Bab 19 : Hari Pertama Bareng Camer

122 2 0
                                    

Mendengar tawaran yang diberikan oleh Sasha membuat raut wajah Diane menjadi cerah. Walaupun baru pertama kali bertemu dengan Sasha namun dia sudah merasa nyaman dengan Sasha.

"Aku mau! Kamu temanin aku selama di Jakarta ya, Sha?" Pinta Ibu Marcel. Sasha menganggukkan kepala.

"Apa kamu yakin, Sha? Bukankah kamu sibuk kuliah kedokteran?" Tanya Marcel.

"Wah! Ternyata kamu calon dokter ya, Sha? Hebat sekali! Kamu punya suara yang bagus dan otak yang pintar. Cocok jadi calon menantu!" Puji Diane. Mendengar kata menantu, mendadak wajah Sasha berubah semerah tomat.

"Ibu! Jangan bicara sembarangan! Sasha baru lulus SMA!" Tegur Marcel.

"Emangnya kenapa? Aku cuma bicara jujur. Siapapun yang akan menjadikan Sasha sebagai menantu pasti beruntung di masa depan," Jelas Diane apa adanya.

"A-ah, ibu bisa saja. Siapapun yang punya mertua asyik sepertimu juga pasti beruntung," Puji Sasha jujur. Diane kaget dengan ketulusan yang diberi Sasha.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu menjadi menantuku saja!" Ucap Diane. Sasha kaget dengan ucapan spontan ibu Marcel saat dia sedang minum. Sasha langsung terbatuk-batuk. Marcel langsung memberikannya tisu.

"Ibu! Jangan bicara omong kosong begitu! Lihat Sasha sampai tersedak!" Protes Marcel. Ibunya hanya bisa meminta maaf dan tertunduk lesu.

"Tidak apa-apa, Marcel. Aku hanya kaget saja. Jadi, gimana? Bolehkah aku menemani ibumu selama di Jakarta menggantikanmu?" Tanya Sasha masih salting.

"Aku tidak keberatan. Tetapi, bagaiman dengan kuliahmu, Sha?" Respon Marcel.

"Tidak masalah. Selama 3 hari ke depan, jadwal kuliahku hanya sampai siang saja. Jadi, dari siang sampai malam, aku bisa menemani ibumu," Balas Sasha penuh semangat.

"Baiklah jika memang kamu bersedia, aku sangat berterimakasih," Ucap Marcel memutuskan. Terlihat ibunya begitu senang karena bisa ditemani oleh Sasha.

"Bagus! Ini kesempatan langka. Aku harus mengambil hati calon mertuaku di masa depan," Batin Sasha penuh tekad.

Sasha baru pertama kali merasakan jatuh cinta jadi baginya Marcel akan menjadi cinta pertama dan terakhirnya. Selama ini, Sasha memang dekat dengan banyak teman lelaki namun tidak ada yang bisa menarik hatinya lebih dari sekadar Teman. Namun, saat bertemu dengan Marcel, dia sudah tergila-gila padanya. Setelah selesai makan malam, mereka pulang ke rumah masing-masing.

"Marcel! Jujurlah padaku! Apa benar kamu hanya berteman dengan Sasha?" Tanya Diane setibanya mereka di apartemen.

"Kenapa ibu masih bertanya? Aku kan sudah bilang yang sebenarnya," Responnya.

"Tapi, ibu melihat ada perasaan yang mendalam di sorot mata Sasha setiap memandangmu. Itu tatapan mama saat bertemu dengan ayahmu," Ungkap Diane.

"I-itu hanya perasaanmu saja, Ibu. Dia seumuran dengan adikku," Bantah Marcel. Dia menuju ke dapur untuk membuat susu hangat baginya dan sang ibu.

"Ck! Sayang sekali! Kalian terlihat cocok. Aku juga lumayan menyukai gadis itu," Respon Diane dengan raut wajah kecewa saat mengambil susu hangat yang dibuat oleh Marcel di malam disertai hujang angin itu.

"Mana mungkin! Dia baru lulus SMA! Sedangkan aku sudah berusia 28 tahun ini. Umur kami saja terpaut 10 tahun lamanya," Bantah Marcel se rasional mungkin.

"Apa masalahnya! Aku dan ayahmu juga dulu usianya beda 10 tahun tapi kami bisa saling mencintai sampai maut memisahkan," Ungkap Diane dengan wajah sedih. Marcel tahu betapa ibunya sangat merindukan almarhum ayahnya. Marcel langsung duduk di samping Diane dan memeluknya dengan hangat.

***
Pagi harinya, Diane membangunkan Marcel yang masih tidur dengan lelap. Dia membuka selimut agar anaknya bangun. Setelah bangun, Marcel langsung mencuci muka dan gosok gigi. Saat dia berjalan ke ruang makan, sudah ada sarapan berupa nasi goreng tersedia. Ibunya menyambut Marcel dengan hangat dan mereka sarapan bersama setelah sekian lamanya.

"Jadi, apakah Sasha sungguh akan menemaniku hari ini, Marcel?" Tanya Diane.

"Ya, dia bilang akan datang ke apartemen ini jam 1 siang selesai kuliah," Ucapnya.

"Wah! Aku sudah tak sabar dia akan mengajakku ke mana hari ini!" Gumam Diane bersemangat. Marcel ikut tersenyum melihat ibunya ceria.

"Ibu tidak akan pernah bosan jika pergi dengan Sasha. Dia mengetahui banyak tempat yang unik dan menyenangkan. Beberapa kali dia mengajakku ke tempat yang tak terduga sebelumnya. Semua saat pergi bersamanya menyenangkan," Ungkap Marcel dengan wajah berseri-seri. Diane tersenyum kecil.

"Lihatlah dirimu, Marcel! Kamu bilang Sasha hanyalah temanmu saja! Tapi, saat kamu bercerita tentangnya wajahmu bersinar secerah mentari," Ucap Diane.

"Ma-maksudku, Sasha adalah teman jalan-jalan yang menyenangkan. Hanya sebatas itu saja, Ibu," Bantah Marcel tak mau mengakui.

Hari ini, Marcel ada jadwal manggung seharian. Jadi, setelah sarapan, Marcel pamit untuk bekerja. Setelah kepergian Marcel, Diane memutuskan untuk membersihkan dan merapikan apartemen Marcel sambil menunggu kedatangan Sasha. Saat Diane sedang merapikan lemari pakaian Marcel, tanpa sengaja, dia menemukan beberapa baju tidur sexy di dalamnya.

"A-apa maksudnya ini? Kenapa bisa ada baju tidur sexy di dalam lemari? Mungkinkah ini punya Sasha?" Gumam Diane menerka-nerka.

Namun, tak lama, dia menggelengkan kepalanya. Gadis sepolos Sasha tidak mungkin berani memakai baju sexy seperti ini di apartemen seorang pria.
Diane semakin penasaran dengan teka teki pemilik baju tidur yang sexy itu. Setelah merapikan lemari, dia beralih ke meja rias yang dilengkapi cermin besar.

Di atas meja itu, berjejer parfum lelaki dengan wangi berbeda. Namun, dia kaget melihat sebuah lipstik warna merah di antara deretan parfum itu. "Astaga! Apakah benar ada wanita yang sering menginap di sini? Apakah Marcel sudah mempunyai pacar diam-diam?" Gumam Diane curiga.

Dia kembali mencari-cari bukti yang bisa memuaskan rasa penasarannya seperti foto. Namun, tidak ada foto sama sekali yang terpajang di apartemen Marcel.  "Ck! Tidak ada bukti lain! Sebaiknya aku tanya langsung saja kepada Marcel," Ucap Diane dengan wajah serius.

Saat Diane sedang istirahat setelah membersihkan apartemen Marcel sendirian, terdengar bel berbunyi.
Saat Diane membuka pintu, terlihat Sasha berdiri di depan pintu dengan sweeter monokrom dan celana jeans cokelat. Terlihat ekspresi gugup di wajahnya.

"Sasha! Kenapa diam saja? Ayo masuk ke dalam!" Ajak Diane ramah. Sasha mengamati sekeliling apartemen Marcel dengan wajah takjub.

"Wow! Ternyata apartemen Marcel bagus sekali!" Gumam Sasha jujur.

"Apakah kamu baru pertama kali datang ke sini, Sasha?" Tanya Diane. Sasha menganggukkan kepalanya dengan mantap.

"Ya ampun. Kalau bukan Sasha, lalu siapa pemilik baju tidur sexy tadi?" Batinnya. Diane meminta Sasha menunggu sebentar di sofa. Diane pergi ke dapur dan membawa dia gelas jus jeruk untuknya dan Sasha.

Dia juga membawa sepiring brownis cokelat yang sempat dibuatnya pagi tadi. Awalnya Sasha malu-malu, namun ketika dia mencoba sepotong kue brownis buatan Diane, dia langsung ketagihan. Sasha memakan semua kue brownies yang ada di meja. "Haha, sepertinya kamu sangat menyukai brownies buatanku ya!" Respon Diane.

"Astaga! Maafkan aku. Tanpa sadar, aku menghabiskan semua kue brownies sendirian. Ini adalah kue brownies terenak yang pernah kumakan!" Puji Sasha.

Mereka mengobrol sebentar di apartemen karena matahari masih sangat terik untuk pergi ke luar. Tepat jam 2 siang, matahari sudah mulai redup dan mereka memutuskan untuk pergi jalan-jalan.

Diane izin ke kamar untuk berganti pakaian. Sementara Sasha menunggu di balkon sambil melihat pemandangan Jakarta. "Oke, aku sudah siap! Jadi, ke mana kita akan pergi hari ini?" Tanya Diane.

"Hari ini, aku akan mengajakmu keliling Indonesia!" Ucap Sasha ceria.
"A-apa? Keliling Indonesia?" Tanya Diane dengan wajah bingung.

Pembalasan Seorang Fans Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang