Chapter 01

305 51 32
                                    

Saat senja melambai perlahan, hujan mulai turun dengan gemuruh petir yang membelah langit. Di tengah kota yang terkena siraman hujan, seorang gadis menyusuri jalan dengan mobilnya, mengejar waktu agar cepat sampai di rumah. Deru mesin mobil menciptakan dentuman yang bersahutan dengan langit yang bergemuruh. Tatapan cemas terpancar dari matanya yang tajam, mencerminkan keinginannya untuk tiba dengan selamat di tempat yang ia panggil rumah.

Sesekali kilat menyambar, menerangi jalanan yang tergenang oleh guyuran air hujan. Dobrakan hujan dan gemuruh petir menjadi saksi perjalanan gadis itu, memeriahkan sore yang tak terlupakan.

Di seberang jalan, gadis itu melihat seorang perempuan berdiri di ujung jembatan, dengan satu langkah lagi ia bisa terjatuh ke dalam sungai yang kelam dan dalam. Keheningan sore itu terputus oleh derap langkah hati gadis di dalam mobil. Dengan hati yang berdebar, ia segera membelokkan setir mobilnya dan berhenti tepat di depan perempuan itu.

"Dari postur tubuhnya, kok gue agak kenal ya?"

"Tapi siapa dia?"

Langkah gadis itu ragu, namun bersamaan dengan itu, naluri kepeduliannya membimbing langkahnya. Dengan penuh keberanian, ia mendekati perempuan itu yang tampak rapuh di tepi jembatan. Suara gemuruh petir di kejauhan menambah ketegangan di udara. Tanpa sepatah kata pun terucap, pandangan mata gadis di dalam mobil bertaut dengan mata perempuan di ujung jembatan, sebagai pengikat hati yang tak terucapkan.

"DISHA, ASTAGA LO NGAPAIN DISINI!?" kaget nya begitu melihat gadis yang ia anggap sebagai musuhnya di sekolah.

Faye mendekati gadis itu lalu memegang kedua pundaknya. Melihat jelas wajah Disha yang penuh dengan kemerahan bekas tamparan, melihatnya membuat meringis ngilu.

"Gak usah pegang-pegang!" sentaknya membuat Faye sedikit menjauh dari Disha.

"Cih! Lo buang-buang waktu gue, tapi gue kasihan lihat lo mau bunuh diri di sini." ucap Faye mengambil ponselnya di dalam tas, dan berusaha membukanya walaupun hujan yang semakin deras membuatnya kesusahan membuka ponsel.

"Sha, udahlah sini gue bawa pulang lo, ini petir nya gak main-main anjir. Lo mau mati muda?" kesal Faye menarik tangan Disha walaupun gadis itu bersikeras ingin tetap di tempatnya.

"Apaan sih Faye! Lo gak tau apapun tentang masalah gue,"

"Ya emang gak tau bangsat. Gue ikhlas nolongin lo!" balas Faye dengan menatap Disha sinis.

"Gak usah, gue gak butuh!"

"Eleh malah nolak lagi. Udahlah ayo, anggap aja hari ini kita baikan."

"Gue gak mau, Faye lo budek banget!" kesal Disha.

"Apa sih masalah hidup lo, hah? Sampai segininya mau bunuh diri," tanya Faye dengan nada sinis nya, jangan lupakan juga dengan suaranya yang di kencangkan.

DISHA menatap Faye kesal karena menurutnya terlalu sewot. "Kenapa. Lo mau tukeran hidup sama gue?"

"Gak minat. Walaupun gue suka sama Arzhel yang nyatanya udah punya cewek yang sok cupu kek lo,"

"Gue gak mau jadi lo, soalnya hidup lo terlalu miskin!" perkataan pedas yang keluar dari mulut Faye membuat Disha melotot kan matanya marah.

"Lo juga miskin kali, contohnya, miskin perhatian!" balas Disha tak mau kalah. "Gue punya segalanya, kecuali kekayaan, tapi setidaknya semua orang sayang sama gue,"

"Alah lo itu cuman di manfaatin doang karena lo pintar," ucap Faye tertawa pelan.

Faye menahan tangan Disha yang ingin menampar wajahnya. "Ngapain lo anjir!!"

"Mau nampar wajah sok cantik lo!" ucap Disha dengan muka geram nya.

Kedua gadis itu sama-sama  tersulut emosi di tengah guyuran hujan yang tak kunjung mereda. Awan gelap memayungi langit, menyulap suasana menjadi semakin tegang. Tanpa aba-aba, petir tiba-tiba menyambar keduanya yang tengah bertengkar, tangan mereka terjalin erat dalam pergumulan yang tak terduga. Faye, yang tanpa sengaja memegang sesuatu yang dapat menarik petir, melihat cahaya biru elektrik melintas diantara mereka seusai sambaran itu.

Serentak, teriakan histeris terdengar membelah udara, mencerminkan ketakutan yang melanda hati Faye dan Disha. Namun sayangnya, kejadian itu begitu cepat hingga tak ada seorang pun di sekitar jalan yang mereka tempuh.

Dampak kekuatan petir yang melanda keduanya membuat mereka pingsan, tak sadarkan diri di tengah keheningan malam yang gelap dan sepi. Nasib membelenggu mereka dalam keadaan yang tak terduga, tanpa seorang pun yang bisa memberikan pertolongan dalam situasi genting itu.

Disha : The Antagonis Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang