FT. 09

1.7K 233 5
                                    

Setelah insiden perkelahian dengan kelompok tadi, Freen melepaskan genggaman tangannya dari tangan Becca dan melihat kearah lain.

"Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja?" tanya Becca.

"...."

"Aku baru ingat tadi aku sudah lapor polisi." ucap Becca.

"Kita tinggalkan tempat ini dahulu." ucap Freen yang langsung berjalan mendahului Becca.

"Freen!" melihat Freen pergi, Becca juga ikut mengejarnya.

Akhirnya Freen mengantarkan Becca untuk kembali ke apartementnya. Freen turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Becca dan menuntunnya masuk ke apartement.

Sampai di wilayah apartement, Freen melepaskan genggaman tangannya dan menatap Becca sekilas lalu meninggalkan Becca tanpa sepatah katapun.

"Freen? Freen!!" lagi-lagi Becca mengejar Freen yang masuk kedalam lift. Becca hanya berdiri dan dipenuhi rasa bingung karena perubahan sikap Freen.

Didalam lift Freen juga terdiam dan menghela nafasnya. Ia menyandarkan tubuhnya di lift sambil memegang dadanya sendiri yang terasa berdegup kencang karena mengingat dansa dengan Becca.

Sampai dikantor, Freen membuka pintu ruangannya dengan kasar lalu menuju pantry untuk mengambil wine dan menuangkannya ke gelas.

"Ada yang tidak beres. Aku jatuh cinta kepada manusia yang lemah?"

"Jangan-jangan... Karena aku tidak mempunyai kekuatan lagi?"

.
.
.
.

Rebecca menggosok giginya sambil menatap dirinya sendiri dikaca. Ia terlihat seperti berpikir lalu menghentikan aktivitas menyikat giginya.

"Aku tak habis pikir, kenapa dia merasa jijik melihatku?"

"Waktu itu dia yang bersikeras ingin bergandengan. Kenapa kini memperlakukanku bagai tak kasatmata?"

"Masa aku harus diperlakukan begitu?"

Becca melanjutkan menyikat giginya dengan cepat karena rasa kesal yang ia rasakan. Ia mencuci mukanya sendiri dan menatap dirinya lagi dikaca.

"Memang hanya aku yang berdebar? Dia pasti juga berdebar."

"Tapi kenapa dia mendadak dingin sekali? Dari panas mendadak dingin, memang dia es amerikano atau apa?"

Selesai memasang skincare, Becca keluar dari kamar mandi dan langsung naik keatas ranjang. Ia merebahkan tubuhnya dikasur sambil menatap langit-langit kamar.

"Mau amerikano panas atau dingin, tak ada urusannya denganku. Aku tak perlu memperdulikannya."

Becca mengambil ponselnya dan melihat jadwal harian yang ternyata besok adalah jadwal kencan.

"Tidak. Aku harus mencari tahu perasaannya kepadaku itu panas atau dingin."


﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Dengan menaiki taksi akhirnya Becca sampai di depan gedung kantor milik Freen. Ia tidak bisa tidur jadi memutuskan datang kesana untuk memastikan semuanya.

"Tidak kusangka aku kesini."

"Ini terakhir kalinya aku memelas.."

Rebecca berjalan memasuki kantor itu yang sudah lumayan sepi dan hanya terlihat beberapa karyawan. Kantornya cukup besar sehingga Rebecca lumayan jauh untuk berjalan menuju ruangan Freen.

"Andai dia tanya alasanku kemari, aku akan bilang hanya ingin memastikan siapa orang-orang tadi. Karena sangking penasarannya aku sampai tidak bisa tidur."

F.A.T.E ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang