Chapter 04

73 28 12
                                    

Pagi ini, Disha terbangun lebih awal dari biasanya oleh suara alarm yang tiba-tiba berbunyi.  Pukul 7 pagi, dan ia ingat bahwa jam 8 pagi sekolah akan ditutup. Merasa sedikit tergesa-gesa, Disha segera bangkit dari tempat tidurnya. Hari ini adalah Rabu, yang berarti hari di mana semua siswa diharapkan mengenakan seragam batik sekolah.

"Demi apapun itu, gue gak suka warna kuning!"

"Ini kamar apa tai sih? Kuning banget, mata gue jadi sakit lihatnya."

Dengan tergesa-gesa, Disha memilih baju batik sekolah dengan rok selutut yang serasi, lalu melengkapi penampilannya dengan cardigan kuning. Meskipun merasa sedikit risih, karena warna kuning bukanlah warna favoritnya yang sebenarnya lebih menyukai warna biru muda dan pink. Namun, dengan segala keterbatasan dan keadaan yang harus dihadapinya, Disha tetap memakainya.

Disha menatap wajahnya di cermin dan menyisir rambutnya. Disha lebih menyukai rambutnya di gerai daripada di ikat. "Masih cantik kan gue,"

Lanjut menambahkan sedikit polesan di wajahnya agar terlihat segar, dan memakai ombre lips barenbliss shade 04 never settle dan shade 07 love always . Ini ombre lips yang benar-benar cantik, ternyata Disha yang asli mempunyai selera make up yang sama dengan Faye.

Inilah yang di maksud natural, Disha hanya memakai sunscreen dengan tambahan sedikit bedak, lipstik/lipstin, dan mengalis sedikit keningnya. Bukan natural yang gak pakai apa-apa shay, ya kali ke sekolah senatural itu kan agak lain.

Jangan lupa juga pakai body lotion dan parfum yang tahan lama.

Disha mengambil bando berwana biru muda sesuai dengan almet OSIS yang berwana biru. Setelah selesai berpakaian Disha keluar dari kamar.

"Gue lapar anjir. Mana gak ada duit,"

"Udahlah pergi aja."

Disha bergegas menuju sekolah tanpa sempat sarapan pagi. Menaiki bus khusus anak sekolah, saat tiba giliran untuk membayar menggunakan kartu, Disha tersadar bahwa uang yang ia bawa tidak mencukupi. Kekhawatiran pun menyelimuti pikirannya, terutama saat sopir bus mulai merasa jengkel dan marah karena ia menghalangi antrian orang yang ingin masuk.

Namun, tiba-tiba seorang cowok dengan tegas melangkah mendahului Disha. Tanpa ragu, ia langsung berbicara kepada sopir bus bahwa ia akan membayar tiket Disha. Kejadian tersebut membuat Disha merasa terselamatkan.

"Omg. Thank you." ucap Disha duduk di samping cowok itu.

"Kenalin gue Disha." Disha tersenyum menatap cowok itu tapi dia tidak mendapatkan balasan.

"Lo jurusan apa? Gue gak pernah lihat lo," ucap Disha merasa heran.

"Gak pernah lihat gue?" tanya balik cowok itu dengan mengangkat satu alisnya bingung.

Disha menganggukkan kepalanya. "Kita gak pernah ketemu, padahal kita satu sekolah loh,"

Cowok itu tertawa kecil sambil memegang kepalanya, dia menatap Disha begitu dalam hingga yang di tatap pun segera memalingkan wajahnya.

"Kita sekelas bro." ucap cowok itu membuat Disha terperangah kaget dengan mulut yang terbuka. Dia merasa malu, sangat malu.

Disha menutup wajahnya dan menundukkan kepalanya kebawah untuk menutupi malunya. Saat bus berhenti, Disha dengan gerakan cepat turun dari bus tanpa menyadari dia menjatuhkan bando nya.

Keenan mengambil bando biru itu, melihatnya dengan bingung. Ternyata anak SMA masih menggunakan bando seperti anak SD dan SMP. Pikir Keenan.

"Ken, gimana ntar malam. Lo jadi kan?" Seorang cowok yang memakai almet biru yang sama seperti Keenan menghampirinya.

"Ck! Gue udah peringatin lo, gak usah pake almet OSIS!" ucap Keena kesal harus memberitahu temannya tiap hari.

"Kenapa? Gue juga anak OSIS,"

"Kalau lo jadi anggota OSIS, semua murid bukannya tertib malah ikut nakal kayak lo!"

"Biar apaan lo langganan BK?" tanya Keenan kepada Arzhel.

"Biar ketemu Faye setiap hari." balasnya dengan tertawa kecil. Keenan hanya membalasnya dengan senyum sambil menggelengkan kepalanya.


ԅ⁠(⁠ ͒⁠ ⁠۝ ͒⁠ ⁠)⁠ᕤ


Disha berlari sangat kencang menuju kelasnya tanpa menghiraukan sapaan pagi dari murid-murid yang menyapanya. Disha yang asli sangat ramah jadi banyak yang menyukainya, sedangkan Faye, dia gadis yang terbilang nakal langganan BK tiap hari.

"WOY DISHA!"

"ASTAGA MONYET!" balas Disha kaget mendengar teriakkan seorang cowok yang ada di kelasnya. Kelas 11 jurusan marketing pemasaran, sedangkan Faye berada di kelas 11 jurusan tata rias.

Ada banyak sekali jurusan di sekolah ini, tapi entah mengapa Disha malah memilih jurusan marketing pemasaran yang isinya kebanyakan murid laki-laki, hanya ada beberapa murid perempuan di kelas itu.

"Apa lo manggil-manggil gue?" tanya Disha pada seorang cowok.

"Ini hari piket lo. Bantuin gue bersihin kelas,"

Disha bergidik geli mendengarnya. Selama sekolah dari SD, SMP sampai sekarang, Disha tidak pernah memegang sapu di sekolah. Apalagi memegang penghapus papan tulis yang kini berada di tangannya.

"MALESIN BANGET!"

"GAMAU IHH!"

"Gue mending di hukum daripada bersihin kelas, tau gak!"

"Heh sok cupu, gak usah banyak drama. Lo pikir lo doang yang gak mau bersihin kelas?" ucap Vanya, sang ketua kelas.

"Ya terus, gue harus bersikap apa sama lo semua?"

"Itu derita kalian sendiri yang terlalu tertib sama aturan sekolah." ucap Disha menatap sinis gadis di depannya.

"Aturan itu ada untuk di langgar. Kalau semua muridnya pada tertib sama aturan, tujuan adanya guru BK itu apa dong? Pajangan doang?"

"Anjing lo ya, jangan karena lo pacarnya Arzhel dan lo pikir nggak berani pegang lo!"

"Heh apaan bawa-bawa pacar gue. Kan gue yang punya masalah bukan dia!" balas Disha kesal.

Vanya mendekati Disha lalu menarik rambutnya hingga membuat Disha meringis kesakitan. Disha ingin melawan tetapi kedua tangannya di tahan oleh kedua gadis yang pastinya teman Vanya.

"Gue bisa aja lebih dari ini, lo cuman disuruh hapus papan, gak sampai nyelam di lautan besar. Lo nurut aja deh, gak usah sok dramatis!" ucap Vanya melihat Keenan dan Arzhel yang berada di depan pintu, dia segera mendorong Disha setelah puas menjambak rambutnya tanpa ada yang menghalanginya.

Disha menghela napasnya berat, ini pertama kalinya ia di jambak oleh seorang murid yang levelnya sangat jauh darinya. Disha melakukan hal yang sama, yaitu menjambak rambut Vanya dan menampar pipinya hingga meninggalkan bekas tamparannya.

"Gue juga bisa lakuin hal yang lebih dari ini. Tapi gue kasian sama lo, di tampar dikit aja udah pengen nangis."

Disha mengambil kembali tasnya yang terjatuh lalu keluar dari kelas, walaupun di depan kelas ia di tahan oleh Arzhel. Tapi Disha mengancamnya akan menendang masa depannya lagi, Arzhel pun membiarkannya pergi.



Disha : The Antagonis Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang