia harus full menahan sabar jika berhadapan dengan perempuan. Wira sendiri menertawakan Hara sebagai bentuk pelampiasan karena Hara telah menyakiti fisik Jhova.

Hara dipandang dan ditertawakan oleh orang-orang yang melingkarinya. Yoan secepatnya meminta maaf kepada Hara. Meskipun Yoan menjadi penyebab ia ditertawakan, Hara tidak menaruh benci padanya. Ia tersenyum kepada Yoan agar Yoan tidak merasa bersalah.

''Jangan pedulikan mereka, mengerti?'' tegas Hara. Yoan menganggukkan kepala sebagai bentuk mengiyakan.

Hara mengambil tangan Yoan dari samping bahu banci itu dan menggandengnya.

Hara lalu mengucapkan sepatah demi sepatah kata yang jika dirangkai menjadi satu terbentuklah sebuah kalimat yang berbunyi hari ini kita les. Hara yang menyudahi kalimat terakhirnya yaitu les membuat Yoan kegirangan manja. Yoan melompat-lompat kesenangan. Oleh karena itu, Hara menyuruh Yoan untuk pergi dengannya saja. Ini adalah kali kedua Hara membonceng Yoan.

Sepanjang perjalanan, Yoan terus bernyanyi merdu. Hara yang mendengar suara Yoan merasa terkesima. Banci ini memiliki suara berdamage. Jika ia bernyanyi, ia tak pantas lagi dipanggil banci. Suaranya menampilkan aura pria yang dapat meracuni semua perempuan untuk jatuh hati.

''Suara lu bagus banget,'' puji Hara.

''Lu ngejek ya? Ih, ga jadi lah gue nyanyi.''

''Pick me,'' ledek Hara.

Hara melihat Yoan di kaca spion motornya. Poni di kening Yoan terkibas angin, nampak sudah dahi Yoan yang indah. Hara takjub.

''Yoan, asal lu tahu. Lu itu gantengnya kebangetan, cuma gegara lu banci doang, orang ga suka sama lu,'' ucap Hara di dalam hati.

Andai Yoan tahu perkataan Hara di dalam hati itu, tentu saja ia akan mengamuk dan berubah menjadi serigala.

Setibanya di rumah...

''Orang tua lu mana?'' tanya Yoan.

''Mereka lagi ga di rumah seharian ini,'' jawab Hara.

Hara menuntun Yoan menuju dapur yang terletak di ruangan paling belakang rumah di lantai 1. Yoan mendapati dapur di Rumah Hara dihiasi hiasan berwarna pink. Yoan pun mencemooh Hara.

''Heh denger ya banci, baju-baju gue juga banyak yang pink kok. Gue itu cuma jiwanya aja yang tomboy. Hakikatnya, gue tetep cewe. Jadi, lu ga usah ngejek gue gitu. Soalnya ga mempan buat gue sakit hati.''

''Iyain deh.''

''Oh, berani lu macam-macam ama gue ya? Sini lu!'' Hara sedang memegang sebuah teflon. Ia hendak memukul Yoan menggunakan teflon. Yoan yang ketakutan berlari menjauhi Hara.

Hara diam di tempat. Ia tidak berpindah selangkahpun dari tempat ia berdiri. Ia sayang sekali kepada teflonnya. Maka dari itu, Hara tidak jadi memukul Yoan menggunakan teflon. Ia khawatir teflonnya rusak.

Singkat cerita, mereka berdamai. Tentunya, setelah Yoan mengajukan permintaan maafnya sampai ke-100 kali. Di sinilah tampak Hara mempunyai jiwa perempuan pula.

Hara mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak dari kulkas. Ada cabai, berbagai dedaunan dan 5 ekor ikan segar. Lalu, ia juga mengambil bahan yang terletak di atas pojok meja. Ia memperkenalkan bahan-bahan tersebut satu persatu kepada Yoan.

''Langkah pertama, lu harus pandai dulu dong bersihin ikannya. Lu tau ga caranya?''

''Engga kak, ajarin dong kak.''

''Sip. Di langkah pertama ini juga terdiri dari beberapa langkah, yakni 1 lu harus ke wastafel, 2 ambil pisau dan potong bagian ikannya kayak gini, 3 siapin asoi untuk tarok kotoran dan lainnya, 4 putar krannya, lalu tinggal bersihin ikannya deh dari darah. Finally, lu masukin ikan-ikan comel ini ke dalam wadah berisi air plus sedikit garam.''

''Aduh, panjang banget penjelasannya kak. Semoga gue ingat ya.''

''Lu sih, ngapain ngeliatin gue dari tadi, liat proses yang gue kerjain, bukannya ngeliatin muka gue,'' kata Hara dengan tatapan sinisnya.

''Ih, lucu banget sih, melebihi comelnya ikan-ikan ini. Lagi marah aja, masih aja comel dan cantik,'' puji Yoan.

Jantung Hara mendadak dag dig dug. Hara memperingatkan dirinya sekeras mungkin bahwasannya Yoan tak sedang merayunya, Yoan pasti ingin meminta tutor agar sepertinya. Bener saja, Yoan meminta tutorial kepadanya setelah ia berpikir apa maksud Yoan.

''Gue ga tau tutornya, lu mau gue goreng juga jadi sambal ya?''

''Lah, kita bikin sambal? Kirain kue.''

''Astaga, Yoan beneran merhatiin muka gue doang buset,'' ucap Hara di dalam hati.

Next readers???🍲
Stay in my story ya🌮
Semoga hari kalian always happy🍃

Cuma Cerita BanciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang