Chapter 8

289 58 13
                                    




Zayyan berlari kearah Leo yang masih mengamuk. Mencoba menghentikan amarahnya dengan cara memeluk tubuhnya dari belakang.

"Bajingan! Akan ku bunuh kau!" Teriak Leo. Kakinya masih menendang-
nendang pintu mobil dengan kuat. Rasa marah telah menguasainya, bahkan pelukan dari hyungnya tak dapat meredam amarahnya.

'Hentikan Leo!' Zayyan ingin meneriakkan itu namun ia tak bisa. Air mata mulai membasahi wajahnya. Jika tidak dihentikan mungkin Leo juga akan ditahan karena membuat keributan. Zayyan menggeleng kuat, tak ingin hal itu terjadi.

"Lepaskan aku hyung! Aku akan membunuhnya!" Leo menepis pelukan Zayyan, yang membuat hyungnya itu terjatuh.

Sing menghela nafas melihat adegan dramatis dihadapannya. Memejamkan matanya dan memijit pelan keningnya, lalu memberi kode pada polisi untuk segera menahan Leo. Dan berjalan kearah Zayyan, meraih kedua lengannya dan membantunya untuk berdiri.

Beberapa polisi langsung bergerak menahan Leo. Dengan cara memegang kedua tangannya, membuatnya berlutut dengan paksa.

"Lepaskan brengsek! Aku akan membunuhnya!" Leo memberontak dengan keras. Namun pegangan kuat dari kedua polisi itu membuatnya tak berkutik.

Sing berjalan pelan kearah Leo dan berjongkok dihadapannya. "Kau ingin membunuhnya?" Tanya Sing dengan tenang. "Kalau begitu cobalah. Lakukan dihadapanku."

Ucapan Sing membuat Leo terdiam.

"Ayo lakukan!" Teriak Sing. "Jika kau ingin menggantikannya sebagai pembunuh. Lakukan sekarang! Lakukan itu di depan hyungmu!" Tunjuk Sing pada Zayyan. "Lakukan didepannya!"

Leo menatap tajam Sing, lalu pada hyungnya yang masih menangis.

Zayyan menggeleng pelan, memohon melalui matanya.

Sing menghela nafas. Mendekatkan dirinya pada Leo, memegang wajahnya dan berbisik pelan. "Dengar. Aku pernah berada diposisi sepertimu. Memang tidak sama persis, karena kau tak kehilangan siapapun." Menjeda ucapannya, mengingat kembali kenangan menyakitkan beberapa tahun lalu. Bagaimana nyawa ibunya berakhir di tangan pembunuh berantai yang bahkan sampai sekarang pembunuh itu belum tertangkap. Ketidakbecusan detektif yang menangani kasus itu membuatnya juga marah, sama seperti Leo. Terlebih yang menangani kasus itu Ayahnya sendiri.

Tangan Sing turun ke bahu Leo, menepuk dan merematnya kuat. "Sama sepertimu, aku juga ingin membunuhnya dan melakukan hal yang sama persis seperti apa yang ia lakukan pada korbannya." Sing menggeleng. "Tapi bukan seperti ini caranya. Berteriak 'Aku ingin membunuhnya' seperti orang idiot. Kau lihat dia," menunjuk dengan matanya pada Beomsoo yang tertawa didalam mobil. "Kau hanya membuatnya senang dengan melakukan hal itu."

Leo mengeraskan rahangnya, geram dengan tawa keras Beomsoo yang seolah mengejeknya. Kembali mencoba melepas pegangan polisi ditubuhnya, namun kedua polisi itu semakin menekan tubuhnya ke tanah dengan kuat, yang membuatnya meringis.

Sing menghela nafas dengan emosi Leo yang sangat mudah terpancing. Lalu mengalihkan pandangannya pada media yang mengambil gambar mereka sejak tadi. Berdecak kesal dan mendesah lelah, lalu menepuk-nepuk lehernya pelan yang tiba-tiba tegang.

Malam yang melelahkan.

"Davin." Panggilnya pada salah satu bawahannya.

Davin berjalan mendekati Sing. "Ya, Detektif."

"Bawa tersangka kita, aku akan menyusul Lex." Menepuk pelan bahunya, yang dijawab anggukan oleh Davin.

Davin melirik pada Leo lalu kembali melihat Sing. "Bagaimana dengan dia?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ApateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang