FT. 23

2K 247 11
                                    

Saat tidur Freen nampak gelisah dan membuka matanya dengan perlahan. Ia melihat cahaya matahari sudah bersinar cerah lalu melihat kearah Becca yang masih tertidur pulas.

Freen mengubah posisinya menjadi duduk dan memegang kalung yang selama ini tergantung di lehernya. Semalam ia bermimpi memberikan kalung yang sama pada seorang wanita tapi di dalam mimpi itu Freen belum bisa melihat jelas wajah wanita itu.

"Mimpi itu kembali lagi..."

Freen menghela nafasnya, ia sangat penasaran siapa wanita yang selalu ada di dalam mimpinya saat nenjadi manusia dahulu.

"Kamu sudah bangun?" suarakhas bangun tidur Becca menyapa Freen.

"Hm.. Baru saja." jawab Freen sambil tersenyum menatap Rebecca.

Becca bangkit dari tidurnya dan duduk disamping Freen, ia menatap wajah Freen seperti tak biasanya. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Becca sambil menangkup pipi Freen.

"Tidak ada apa-apa." Freen menjawab sambil memegang tangan Becca yang memegang pipinya dan mengecup punggung tangan itu, "Semua baik-baik saja karena kekuatanku sudah kembali."

"Syukurlah, kalau gitu sekarang ayo kita bersiap untuk kerja." Becca berdiri meninggalkan tempat tidur duluan.

"Bec, aku harus pergi ke kantorku. Apa kamu tidak papa pergi bersama Khun Nam?"

"Tidak masalah, aku akan menghubungi Khun Nam setelah ini."

Freen tersenyum dan berdiri dari tempat tidur, ia menatap Becca lalu menggendongnya. "Ayo kita mandi bersama.."

.
.
.
.

Dengan langkah terburu Freen memasuki stasiun kereta api dan menuruni eskalator yang bergerak sangat lambat. Ia pergi ke tempat dimana pengemis itu berada lalu mengetuk pintu rumah kardus si pengemis dengan sangat kencang.

"Ada apa?" tanya pengemis itu ketika melihat Freen.

"Kenapa mempermainkanku? Kenapa aku terus memimpikan kehidupan manusiaku? Kenapa wajah perempuan bernama Kath itu tak terlihat? Kau sengaja menghapus bagian itu?"

"Tanya satu per satu. Aku pusing."

"Kenapa aku masih memimpikan kehidupan manusiaku, padahal kekuatanku sudah kembali?"

"Entahlah, mungkin kau ingin tetap menjadi manusia dan tak ingin melupakan perasaan-perasaan manusiawi yang kau rasakan."

"Lalu, kau yang menghapusnya?"

"Menurutmu, aku yang menghapus? Sebagaimana kukatakan, aku yang buat garis besar aturan tapi peristiwa tak terduga terus terjadi sebab manusia tak hidup sesuai aturan itu."

Freen menghela nafasnya lalu kembali menatap pengemis itu tanpa menjawabnya.

"Kau pasti menghapus ingatan mengenai perempuan itu karena begitu menyakitkan." ucap si pengemis.

"...."

"Itu naluri manusia untuk menjaga diri, mekanisme pertahanan ego."

"Menyakitkan? Kenapa menyakitkan?" tanya Freen.

"Kau saja tak ingat, mustahil aku tahu tentang itu."

"Kau salah. Aku tak punya naluri manusiawi dan tak ingin menjadi manusia." ucap Freen sambil menutup pintu kardus itu. Ia berdiri dan berbalik untuk pergi tapi berhenti ketika mendengar ucapan si pengemis.

"Dua orang yang terikat oleh takdir pasti bertemu kembali dalam bentuk apapun sebab takdir selalu terulang."

Sekembalinya dari menemui pengemis, Freen pergi ke Flock Creative dan berdiri di depan lukisan besar yang ia percayai mempunyai hubungan dengan sosok Kath dahulu. Sangat lama ia menatap lukisan itu sambil memegang kalung yang berada di tantannya.

F.A.T.E ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang