07

66 15 0
                                    

Gemas s'kali kau lukiskan bintang untukku..



••




Sekali lagi dia berdiri di depan jendela. Sungguh tak biasa, akhir-akhir ini entah mengapa (Name) menjadi tertarik kembali akan dunia lepas dan bukan hanya langit-langit kamarnya.

Menghirup udara segar memikirkan kejadian-kejadian lalu. Tentang bagaimana Itadori yang selalu menemani atau debaran di dada yang kunjung tak hilang ketika bersama sang tuan.



"Ah.. gawat. Kurasa pikiranku sudah benar-benar terganggu. "




Ironisnya ia berkata diiringi sebuah senyum tipis.



Seakan bahagia karena telah 'dibuat' gila atas keberadaan Itadori atau ia telah gila maka dari itu adanya Itadori?



Entahlah, memikirkan nama itu saja membuat (Name) benar-benar tersipu.




"Yang ku inginkan dari senyuman mu? HAHAHA! Itu pertanyaan lucu, (Name)! Tentu saja tidak ada, aku ingin kau tersenyum karena senyuman itu indah!"





"Senyuman itu.. indah?"






"Ya! Terlebih lagi itu datangnya darimu, (Name)!"




━━━━━━━━━━━━━━━━━━♡ෆ



Sungguh lihai tanganmu
menata kembali hati
Yang hampir..





••






"Ugh.. kepalaku.. sakit sekali."



Kamar yang dingin itu nampak sunyi. Mentari sudah tenggelam lama dan seorang gadis baru saja terbangun. Dada yang naik-turun dengan pandangan agak kabur.


(Name) mencoba bangun sembari memegang kepala yang berdenyut. Segera menyadari akan hal aneh.



Mata bagai langit malam itu menangkap sesuatu yang tak biasa di dekatnya. "Sebuah.. infus?" Dahinya mengernyit.





Apa yang terjadi? Mengapa dirinya tiba-tiba diberi cairan seperti ini? Mengapa kepalanya begitu pusing? Dan kenapa dadanya sedikit terasa sesak?



"Aneh, aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi."




(Name) kembali berbaring. Dia heran dan memiliki banyak pertanyaan. Di benak sang dara terakhir kali ia tengah memikirkan sesuatu di dekat jendela, namun mengapa berakhir seperti ini?




Lalu, hal apa yang berada dipikirannya saat itu, terasa begitu kabur.




"Sial, aku benar-benar tak bisa mengingatnya."




Dia berdecak. Rasa kesal mulai memenuhi dada. "Apa si brengsek itu mulai agresif kembali?" (Name) membatin.




Tanpa sadar menoleh kearah sebuah tirai. Diikuti rasa heran yang perlahan menjalar di pikirannya.




"Tirai ini..sejak kapan berada disana?"

𝐊𝐚𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡𝐤𝐮; Itadori YuujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang