7/Chat

44 14 1
                                    

Lim membentak Hara. Ia mengingatkan sang anak bahwa kepandaian karatenya ditampilkan hanya pada saat lomba.

''Jhova terluka parah, Papa barusan jenguk. Sekarang, giliran Hara. Papa ga mau tau, pokoknya Jhova harus bisa maafin kamu. Tadi Mamanya Jhova ngancam Papa, kalau kamu ga datang ke rumah sakit, kamu dilaporin ke polisi atas tindak kekerasan.''

''Hadeeh, tapi ini kan hari minggu Pa. Hara pengen ke gym. Kapan lagi Hara bisa ke gym, senin sampai sabtu Hara sekolah.''

''Masih berani ngelawan Papa ya? Cepetan berangkat ke rumah sakit.''

''Iya,'' kata Hara. Ia berjalan keluar rumah. Hara menendang pintu rumah sebelum selangkah ia keluar dari ruang tamu.

Hara berangkat menggunakan motor Nmax berwarna hitam. Ia mengendarainya pelan-pelan. Malas sekali ia berjumpa musuh. Ya, akhirnya ia tetap akan bertemu Jhova. Di tengah perjalanan, Hara membeli buah-buahan segar. Pedagang itu berterima kasih kepada Hara karena membeli dagangannya sangat banyak.

Sesampainya di rumah sakit....

Jhova yang mengetahui kedatangan Hara tersenyum. Ia mendengar bunyi langkah kaki Hara. di ruangan Jhova dirawat hanya ada dirinya sendiri. Orang tuanya telah pergi untuk berkerja. Jhova tak berkedip memandang Hara.

''Tunggu sebentar, gue mau nelpon dulu, ada urusan penting,'' kata Hara.

Hara keluar dari ruangan dan menelepon seseorang. Hara lalu kembali ke dalam ruangan rawat Jhova. Jhova persis seperti orang gila yang terus-terusan tersenyum. Bagi Hara, senyuman Jhova pahit sekali.

''Lihatlah ke jendela,'' suruh Hara.

''Okay.'' Jhova mengikuti perintah Hara.

Ia melihat ke jendela dan membuka mulutnya lebar-lebar. Ia terharu karena Hara membawakannya buah-buahan sangat banyak sampai-sampai buah-buahan itu harus diangkut mobil pick up. Hara menegaskan bahwa Jhova harus membatalkan laporannya kepada polisi. Jhova mengacungkan jempolnya.

''Aku ingin membacakan selembar kertas bertuliskan puisi buatan tanganku sendiri. Bisakah kau ambilkan? Letaknya ada di atas meja di pojok kiri.''

Hara menuruti kemauan Jhova. Ia mengambilnya. Saat, kertas yang bergulung itu telah berada di tangan Jhova, Jhova bersiap-siap membacanya.

''Haraaaa!! Kami datang!!!'' ucap Qina, Delia dan Misyka.

''Guys, tolong jagain Jhova. Gue mau ke lantai bawah dulu.''

''Amaaaan,'' jawab ketiga temannya serentak.

Percakapan Hara di telepon tadi...

''Qina, gue minta tolong banget sama lu, ajak yang lain juga datang ke sini. Gue risih cuma berdua sama setan. Oh ya, nanti jangan lupa bully Jhova habis-habisan yha.''

''Membully Jhova itu mah keahlian gue, tak perlu diragukan lagi.''

Jhova merobek-robek kertas yang ada di tangannya. Ia membuang sobekan kertas ke lantai. Qina memungut satu sobekan kertas. Dilihatnya, tertera di sobekan kerta 'penulis Aditya Warman' . Qina tertawa terbahak-bahak. Delia dan Misyka yang penasaran hal apa yang membuat Qina tertawa, melihat sobekan kertas di tangan Qina dan membaca tulisan di kertas. Mereka ikut tertawa terbahak-bahak pula.

''Pembohong, nulis puisi cinta aja nyontek karya orang. Gimana cewek mau kepelet ama lu,'' ejek Qina.

''Udah guys, udah guys, perut gue sakit nih. Heh, berotak lu dikit ya Jhova! Buang sampah tu pada tempatnya, kagak gini,'' kata Misyka sambil memperagakan. Ia membuang sampah di muka Jhova.

''Ups, sengaja,'' kata Misyka diselingi gelak tawa yang meriah.

Beberapa pria datang membawa buah-buahan ke dalam ruangan Jhova. Hara masuk pula. Ia mengajak temannya untuk keluar.

''Bye Jhova, kami berempat mau pergi travelling dulu. Rasain deh lu! Hahaahha kasian deeeh, huhuhuuu, hhahahahahaa,'' ucap Delia.

Jhova terbaring lemas di kasur. Ia hanya bisa menerima situasi. Ia lanjut bermain handphone. Ia mengechat teman-temannya.

Jhova: Messi, Suga, Myan, Elgar, kalian ga jenguk gue?

Messi: Ah, lu ganggu banget sih, kami lagi asik main mobile legend. Lu harus tabah banh. Itulah hidup, kadang senang kadang sedih.

Myan: Terserah lu banh mau bilang kami bangke atau apa kek, ya ini kan pilihan kami ya. Menurut kami, main ml lebih prioritas. Hihihi.

Suga: Mending, pagi-pagi gini, lu baca kitab deh. Hahaha, jangan berharap sama kami, ga bakalan sembuh lu.

Jhova: Ternyata kalian bermuka delapan ya sama gue.

Elgar: Drama banget lu kayak cewek Jhov.

Messi: Ah, lu jangan pura-pura ga ingat deh Jhov. Pas gue sakit abis kecelakaan, semuanya juga ga jenguk kok.

Jhova: Gimana ya bang? Tapi lu kan ada yang jenguk cuma pas tu gue doang ga dateng gara-gara gue jalan-jalan di Paris.

Jhova mematikan handphonenya. Ia muak. Ia memilih tidur saja. Ia berharap mimpi indah untuk pagi menjelang siang ini.

''Tadaaaaaaaa!!! Selamat badan sakit! Selamat badan sakiit! Selamat sakit! Selamat badaaan sakiiit!'' nyanyian serentak mengikuti nada lagu selamat ulang tahun yang dibawakan teman-teman Jhova yang berdiri di dekat Jhova.

''Kalian datang rupanya.''

''Hehehe, daritadi pagi kami datang, kami di ruangan samping elo tuh main mlnya. Terus barusan kami diusir sama perawat, ya kami cus pindah sini mau lanjut main mlnya.''

''Kalian ini di luar nalar banget. Akh! Astaga, berarti kalian tau dong gue tadi...''

Teman-teman Jhova tertawa sambil memukul satu sama lain.

''Iya, kami tahu lu abis dibully ama 3 cewe.''

Jhova menutup mukanya. Ia malu. Teman-temannya memanfaatkan keadaan Jhova yang sedang menutup muka dengan mengambil buah-buahan.

''Makasih ya bro buah-buahannya, kami dah jenguk lu kan. Tadi, bangun pagi kami langsung ke sini. Cuma karena ada orang tua lu sama Bapaknya si Hara jadi kami ga sempat masuk ruangan ini. Kami mau balik ke rumah dulu, mau mandi abis tu ngerjain tugas sekolah,'' kata Messi panjang lebar.

''Ngerjian tugas sekolah gak tuh.'' Jhova lelah melihat kelakuan temannya.

''Bye broo!! Semoga hari lu menyedihkan,'' kata Suga.

🍨🍧🍦🍭🍬 See you guys 🌾🍂🌻🍁
Semoga kalian seneng sama cerita nya🍱

Cuma Cerita BanciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang