"Bibi." Pelayan yg tadi sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk Ilham pun menoleh saat Ilham memanggil nya.
"Iya? Ada apa aden?"
"Emm papa sama yg lain kapan pulangnya?"
Bi Isti pelayan tersebut pun menatap kasian aden nya ini, pasti aden kecil nya ini merindukan mereka. "Bibi gak tau pasti sih, tapi mungkin 5 hari lagi?" Ilham mengangguk paham.
"Makasih bibi." Bi Isti tersenyum lalu memberikan sepiring nasi berserta lauk kepada Ilham. "Sama-sama aden, makan yg banyak ya! Abis itu aden tidur." Ilham mengangguk semangat.
Bi Isti pun pamit undur diri kebelakang, Ilham pun mulai memakan makan malam nya di meja yg besar nan mewah ini. Tapi sayang nya sangat sepi.
"Sepi." Gumam Ilham disela-sela kunyahan nya tapi dia tiba-tiba terfikir sesuatu. "Lah bukan nya gue udah biasa ya sepi kek gini?"
Ilham menggeleng pelan saat melihat pikiran yg menyadarkan nya, lagian dia kan sudah biasa diabaikan dan kesepian untuk apa berlarut-larut dalam kesedihan ini.
Sebentar! Tadi bibi Isti bilang kalau orang-orang itu pulang nya 5 hari lagi kan?! berarti dia masih punya waktu untuk bersenang-senang.
Setelah memikirkan sesuatu yg menyenangkan Ilham pun dengan cepat menyelesaikan makan malam nya lalu pergi menuju ke kamar nya.
"Okey kita liat, ada baju yg pas gak ya?" Tanya Ilham sembari mengobrak-abrik walk in closet ini.
"Kenapa baju warna cewe semua sih?!!" Ilham kesal sekali saat hanya menemukan kaos dan celana berwarna pastel.
Ilham terus saja mengobrak-abrik tempat pakaian ini dia tersenyum kecil saat menemukan hoodie berwarna hitam walaupun ada gambar Bebek kecil, setelah nya dia mulai melapisi piama Bebek ini dengan hoodie hitam tersebut.
Untuk bawahan piama ini Ilham tak peduli, karena semua nya disini hanya ada celana training dan levis yg berwarna pastel dan Ilham tidak suka!
Jadinya Ilham hanya memakai piama yg dilapisi oleh hoodie ini, lalu dia mengambil ponsel dan memasukan kartu ATM ke casing ponsel itu.
Setelah nya Ilham mulai melompat dari balkon kamar nya, cuma lantai 2 kok jadi gak tinggi-tinggi banget lalu dia meloncati pagar mansion dan akhirnya bisa keluar dari sangkar emas itu.
Mudah kan? Karena kebetulan para bodyguard sedang berganti shift jadinya kosong deh.
Ilham terus saja berjalan sesekali melompat-lompat di Trotoar, sebenarnya dia kesal sekali karena saat dia lewat akan ada orang dewasa yg bertanya.
Adek mama nya mana?
Si kecil ini tersesat ya?
Sini ikut tante nanti dikasih eskrim deh
Papa nya mana dek?
Adek mau kemana? Sini om anter
Heh bocil ngapain malem-malem disini!
Balek sana lu, dicariin bunda lu entar
Ilham menatap pemuda yg memanggil nya 'cil' dengan datar. "Apaan maksud lu manggil gue 'cil' hah? Asal lu tau ya gue ini dah SMA!" Pemuda tadi menutup mulut nya terkejut.
"Jangan ngarang deh lu, anak SD kok ngaku-ngaku jadi anak SMA." Cibir pemuda itu, Ilham semakin meradang lalu dia mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sesuatu.
"Lah beneran dong SMA." Lirih pemuda itu saat melihat grub kelas 10 di aplikasi chat Ilham. "Udah ngotot salah lagi!" Pemuda tadi menggaruk kepala nya karena malu.
"Hehee, yaudah deh lu sekarang mau kemana? Oh iya kenalin nama gue Dodi." Ujar pemuda tersebut sambil menyodorkan tangan nya.
"Nama gue Casey, lu tau gak tempat balapan disekitar sini?" Dodi melepaskan tangan nya yg baru saja di salami oleh Ilham lalu dia mengangguk.
"Iya gue tau, karena gue juga mau kesana! Mau nebeng?" Ilham mengangguk senang lalu dia mengikuti langkah Dodi yg menuju ke motor nya.
Dodi naik ke motor nya sembari memakai helm. "Bisa gak lu naek nya?" Tanya nya sembari menengok kebelakang dan terlihat Ilham yg sedang kesulitan menaiki motor ini.
Saat ini turun dan membantu Ilham malah menepuk tangan nya. "Udah naek nih gue, buruan jalan!" Dodi mengangguk, lalu menyuruh Ilham untuk pegangan.
"Ck, gak disitu tapi di pinggang gue." Ilham melotot lalu dia memukul brutal punggung Dodi. "Iyuhh homo lu?" Dodi menatap datar Ilham dari kaca spion nya.
"pegangan pinggang tuh buat lu gak jatuh, tolol amat geh." Ilham menyengir lalu mulai melingkar kan tangan nya di pinggang Dodi. "Hehee gue kan orang nya positif thinking terus."
"Positif, biji mata lu itu." Tawa Ilham langsung meledak. "Iya deh maap, mendingan lu cepetin deh lama amat geh bawa motor nya."
Mulut Dodi mencibir pelan sembari menambah kecepatan motor nya, tak sampai 2 menit mereka pun sampai di tempat balapan.
"Gila jam segini dah rame aja." Celetuk Ilham setelah turun dari motor, Dodi menggeleng pelan sembari menarik Ilham agar menuju ke tempat kumpul dia dan teman-temannya.
"Lah Dod? Lu nyolong anak siapa?!! Balikin gak." Dodi memutar bola mata nya dengan malas. Sementara Ilham dia mencebikan bibir nya kesal.
"Cil rumah lu mana? Sini abang anter, lu pasti diculik sama ni orang kan?!" Ilham menghela nafas pasrah saat mendengar pertanyaan yg sudah dia tebak.
"Gue dah SMA ya jingan, jangan panggil gue 'cil' lagi!" Pekik Ilham, pemuda bernama Luki itu terkejut lalu membandingkan tinggi diri nya dan Ilham.
"Gak usah ngaco lu, orang tinggi lu aja sama kek adek gue yg kelas 6 SD." Ucap Luki sembari menyentil kening Ilham. "Sialan lu, heh Dodi temen lu ini urusin!"
Dodi mengangguk lalu berkata. "Tu bocah emang dah SMA." Luki masih saja tak percaya, muka mungil, mata bulat, suara cempreng, tinggi seperti minion, mana mungkin ini anak SMA!
••••••
Double deh, gue kan author yg baik
Makanya itu kalian beruntung ketemu ama gue
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi protagonis pria (TERBIT)
Teen FictionNote: beberapa part dihapus untuk kepentingan penerbit, link pembelian ada di bio WARNING MENGANDUNG UNSUR YAOI, BL INTINYA YG GAK SUKA MINGGIR Ilham Pratama seorang lelaki berumur 18 tahun yg sebentar lagi lulus, dia adalah lelaki tampan, tinggi...