FT. 18

2.7K 260 13
                                    

Pagi harinya Freen bangun lebih awal  tapi ia masih betah berada di tempat tidur, menopang dagunya sambil menatap wajah Becca yang masih tertidur pulas

"Apa ini alasannya manusia selalu egois?" gumam Freen sambil menatap wajah Becca.

Becca menggeliat dan mengubah posisi tubuhnya menjadi kesamping. Ketika Becca membuka matanya, ia melihat Freen menatapnya sambil tersenyum dan langsung menutup wajahnya menggunakan selimut.

"Kenapa, Rebecca?"

"Kapan kamu bangun?" tanya Becca dari balik selimut.

"Hm.. Sudah daritadi."

"Apa aku mengorok?"

"Lebih dari itu pun tak masalah bagiku." jawab Freen.

"Berarti aku mengorok kan?"

"Tidak."

"Beneran?" tanya Becca lagi karena tak yakin dengan jawaban Freen.

"Ya. Makanya lekas perlihatkan wajahmu." ucap Freen sambil menarik sedikit selimut yang menutupi wajah Becca.

"Tidak mau." balas Becca yang masih berusaha menutupi wajahnya.

"Kenapa?"

"Entahlah. Tiba-tiba aku merasa malu." jawab Becca. Benar adanya saat ini Becca merasa malu karena tubuhnya masih tanpa pakaian akibat kejadian semalam.

"Ayo keluar. Aku lapar."

Becca mengintip dari balik selimutnya, "Kamu bilang secangkir kopi sachetan saja cukup."

"Benar juga. Tapi aku ingin makan mungkin karena aku sudah jadi manusia." jawab Freen sambil tersenyum.

"Kalau begitu aku akan mandi dulu." Becky bangun dari kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. "Bisakah kamu berbalik sebentar?"

"Kenapa? Aku kan sudah melihat semua bagian tubuhmu semalam." jawab Freen sambil menunjukkan senyuman nakalnya

"Freen!" pipi Becca kembali memerah, ia berlari ke kamar mandi dengan cepat dan tak perduli menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Freen hanya bisa terkekeh geli melihat tingkah laku istrinya itu. Sangat-sangat menggemaskan di mata Freen.

.
.
.
.

Mobil hitam milik Freen telah sampai di depan sebuah restoran mewah. Freen membawa Becca pergi ke restoran paling bersejarah tempat mereka pertama kali bertemu.

"Kali ini kamu tidak menyewa seisi restoran."

"Dipikir-pikir, makan bersama manusia tidak terlalu buruk." Freen berbicara sambil tersenyum melihat suasana restoran. "Aku senang suasananya ramai."

Seorang pelayan datang memberikan buku menu kepada Freen dan Becca. Becca mengambil buku menu itu dan membukanya.

"Pesan satu pake kopel." ucap Freen langsung tanpa membuka buku menu.

"Itu menu khusus hari Natal."

"Sayang sekali, padahal kami kesini untuk itu."

"..."

"Apa tak bisa jadikan ini hari Natal? Anggap saja dalam rangka berbaurnya aku dengan manusia." ucap Freen dengan bersemangat.

"Bahannya tidak ada." jawab pelayan itu dengan nada suara ketakutan.

"Kalau begitu, kita ke tempat lain yang ada paket kopel." ucap Freen sambil menatap Becca.

"Pesan ini saja dua." ucap Becca kepada pelayan itu.

F.A.T.E ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang