Burned Out.

64 7 0
                                    


Sebulan sudah Bonten tidak dapat menemukan jejak Hirai dimanapun, Ran hanya menjalani hidupnya seperti jiwanya telah mati, zombie.

Misi demi misi, dan segala pekerjaan yang bisa dia tangani, dikerjakan olehnya. Lelaki itu menjadi penggila kerja. Hal itu tentu saja menjadi kekhawatiran rekan rekannya.

Setidaknya sekali setiap malam, lelaki itu akan pergi seorang diri dan menghabiskan berbatang batang rokok dalam mobilnya di depan markas Yotsuda, gila memang seperti bunuh diri.

Saat mendapatkan laporan dari bawahan mereka jika Yotsuda sama sekali tidak terlihat mencurigakan, Ran dengan nekatnya mengacak ngacak markas Yotsuda sendiri, membuat Sanzu dan Rindou harus bekerja ekstra untuk membantunya, dan setelah kejadian itu, lelaki dengan tinggi 182cm itu rutin mengunjungi dan menyatroni markas Yotsuda seorang diri, berjam jam, bahkan tak jarang lelaki itu menghabiskan malam di sana.

Lelaki itu baru saja sampai dari pekerjaannya, kantung mata terlihat begitu jelas di sekitar mata sendunya. Ran membuka jas dan kemejanya dengan asal, melemparnya pada keranjang pakaian kotor di sudut kamarnya.

"Ran..." Kakucho, tengah bersandar di kusen pintu kamar Ran dengan dua tangan yang di lipat pada dadanya.

"Bagaimana kalau malam ini kita ke kelab milikku?"

Ran menatap rekannya itu dengan ekor matanya. Kepalanya berputar, namun kalimat Rindou soal bermain bersama jalang mulai meracuni akal sehatnya yang sudah sangat menipis.

"Baiklah."

Satu kata sebagai jawaban membuat Kakucho tersenyum simpul, setidaknya kali ini Ran menerima ajakannya, dan tidak menggila di depan markas Yotsuda malam ini.

Sebuah mobil Jeep tengah dipanaskan mesinnya di parkiran mansion bonten.

Kakucho sudah terduduk di balik kemudi mobil itu, dengan Kokonoi yang duduk pada kursi penumpang di sisi Kakucho, sedang Sanzu dan Rindou terlihat tengah merokok di luar mobil, menunggu Ran untuk berangkat dan bersenang senang di kelab Kakucho.

×××

@Another place, at the same time

"Aimi.." Sebuah suara baritone memecah kesunyian yang sedang Aimi nikmati di rooftop mess PSB yang kali ini menjadi tempat tinggalnya.

"Ibumu rindu." Lanjut suara itu lagi.

Aimi menoleh, menemukan Chifuyu, lelaki yang membawanya hingga menjadi agen PSB tengah menenteng makanan siap saji yang terlihat masih hangat mendekat ke arahnya.

"Aku juga, jika kau bertemu lagi dengan ibu, katakan aku sangat merindukannya." Aimi kembali menatap langit malam yang cerah itu, ada sendu dalam matanya dengan pikiran yang penuh.

Wanita itu merindukan ibu dan satu satunya adik lelakinya, tentu saja. Sudah lebih dari setengah tahun dia tidak pulang, dan tidak bertukar kabar. Sebagai agen PSB Aimi tidak boleh memberitahukan pekerjaan sesungguhnya pada keluarganya, Aimi yang selama ini diketahui adalah seorang perawat di klinik kota, berkata pada ibunya ingin menjadi suka relawan di Afrika selama setahun.

Pun dengan Chifuyu yang mempunyai klinik hewan dan pet shop sebagai kamuflase pekerjaannya, Draken yang mempunyai bengkel, dan Mitsuya yang mempunyai butik, mereka memiliki masing masing kamuflase yang sesuai dengan passion masing masing.

"Makan malam?" Chifuyu menyodorkan kemudian membuka kotak mie soba instan yang masih hangat kepada Aimi.

Aimi tersenyum meraih kotak mie soba yang diberikan Chifuyu. Kemudian Chifuyu duduk di sofa yang memang disediakan untuk nongkrong di rooftop bagi penghuni mess, lelaki itu mengambil tempat di sisi Aimi, dan membuka kotak mie soba lainnya.

T W I S T E D (Haitani x OC) [[ End ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang