Chapter 1

501 53 14
                                    





Hidup susah tanpa orang tua yang harus dijalani Zayyan sangat berat, apa lagi dengan kekurangan yang ia miliki, cemoohan dan ejekan bukan hal baru baginya. Pandangan remeh orang lain terhadapnya dijadikannya sebagai motivasi untuk kuat agar ia bisa menyekolahkan adik nya, keluarga satu-satunya yang ia miliki.

Tapi kadang kala ia merasa tak sanggup dengan semuanya dan memilih jalan pintas dengan satu sayatan di nadi kiri, tapi niatan mengakhiri hidupnya itu sirna saat melihat tangis dan tatapan kecewa Leo yang bahkan tak pernah ia keluarkan saat kedua orang tuanya meninggal. 

Dia harus bertahan, dia tak bisa meninggalkan adiknya seorang diri menghadapi dunia yang begitu kejam pada mereka yang miskin seperti meraka.

Walaupun Leo sangat susah untuk diatur, selalu membuat masalah yang mengakibatkannya sering dipanggil kesekolah. Dan juga sering membuatnya berurusan dengan polisi. Tapi Zayyan tetap menyayanginya karna dialah satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Seperti sekarang dia hanya bisa menunduk saat polisi didepannya terus berteriak.

"Kau dengar itu?! Mau sampai kapan aku menolerir adik mu itu hah?!" bentak polisi itu dengan ludah menyembur kemana-mana. 

Menjijikkan.

Zayyan hanya bisa menunduk mendengar semua teriakan polisi itu yang menyakitkan ditelinganya.

"Kau tak perlu membentaknya Ahjushi!" Leo menendang meja dihapadannya, kesal dengan polisi tua yang memiliki banyak lemak ditubuhnya itu, dia yang membuat masalah tapi hyungnya yang dibentak, apa polisi itu waras?

Polisi Kim menyambar buku yang cukup tebal didepannya dan memukul Leo dengan keras, "Kepada siapa kau berteriak seperti itu hah?! Apa kau tak punya sopan santun! Bocah kurang ajar!"

Zayyan menarik Leo kedalam pelukannya, menghalau polisi Kim yang terus memukul Leo dengan menjadikannya tameng.

Wain segera menahan tangan rekannya untuk berhenti, dan mengingatkannya tentang hukum melakukan kekerasan pada anak dibawah umur.

Seolah sadar polisi Kim berhenti lalu berdehem.

"Takut huh?" Leo memandang remeh Polisi tua itu, "Kau bukan apa-apa, jika bukan karna seragam itu."

Polisi Kim melotot, dia ingin memukul Leo lagi tapi tangannya langsung ditahan Wain disampingnya.

"Sudah hentikan." Ucap Wain menatap datar polisi kim.

Leo menyeringai mengejek melihat wajah jengkel polisi Kim.

"Zayyan, kesalahan adikmu kali ini cukup berat, aku khawatir kami tidak bisa melakukan apapun jika keluarga korban menuntut." Ucap Wain dengan nada menyesal.

Zayyan menggeleng panik, kedua telapak tangannya menyatu memohon pada Wain. Ia mengeluarkan note lalu menulis sesuatu disana, dan menyerahkannya kepada polisi muda itu.

'Aku mohon jangan tangkap Leo, Wain.'

Wain menghela nafas membaca tulisan Zayyan. Ia melihat kearah Leo yang menatap tajam dirinya. Sejujurnya ia sangat membenci bocah nakal itu, dia selalu membuat masalah yang merugikan hyungnya. Wain kasihan dengan Zayyan yang selalu terkena imbas dari ulah nakalnya. Semua polisi di desa ini sudah hapal betul kelakuan Leo dan teman-temannya yang selalu membuat masalah. Tak jarang orang-orang yang menjadi korban kenakalan mereka atau orang tua dari anak-anak yang mereka aniaya datang ke kantor ini untuk mengadu.

"Aku akan bicara dengan keluarga korban," kata Wain akhirnya.

Zayyan segera membungkuk dan mengosok-gosokkan kedua telapak tangannya, mengungkapkan rasa terima kasih.

ApateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang