00

190 24 0
                                    

Bagaikan sungai yang tak punya malu
Mengalir meskipun terancam surut.


••


"..Terima kasih, suster."




"Bukan masalah, kalau begitu saya pergi dulu."


Di kala senja datang bersama terbenamnya sang surya, menciptakan panorama indah di angkasa yang menandakan malam akan segera tiba.


Ditemani keheningan yang menjadi latar suara dan aroma khas dari kamarnya, (Name), terbaring lelah di atas kasur. Ia memandang kearah bayangan benda-benda yang semakin lama menjadi pudar di hadapannya.



Dirinya berdecak.




"Sial, datang lagi waktu brengsek ini."



(Name) benci malam. Semenjak bulan lalu ia tak pernah lagi suka dengan terbitnya rembulan namun juga tak antusias saat fajar menyingsing.


Kedua hal itu membuatnya lelah dan tak ada alasan baginya untuk bahagia akan gulita atau terang.


"Akan lebih baik jika aku berada di kekosongan saja sekarang.."


Netra obsidian disana menutup. Helaan nafas terdengar diantara sunyi ruangan. Dia sendirian.



━━━━━━━━━━━━━━━━━━♡ෆ




Lalu kakimu melangkah ke rumahku..

••



Langit kelam menjadi latar suasana. Area tanpa suara kini semakin suram ketika hanya cahaya purnama yang menyorot kamar miliknya.

Guratan halus di bawah mata bersama pandangan kosong disana menciptakan penampakan pilu bagi seorang dara yang termenung.


"..Aku bosan."



Ungkapan di relung sanubari akhirnya terlontar. Ia menghembuskan nafas dengan permata hitam miliknya bergulir, mencari sesuatu yang setidaknya bisa menariknya dari rasa jenuh.


Mata itu tiba-tiba berhenti saat melihat kearah tirai tepat di sebelahnya. Ia sendiri. Tapi kenapa kini seolah ia sedang..di temani?


"A-apa ada orang disana..?"


Lidah yang kelu mencoba bersuara. Perasaan gentar mulai menyelimuti kalbu yang kosong itu.



"Aku bersamamu."

𝐊𝐚𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡𝐤𝐮; Itadori YuujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang