“Terima kasih, Bibi.”
Jaemin membungkuk hormat setelah membayar makanan mereka malam ini, tak lupa dengan senyum ceria yang selalu menghiasi wajah cantiknya. Sementara Jeno hanya menunggu beberapa Senti meter darinya.
Keduanya saling tatap dengan canggung, seolah ragu untuk bicara lebih dulu, namun Jeno akhirnya memutuskan melangkah yang mana di ikuti Jaemin kemudian.
Angin malam masih berembus kencang, menerpa rambut si cantik membuatnya menari-nari terbawa angin. Iris hitam berbinar itu hanya memandangi langit malam yang bertabur bintang.
Tubuhnya bergidik saat angin kencang menerpa.
“Padahal banyak bintang, kenapa anginnya kencang sekali?” Gumam Jaemin.
Jeno yang samar-samar mendengar itu hanya menoleh, dia pandangi Jaemin yang beberapa senti di depannya. Bibir tipisnya mencebik lirih lalu membuka blazernya dan langsung memakaikan ke pundak Jaemin membuat pemuda itu tersentak.
Dia dengan cepat menahan blazer Jeno yang hendak jatuh dari pundaknya. Netranya tak lepas memandangi Jeno yang melangkah mendahuluinya yang masih mematung kaget, dan juga bingung akan tindakan Jeno.
“Hyung...”
“Anginnya sangat kencang, sudah mau masuk musim dingin juga. Besok gunakan pakaian lebih hangat.”
Hanya itu jawaban Jeno berikan, dengan ekspresi datar dan seolah tak acuh.
Mendengarnya membuat Jaemin mengulum senyum, dia lantas membenarkan posisi blazer Jeno lalu berlari kecil, menyamakan langkahnya dengan preman berwajah tampan itu.
“Terima kasih.” Ucapnya yang tak di respons oleh Jeno.
Keduanya melanjutkan langkah dalam diam hingga akhirnya mereka tiba di depan gang rumah Jaemin.
“Sampai sini saja tidak apa-apa kan?” Tanya Jeno.
Yang di tanya melempar senyum tipis dan mengangguk, dia pandangi pria dominan itu dengan lekat untuk sesaat.
“Terima kasih sudah mengantarku, Hyung.”
Tak ada jawaban dari Jeno, hanya sebuah anggukan kepala. Dan setelah mengantar Jaemin, Jeno pun melangkah pergi, tanpa mengatakan apa pun, membiarkan Jaemin memandangi punggung lebarnya.
Dan sepi yang datang selepas perpisahan mereka malam ini, membuat senyum Jaemin pudar bersamaan dengan datangnya perasaan tak enak. Seperti kehilangan dan sedih, namun entah apa, Jaemin sulit menggambarkannya.
Pada akhirnya dia hanya melangkah untuk segera ke rumah, namun beberapa langkah ia tersadar dan langsung berbalik.
“Hyung, blazermu!” Jaemin berteriak seraya berlari mengejar Jeno.
Namun nihil, pria itu sepertinya sudah menjauh membuat Jaemin menghela nafas lesu, dia melepas blazer milik Jeno dan memandanginya. Sedikit merutuki dirinya sendiri mengapa bisa lupa mengembali blazer milik pria itu.
Mungkin, Jaemin akan mengembalikannya saat bertemu lagi dan dia mungkin harus mencucinya dulu.
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
Jeno memeriksa koper berisi ganja di atas meja, sementara rekannya hanya diam menunggu. Setelah memastikan bersama Hyunjin, pria itu mengangguk kemudian menutup koper itu membuat sang rekan tersenyum miring.Hyunjin meletakkan amplop coklat berisi sejumlah uang ke atas meja setelah Jeno menjinjing koper berisi ganja itu, pertanda transaksi mereka telah di sepakati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY LOVE... [NOMIN]✓
FanficCOMPLETED!! Judul lengkap : Only Love Can Hurt Like This. Jaemin terjebak pada sebuah pekerjaan gelap yang mempertemukan dia dengan seorang gangster bernama Jeno. this is nomin. BXB. MPREG!