Sebuah bus berhenti pada halte tujuannya, tak berselang lama setelah pintu terbuka otomatis, beberapa penumpang turun termasuk seorang pria mengenakan kaos putih di balut kemeja berwarna biru menyandang ransel hitam. Kepalanya celingukan seolah melihat situasi sekitar, tak cukup ramai, hanya beberapa orang berlalu lalang.
Kakinya pun melangkah menyusuri jalanan yang di khususkan bagi pejalan kaki, kepalanya tertunduk menghindari sinar matahari yang cukup terik, atau sesekali tangannya akan naik, menutupi wajahnya dari paparan sinar matahari.
Langkah kaki pria itu sampai pada sebuah gang kecil, kakinya terus menapaki jalanan bebatuan, sesekali kakinya akan menendangi kerikil kecil di jalanan, hanya beberapa meter lagi dia tiba pada rumah sederhananya.
Di angkat pandangannya dan mendapati pemandangan yang membuatnya terkejut.
“Ibu!” Jaemin berteriak kaget dengan wajah memerah serta kepanikan yang kentara.
Dia langsung berlari menghampiri sang Ibu dan juga Ayahnya yang sudah tersungkur jatuh di tanah, di keliling beberapa orang berpakaian serba hitam. Dua di antara lima orang itu, memegang tongkat besi.
Tasnya dia lemparkan begitu saja dan dia langsung merengkuh Ibunya yang lemas. Nafasnya begitu memburu di selimuti kepanikan dan amarah, dia mendongak, menatap seorang pria bertubuh gempal yang tengah menyesap tembakaunya.
“Heh! Anak manis.” Pria itu menyapa dengan seringai, mengembuskan asap rokoknya ke wajah si cantik, namun tak mendapat balasan yang baik karena si manis justru melemparkan tatapan tajam.
“Pergilah. Kalian sudah mendapatkan apa yang kalian mau.” Suara serak dan gemetar sang Ayah terdengar, tangan keriputnya mengibas meminta pria bertubuh tambun itu untuk pergi.
“Ini hanya bunga, bukan biaya pokoknya. Jangan berlagak!” Shindong berseru membuat Jaemin menghela nafas bosan.
“Tapi, baiklah. Ini cukup.” Pria itu menggerutu seraya melihat uang di tangannya.
“Kau punya anak yang cantik padahal, jika kau menikahkan dia denganku, aku akan menganggap hutang kalian lunas.”
Yang di bicarakan langsung melemparkan tatapan tajam dan jijik, matanya tak lepas memandangi pria yang di kenal sebagai rentenir itu saat melangkahkan kaki bersama anak buahnya untuk pergi.
“Ibu, Ibu baik-baik saja?” Tanya Jaemin menangkup pundak Ibunya.
“Ibu baik.” Jawab Yoona dengan suara paraunya, matanya tampak sayu karena kelelahan berdebar dengan Shindong tadi.
“Haruskah aku berhenti kuliah Ibu?”
“Tidak!” Jong-suk dan Yoona menyahut dengan cepat.
“Kau harus belajar dan menempuh pendidikan setinggi mungkin, agar kau bisa mendapat pekerjaan dan hidup yang lebih baik dari kedua orang tuamu.” Ungkap Yoona.
“Ibumu benar.”
“Tapi, bunganya terus menumpuk, aku bisa bekerja untuk membantu Ayah dan Ibu membayar hutang.”
“Hutang itu, tanggung jawab Ayah dan Ibu. Tugasmu adalah belajar. Jangan pikirkan apa pun, percaya saja pada kami.” Ujar Ayah.
Meski begitu, jawaban kedua orang tuanya tak cukup membuatnya tenang.
Ia dan keluarganya, sudah sering kali mendapat teror dan ancaman dari Shindong, seorang rentenir di lingkungan mereka perihal hutang yang di pinjam oleh kedua orang tuanya. Bahkan pernah juga Shindong hendak membawa Jaemin pergi, meminta Jaemin untuk menjadi suami ke tiganya agar hutang orang tuanya di anggap lunas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY LOVE... [NOMIN]✓
FanfictionCOMPLETED!! Judul lengkap : Only Love Can Hurt Like This. Jaemin terjebak pada sebuah pekerjaan gelap yang mempertemukan dia dengan seorang gangster bernama Jeno. this is nomin. BXB. MPREG!