Bab 1 : Pernyataan Gila

1.8K 37 2
                                    

Seorang gadis berkacamata sedang berbaring dengan headphone hitam. Dia begitu asyik menganggukkan kepalanya sesuai irama lagu rock dari Nirvana. Mendadak, pintu kamarnya dibuka paksa oleh seseorang.
"Sasha! Apa benar kamu hanya berada di peringkat 3 semester ini!" Teriak lelaki paruh baya berkacamata begitu emosi.

"Kenapa ayah masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu! Ayah juga langsung marah-marah!" Keluh gadis berkacamata itu.

"Jawab saja pertanyaan ayah, Sa! Jangan mengalihkan pembicaraan! Benar kamu hanya peringkat 3 di kelas?" Tanyanya penuh amarah.

"Ha! Susah ya punya ayah dosen! Tanpa aku beritahu soal itu, guru di sekolah sudah memberitahu ayah lebih dahulu. Ya, Sasha cuma berada di ranking 3 kelas," Jawabnya  pasrah.

"Astaga! Sungguh memalukan! Bagaimana bisa anak dosen sepertimu hanya berada di peringkat 3 kelas! Kamu harusnya berada di peringkat 1 kelas, Sa! Kamu pasti tidak sungguh-sungguh belajar!" Tuduh sang ayah.

"Ayah! Jangan menuduhku sembarangan! Aku sudah belajar semaksimal mungkin. Tapi, apa boleh buat jika kedua temanku yang lain ebih unggul dalam ujian!" Balas Sasha tidak mau kalah.

"Itu cuma alasanmu saja! Kamu baru masuk SMA dan hanya berhasil mendapat peringkat 3 kelas di semester pertama? Memalukan! Sebagai hukumannya, uang jajanmu akan ayah potong setengah hingga kamu berhasil jadi juara kelas!" Putus sang ayah dengan ekspresi serius sebelum keluar dari kamar Sasha.

Dengan perasaan sedih, Sasha keluar kamar dan berjalan ke arah ruang kerja di dekat dapur. Di dalam ruangan itu, seorang perempuan paruh baya tengah sibuk membuat sketsa model pakaian terbaru dengan ekspresi serius. Perempuan itu memiliki mata yang sipit, hidung mancung dan rambut ikal pirang sebahu. Dia memakai baju model jumpsuit dengan baju terbuka berwarna biru. Sungguh modis untuk ukuran pakaian rumahan umumnya.

"Mama, apakah kamu sibuk?" Tanya Sasha ragu-ragu.

"Ya, seperti yang kamu lihat, Sa. Mama sedang sibuk mendesain pakaian untuk tahun baru. Ada masalah, Sayang?" Tanyanya.

"Mama, Ayah memotong uang jajanku. Dia bahkan tak mendengarkan penjelasanku sama sekali," balas Sasha murung.

"Ha! Apa hasil ujian semestermu sudah keluar? Kamu pasti hanya bisa mendapatkan peringkat bawah kan? Oleh karena itu, Ayah menghukummu," Cecar sang mama sambil terus menggambar.

"Mama! Aku mendapat peringkat 3 kelas! Apakah itu buruk? Aku rasa itu hasil yang cukup baik untuk semester ganjil di kelas 1! " Balas Sasha kesal.

"Itu hanya menurutmu, Sa! Kamu seharusnya bisa mendapatkan peringkat 1 kelas karena ayah dan mama sudah memberikanmu banyak les terbaik, " Jelasnya.

"Mama sama saja dengan ayah! Kalian tidak pernah menyemangatiku dan hanya bisa menuntut saja! Aku manusia bukan robot yang harus selalu mengikuti semua ambisi kalian!" Teriak Sasha emosional sebelum melangkah keluar.

"Sasha! Tunggu dulu! Kenapa kamu masih saja memakai baju jelek seperti itu! Mama sudah menyiapkan banyak gaun rumahan yang cantik! Tapi lihatlah penampilanmu yang kacau ini!" Ucapnya tanpa perasaan.

Saat ini, Sasha hanya memakai kaos oversize putih bertuliskan nirvana dan celana pendek selutut dengan rambut yang acak-acakan. Mama Sasha sangat memperhatikan penampilan dari atas hingga bawah.

Dia sengaja menyiapkan banyak baju yang cantik untuk Sasha tapi anak gadisnya itu sama sekali tak pernah memakai baju pilihannya. Sasha yang tomboy lebih suka memakai kaos dan celana jeans ke mana pun. Dia bahkan jarang merias diri.

"Mama tidak usah mengatur penampilan Sasha! Sasha lebih nyaman memakai kaos dan celana seperti sekarang!" Tolak Sasha dengan tegas sebelum keluar dari ruangan kerja mamanya. Dia langsung menghubungi sahabatnya Novi untuk mengajaknya hangout ke Mall untuk melepas frustasi.

Sasha Almeera adalah gadis berusia 16 tahun yang baru masuk SMA Labschool Jakarta yang terkenal elit. Ayahnya bernama Devan Arbani, seorang dosen di Universitas Trisakti. Dia begitu ambisius dalam hal pendidikan, baginya semakin pintar seseorang, maka kedudukannya akan semakin tinggi dan terpandang di lingkungan masyarakat.

Mamanya bernama Inez Emran, seorang designer baju ternama di Jakarta. Sama seperti suaminya, Inez adalah wanita yang ambisius dalam hal fashion. Baginya seorang wanita harus selalu berpenampilan modis untuk mendapat perhatian di lingkungan masyarakat dan memudahkannya dalam mencapai banyak hal di luar sana.

Terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan suami istri yang ambisius membuat Sasha Almeera sesak karena hidupnya harus selalu diatur oleh kedua orangtuanya demi mewujudkan semua ambisi mereka. Sasha dituntut menjadi anak yang cerdas sekaligus modis dalam  penampilan sehari-hari.

Di sebuah coffee shop di Mall, Sasha duduk termenung dengan segelas kopi hangat di tangannya. Tak lama, seorang gadis cantik rambut panjang sepinggang duduk di depannya sambil menghela napas panjang.

"Hah. Kamu benar-benar cuek dengan penampilan ya, Sa! Kamu hanya memakai kaos nirvana dan jeans panjang di mall sekeren ini!" Protes Novi serius.

"Diam dong! Sudah cukup, penampilanku di kritik oleh ibu kandung ku sendiri. Aku tidak mau mendapat kritik lainnya dari sahabatku. Aku memanggilmu untuk mencurahkan isi hati, " Ungkap Sasha.

"Baiklah. Aku mengerti. Jadi, apa yang mau kamu ceritakan, Sa?" Tanya Novi siap menyimak semua keluh kesah sahabatnya itu. Dia menceritakan semua yang terjadi di rumahnya.

"Ya ampun. Kedua orangtuamu sungguh keras ya dalam mendidikmu. Padahal untuk bisa mendapat ranking 3 di kelas sudah sangat bagus. Aku saja tidak masuk 10 besar di kelas, " Ungkap Novi meratapi nasibnya.

"Aku lelah, Nov. Aku dituntut untuk memenuhi semua ekspektasi mereka yang tinggi. Aku ingin bebas dan hidup sesuai keinginanku sendiri, " Ungkapnya sedih.

"Sabar ya, Sa. Aku yakin suatu saat nanti, kamu bisa hidup sesuai keinginanku. Untuk sekarang, gimana kalau kita beli roti di lantai 1 aja untuk menaikkan mood. Kamu suka kan semua roti di toko itu?" Ajak Novia ceria.

"Ya kamu benar, Nov. Daripada aku terus larut dalam kesedihan lebih baik kita berburu aneka roti saja di lantai 1," Balas Sasha antusias.

Novi dan Sasha selesai membeli banyak roti di toko. Mereka hendak mencari tempat untuk memakan semua roti itu. Tak sengaja, di aula mall, mereka melihat seorang laki-laki sedang bermain gitar sambil bernyanyi di panggung pameran mobil. Lelaki itu memiliki wajah yang tampan dengan rambut cepak, brewok tipis dan anting di telinga kanannya. Dia menyanyikan sebuah lagu dengan penuh semangat dan perasaan. Sepenggal lirik lagu itu mampu menggetarkan hati Sasha yang sedang galau.

Lirik yang berbunyi aku ingin menjadi, setitik awan kecil di langit, walaupun ku sendiri, tapi aku masih ada, masih ada cinta di hati. Lelaki itu mampu mengekspresikan sebuah kebebasan dalam penampilannya.

"Sa, kamu kenapa diam aja? Ayo ke lantai atas buat makan rotinya, " Tegur Novi. Namun, tatapan Sasha tetap tertuju ke arah penyanyi itu.

"Nov, kayaknya aku jatuh cinta pada pandangan pertama deh sama penyanyi itu dan lagunya, " Celetuk Sasha diiringi senyuman manis.

"Apa! Jangan bercanda, Sa! Bisa-bisanya kamu jatuh cinta sama penyanyi yang tak dikenal itu! Ayo kita ke atas saja, " Ajak Novi spontan.

"Tidak! Aku mau nunggu dia selesai tampil buat kenalan! " Balas Sasha.

"Ha! Kamu sungguh gila, Sa! Terserah kamu!" Ucap Novi pasrah.

Sepanjang penampilan lelaki itu, Sasha tak pernah memalingkan pandangannya sekalipun. Tiap lirik yang dinyanyikan lelaki itu seakan langsung masuk ke dalam hatinya. Baru kali ini, dia ngefans sama penyanyi lain selain Nirvana dan band rock Amerika lainnya. Setelah lelaki itu selesai bernyanyi dan turun panggung, Sasha langsung menghampiri lelaki itu.

"Halo, bolehkah aku tahu siapa namamu?" Tanya Sasha percaya diri.

"Halo. Boleh. Namaku Marcel Anderson," Jawabnya dengan senyuman hangat.

"Oke. Jadi, aku jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu, Marcel," Ungkap Sasha tanpa rasa malu. Novi yang bersembunyi di balik tembok hanya bisa terkaget-kaget atas pernyataan gila sahabatnya itu.

"A-apa!" Teriak Marcel dengan wajah tak percaya atas apa yang didengarnya.

Pembalasan Seorang Fans Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang