Chapter 02

137 45 33
                                    

Di dalam rumah sakit yang gelap, hujan rintik menambah kesan dingin yang menyelimuti udara. Suasana yang sunyi hanya diterangi redup cahaya koridor yang terkesan sepi. Di lantai dua, khususnya di suatu kamar pasien, seorang gadis terbaring lemah di atas kasur putihnya. Infus yang mengalir pelan menjadi teman setianya dalam situasi yang tak terduga ini.

Lantai dua rumah sakit ini diperuntukkan bagi masyarakat umum, terpisah jauh dengan kemegahan lantai tiga yang didedikasikan untuk para petinggi dalam ruangan VIP mereka. Namun, meski terpisah secara fisik, keduanya menyatu dalam sunyi yang melingkupi rumah sakit ini. Ruangan kamar pasien yang dihuni gadis itu seolah terabai, tanpa adanya kehadiran pengunjung yang menyemarakkan sudut-sudutnya.

Beberapa menit berlalu, gadis itu dengan perlahan membuka matanya yang sebelumnya terpejam. Dengan pandangan yang lemah namun penuh keingintahuan, ia mulai menelisik seluruh ruangan di sekitarnya, mencoba mencerna di mana sebenarnya ia berada saat ini.

Memegang seluruh badannya yang sedikit sakit, dia mengaduh kesakitan. Selang beberapa menit ia tersadar mendengar suaranya yang terdengar beda.

"Tes... Hah!"

"Apaan sih. Hah!?" gerutunya kesal sambil memegang tenggorokannya.

"DISHA!!"

"Woy apaan sih ini, gila!" Faye segera turun dari tempat tidurnya lalu menatap wajahnya di cermin.

Betapa terkejutnya ia menatap wajahnya di kaca. Benar-benar ajaib, Faye tidak menyangka ini bukan dirinya.

"INI DISHA, BUKAN GUE!!" ucapnya dengan berteriak frustasi dengan terus meraba-raba wajahnya.

"Gue Faye, woy."

Faye keluar dari ruangan sempit itu dan melihat suasana di rumah sakit tepatnya di lantai dua sangat sepi. Faye menahan tangan seorang laki-laki yang barusan lewat di depannya.

"Gue siapa?" tanya Faye pada cowok itu. Yang ditanya hanya menatapnya bingung sambil menggaruk kepalanya.

"Gue siapa?" tanya balik cowok itu menunjuk dirinya sendiri.

Faye menabok pelan tangan cowok itu. "Malah nanya balik lagi,"

"Gue gak kenal lo siapa,"

"Lah gue juga gak kenal sama lo!" balas Faye.

"Ya udah." pungkas cowok itu segera berlari meninggalkan Faye. Mungkin dia takut dimakan oleh gadis itu.

"Gue gak makan orang kok mas." teriaknya kepada cowok itu yang mulai tak terlihat dari pandangannya.

"Tubuh gue yang asli kemana dong? Ya kali mati,"

Faye berjalan menuju lantai tiga, saat lift sudah berhenti di lantai tiga. Dia dengan cepat menemukan keluarganya yang berada di luar ruangan, terlihat dari wajah kedua orangtuanya yang tidak mengeluarkan ekspresi sedih sama sekali.

Hanya kakak laki-laki nya yang terduduk dengan wajah datarnya namun, diamnya Zidan seperti itu dapat Faye tau bahwa dia sedang bersedih.

Faye menelan ludahnya kasar, sambil menatap keluarganya dari jauh dia terduduk di kursi. "Gue mati sekali pun gak bakal ada yang perduli sama gue,"

"Emang dasarnya anak gak guna ya gini." ucapnya dengan tertawa kecil.

Saat kedua orangtuanya pergi dan melewati Faye, mereka menyempatkan diri untuk menatapnya dan tersenyum kecil. Faye dengan senang hati membalasnya.

Faye dan Disha bukan sepupu dan hanya saling bertetangga. Faye tau orang tuanya menyukai Disha karena Disha anak yang pintar walaupun ia hidup sendiri karena orangtuanya telah lama meninggal. Fadhil dan Diana sangat ingin mengadopsi Disha untuk menjadi anak mereka, tetapi mengetahui Disha adalah anak orang miskin jadi mereka tidak jadi mengadopsinya.

Sudah terlalu banyak yang mengenal Disha sebagai anak beasiswa. Fadhil dan Diana tidak mau citra keluarga mereka ternodai karena mengadopsi anak miskin.

Kini hanya tersisa Zidan yang berada di ruangan Faye. Karena terlalu lama melamun, Faye tidak sadar jika Zidan sekarang berada di sampingnya dan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Gara-gara lo, adek gue koma!"

"Ngapain sih lo hidup nyusahin aja. Udah miskin banyak gaya lagi." ucap Zidan dengan menatap Faye rendah.

Mendengar kata miskin membuat Faye sadar, ternyata ini memang perpindahan jiwa. Dan Faye menempati tubuh Disha yang miskin.

"Omg. Gue miskin!" gumam nya sambil mengacak-acak rambutnya kesal.

"Gue miskin..."

"Oh no. Gue miskin!"

"Lo emang miskin. Mati aja lo!"

"Gue lebih baik mati daripada hidup miskin. Kasih gue tutor bunuh diri!" Faye sedikit menyaringkan suaranya membuat Zidan menatapnya bingung.

"Lo mau tutor, sini gue ajarin." kata Zidan dengan tersenyum miring.

Faye yang sangat tau sifat Zidan segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak usah deh, mending hidup miskin daripada bunuh diri, soalnya bunuh diri tuh dosa, gue juga belum bertobat masa udah metong aja."

"Faye gimana.... Dia beneran koma?" tanya Faye sedikit geli mengucapkan namanya sendiri.

"Menurut lo, dia lagi pargoy di ruangan?" tanya balik Zidan dengan menyolot.

Faye tertawa kecil sambil memperlihatkan gigi putihnya. "Bercanda bang, eh...."

"Sorry, Zidan maksudnya." koreksinya dengan cepat.

"Pergi lo dari sini. Jangan pernah masuk di ruangan adek gue, lo bau banget sumpah!" ujarnya dengan menutup hidungnya.

Faye mengendus-endus bajunya dan terakhir mencium ketiaknya. "Gak busuk njir, gue rajin pake deodorant. Ya kali semurah itu gak dipake,"

"Gue pikir lo gak punya duit. Lo ngepet ya?" Zidan memicingkan matanya sembari menunjuk Faye.

"Heh enak aja tuh mulut kalau ngomong. Gue ini orang kaya, apa yang gue mau bisa gue dapetin!"

Zidan tertawa ngakak mendengar ucapan Faye. Yang benar saja orang kaya, melihat bajunya yang robek di ujungnya saja sudah Zidan tau bahwa dia itu orang miskin tingkat satu.

"Lo terlalu larut dalam mimpi. Bangun woy!"

Zidan dengan tenaganya yang kuat mendorong Faye hingga gadis itu terjatuh ke lantai. "BANGSAT!"

"Lo pikir gue samsak tinju apa!?" kesalnya kembali berdiri dan berkacak pinggang menatap Zidan.

"Dasar miskin," ledeknya terus menerus membuat kuping Faye panas. Zidan ini orangnya pendiam dan hanya banyak bicara jika sedang bersama Faye yang asli. Mungkin karena humor Faye yang asik menurut Zidan jadi dia sedikit terhibur berbicara dengan Faye, alias Disha.

"BACOT!" ucap Faye lalu segera pergi dari lantai tiga. Dia ingin segera pulang karena badannya yang sudah lengket, apalagi wajahnya yang kotor ini membuat Faye jijik sendiri.

Disha : The Antagonis Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang