Pesta di Rumah Sendiri

3.3K 33 0
                                    

Melanjutkan penghinaan Tomas di rumahnya sendiri oleh rekan timnya.

Tomas memulai jogging-nya dengan kedua angan menutupi selangkangannya. Tidak butuh waktu lama baginya menyadari hal ini sangat memperlambat dirinya. Dia melirik sekilas ke depan dengan gugup, dan ketika mendapati jalan setapak tampak sepi, ia menghela nafas lega. Sekarang dia bisa melepaskan tangannya dan menyelesaikan putaran dengan lebih cepat sebelum semakin gelap.

Tomas memperhatikan jalur yang dilaluinya hingga dirinya tidak sadar sedang diikuti Roy dan Kevin yang hampir di belakangnya. Lambatnya lari Tomas di awal membuat mereka berdua bisa mengejarnya.

"Seksi abis pantat lu amat Tom!" Roy menyeringai, sebagai sapaan.

Tomas berputar kaget dan tangannya kembali menutupi selangkangannya. "Hah, ngapain kalian?"

"Menurutmu lu? Kami cuma memastikan lu memenuhi taruhan!"

Tomas menatapnya tidak percaya. "Lu pikir gua bakal kabur dengan keadaan seperti ini?"

Roy mengangkat bahunya dan berkata, "Gua cuma ngikutin perintah kapten. Gua saranin jangan berhenti .. kecuali lu mau k0nt0l lu mengecil kedinginan ..." Roy tertawa keras saat Tomas melototinya.

Menyadari tidak bisa berbuat apa-apa atas hinaan Roy, Tomas memilih mengabaikannya dan menyelesaikan putaran secepat mungkin.

Roy membiarkannya berlari cukup jauh sebelum berbalik ke rekannya. "Air liur lu keluar itu, bro. HAHAHA."

Kevin tersipu malu dan tergagap. "Hah? Gua enggak ... gua enggak." Dia terdiam dengan pipi merah di wajahnya.

Roy menyeringai. "Santai, Kevin. Tom emang bajingan, tapi pantatnya ...." Roy tertawa kecil mendengar ucapannya sendiri. "Ayo kita susul sebelum dia terlalu jauh."

Ternyata Tomas belum melangkah terlalu jauh. Dia masih marah atas penghinaannya dan berpikir tentang bagaimana dia akan membalas orang-orang yang telah membuatnya mengalami ini. Tiba-tiba terdengar suara jeritan yang membelah atmosfer.

"KYAAAAHHHHHH!!!!"

Tomas membeku dan tangannya secara otomatis menuju selangkangannya. Pelari wanita yang belum disadarinya datang dari arah belakang dan melihatnya. Dalam keadaan normal, wanita itu adalah tipe Tomas yang dia taksir. Tidak lebih tua darinya, berambut pirang dan cantik. Namun, pikiran untuk menggodanya saat ini tidak ada. Tomas seperti rusa yang tertangkap lampu sorot.

"Ahh ... sa ... saya sedang ..." Ucap Tomas tergagap sebelum melesat jauh. Wanita itu masih menatapnya heran ketika Roy dan Kevin menghampirinya.

"Apa kalian melihat pria telanj4ng itu? ... Apa dia temanmu?"

"Kau bisa bilang begitu." Jawab Roy sambil tersenyum lebar.

"Maaf, dia agak pemalu."

"Sepertinya tidak!" jawab wanita itu dengan nada tinggi. Kemudian terbesit sesuatu dalam kepalanya. "Apa ini tradisi mingguan?"

Roy ingin menjawab, tapi terkejut ketika Kevin, yang biasanya pendiam, langsung menyambarnya. "Tidak tau ... , tapi kami harap begitu."

"Aku juga berharap begitu!" seru wanita itu, sebelum melanjutkan jogging-nya.

Roy dan Kevin melanjutkan lari mereka sampai mereka mencapai Tomas yang berdiri terengah-engah dengan tangan dia atas lutut. Seringai di wajah mereka berdua hanya menambah amarah Tomas.

"Cukup! Gua mau balik!" ucap Tomas dengan marah.

"Salah besar lu, Tom," kata Roy sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya," sahut Kevin. "Yang lain bakal marah kalau lu balik."

"Lagi pula lu udah lebih dari setengah putaran. Jangan sia-siakan usaha lu," tambah Roy.

Karma SombongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang