Aku melihatnya, lelaki dengan mata sendu dan rambut dwi warna senada dengan lavender. Lelaki yang memiliki tattoo yang membuatnya dilirik oleh sekitarnya dengan rasa takut. Kali ini senyum tipisnya menghias wajahnya, tidak seperti kemarin, kali pertama aku menemukannya, dengan wajah kaku dan menguarkan aura gelap yang dominan, dan... menusuk.
"Hirai-chan?"
Aku seperti kembali pada kenyataan, hiruk pikuk suara bising dari musik dalam kelab, kembali memekakan telingaku.
"Ah maaf, Kaichoo-san (ketua pekerja)" Aku membungkuk meminta maaf, bisa bisanya aku melamun saat bekerja.
Gegas kurapikan meja yang baru saja ditinggal oleh pengunjung kelab, agar bisa ditempati oleh pengunjung lainnya. Mataku mencoba fokus pada pekerjaanku, namun sialnya lelaki itu bener benar mengganggu atensiku.
Kenapa? Kenapa dia duduk pada meja Bar? Kenapa dia tidak masuk ke ruang VIP seperti biasanya?
Mengganggu, sangat. Aku menghembuskan nafas kasar sambil memejamkan mata dan kembali mengelap meja, sampai akhirnya rekan kerjaku menyambangiku dan berbisik.
Ku tegakkan tubuhku saat mendengar bisikannya, keningku mengernyit dengan sebelah alisku terangkat. Apa katanya barusan? Haitani-sama memanggilku.
"Cepat rapikan bajumu, dan taruh celemeknya, dia menunggu di meja Bar."
Ya ya ya aku tau, mataku juga dapat melihatnya sedang duduk damai di sana.
Aku menuju loker dan kemudian merapikan diriku sedikit — benar benar sedikit, seragam waiters yang aku kenakan, apa yang harus ku rapikan? selain melepas celemek, make up? aku hanya memoles sedikit lipgloss dengan pelembab wajah, tidak ingin menyaingi jalang jalang yang bekerja di sini.
Dengan langkah yang bimbang, ku langkahkan kakiku menuju persensinya, tentu saja dengan isi kepala yang bertanya tanya, apa yang diinginkan tuan muda itu.
"Permisi, Selamat malam, apa tuan memanggilku?"
Aku membungkuk sopan, kemudian menahan posisiku sampai lelaki itu bersuara.
Dia tak mengalihkan pandangannya dari gelas yang ku tebak berisi Whiskey dengan jemari yang memainkan ujung gelasnya "Tegakkan badanmu, panggil aku Haitani-san, dan aku ingin kau menemaniku minum di sini! malam ini!" Aku mendengar suara tegasnya, diakhiri dengan penekanan seolah aku tidak boleh menolak keinginannya.
"Ha'ik, tidakkah masalah aku duduk di sampingmu dengan seragam waitersku?"
Dia melirikku, kemudian membalikkan badannya menghadapku, matanya menjelajahi tubuhku dari kaki hingga kepala. Dengan gerakan tak terduga, dia menarik kuncir kudaku dan melepasnya tanpa izin.
"Begini lebih baik, duduk." Titahnya dan kembali pada posisi semula.
Aku kikuk, tentu saja. Aku bukan ladies yang bekerja menemani tamu, tapi saat ini aku sedang menemani tamu, dan tamu itu adalah salah satu dari Haitani bersaudara.
"Bicaralah."
Kerutan kembali muncul pada keningku. Apa coba yang harus kubicarakan?
"Mm.." belum sempat aku bersuara dia kembali membuka mulutnya.
"Siapa namamu?"
"Hirai Hashizume-desu."
"Pesanlah sesuatu Hirai-chan."
...
Aku tidak bergeming, dipanggil nama depanku dengan tambahan Chan membuatku salah tingkah. Tentu saja, yang memanggil adalah orang tampan dan additional point, kaya dan berkuasa.
"Baik, Taka-kun, aku ingin beer saja." Aku memanggil bartender sekaligus rekan kerjaku untuk memesan minuman sesuai dengan permintaan lelaki Haitani itu.
"Berapa lama kau bekerja di sini? Aku jarang melihatmu."
"Sudah hampir setahun, tentu saja Haitani-sama, aku hanya bekerja untuk open table, bukan bagian VIP, sedang Haitani-sama adalah pelanggan VIP."
Dia mengangguk angguk kemudian kembali meneguk whiskeynya.
"Tapi kau mengenalku?"
Sebuah tawa renyah lepas begitu saja dari mulutku, membuatnya berhenti meminum dan menatapku dengan sebelah alis terangkat.
"Kenapa tertawa?"
Oh tidak! Aku kelepasan.
"Maaf Haitani-sama, kupikir pertanyaanmu cukup lucu, bagaimana mungkin aku— ah tidak, ralat, kami, para pegawai di sini tidak mengenal para eksekutif Bonten sebagai tamu VIP di kelab ini."
Dia mencebikkan bibirnya.
"Jadi itu salah satu alasan kau mau menemaniku, padahal kau seorang waiters?"
"Tentu saja, karena permintaan pelanggan VIP."
Dia bangkit dari duduknya, kemudian memanggil Takashi dan menyerahkan kartunya untuk membayar pesanan kami.
Huuuhhh...
Kupikir usai sudah perbincangan kali ini, sampai dia mengeluarkan ponsel dan berbicara dengan seseorang di sana.
"...Aku mau membawa waitersmu, dan mulai hari ini dia tidak bekerja denganmu tapi denganku, Kakucho. Namanya Hirai Hashizume."
Dia melirikku dengan seringaian tercetak pada bibirnya.
Apa tadi? Apa yang baru saja dia katakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
T W I S T E D (Haitani x OC) [[ End ]]
ChickLitWARNING 18+ Content! Terlalu klasik jika menceritakan tentang gadis polos dan miskin yang bertemu dengan eksekutif mafia sekelas Bonten.Bagaimana jika kita ubah ceritanya, Haitani bersaudara jatuh cinta pada gadis yang sama, yang tidak dapat ditebak...