Chapter 4

350 48 15
                                    



Pandangan Sing tak lepas menatap kedua batu nisan dihadapannya. Menghela nafas sesaat,  sebelum mendudukkan dirinya diatas rumput pemakaman itu. Menatap sendu ukiran nama yang terdapat di disana.

"Eomma.." Panggilnya pelan, sedikit tercekat karena lamanya ia tak menyebut panggilan itu. Sing mengelus lembut batu nisan itu, bibir nya sedikit bergetar namun ia segera menggigitnya menahan isakan yang akan keluar.

"Dia masih hidup." Ada sedikit jeda sebelum ia melanjutkan ucapannya. "Bajingan itu...bajingan yang membunuhmu masih hidup."

Sing mengatur nafasnya yang mulai sesak. Kilasan balik tentang pembunuhan itu kembali menghujam ingatannya. 



10 tahun lalu


Februari yang seharusnya menjadi bulan penuh cinta justru menjadi awal tragedi pembunuhan berantai. Bulan itu pertama kalinya ditemukan mayat seorang gadis remaja ditepi Sungai Han. Awalnya polisi menduga ini hanya kasus bunuh diri, namun setelah dilakukan otopsi banyak hal janggal yang ditemukan. Dari ditemukannya bekas jeratan di leher, beberapa lebam dari perlawanan korban dan ukiran bertuliskan 'Apate' dibetis. Polisi yang menangani kasus itu tak ingin menyimpulkan semuanya terlalu cepat, tak ingin membuat panik masyarakat. 

Namun selang beberapa minggu, dua mayat gadis kembali ditemukan di lokasi yang berbeda dengan kondisi yang sama. Kebetulan tidak terjadi berulang kali, itulah mengapa akhirnya pihak kepolisian membentuk tim investigasi khusus untuk menyelidiki kasus pembunuhan itu. 

Tim investigasi itu di pimpin oleh Detektif  Gi Hoon dan 12 orang anggotanya. Awal penyelidikan mereka benar-benar mengalami jalan buntu, tak ada bukti ataupun petunjuk yang mengarah pada pelaku dan Media juga membuat semuanya menjadi sulit, mereka membesar-besarkan ketidakbecusan kepolisian yang tidak dapat menangkap pelaku, membuat masyarakat semakin tak mempercayai kinerja polisi. Bahkan sempat terjadi demo besar di depan Kantor Polisi Seoul.

Berubulan-bulan telah berlalu, namun keadaan masih sama. Belum ada titik terang siapa pelaku dan media masih membuat berita yang menekan polisi. Semua pihak mengalami tekanan termasuk Detektif Gi Hoon, ia jarang pulang kerumah dan mengabaikan tanggung jawab sebagai seorang suami dan ayah. Istrinya, Mi Kyong. Memaklumi hal itu, tapi tidak dengan anaknya. 

Sing. 

Dulu dia hanya seorang remaja awal yang berpikiran pendek, ia tak mengerti atau memang tak mau mengerti tentang hal yang dialami ayahnya. Dipikirannya Detektif Gi Hoon hanya seorang ayah yang egois yang hanya memikirkan pekerjaan dan tak memperdulikan keluarganya. Sing sangat membencinya. Ia benci melihat ibunya selalu kesepian, setiap malam ia selalu melihat ibunya menunggu ayahnya pulang kerja. Namun pria itu sama sekali tak pernah pulang. 

Bahkan di saat hari ulang tahun Ibunya. 

Hari itu ibunya banyak sekali membuat makanan. Ayahnya berjanji akan pulang dan merayakan hari ulang tahun bersama. Sing mencoba mempercayainya. Namun, hal yang sama terus berulang. Ayahnya tak pulang. Dan Ibu kembali memakluminya. 

Dia muak. 

Muak dengan keadaan keluarganya.

Dan saat itu dia memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun yang ia tidak ketahui, jika kepergiannya ini justru menjadi awal penderitaan yang tak kunjung berakhir dalam hidupnya.

.

Saat itu musim dingin pertengahan Desember. Disaat seharusnya orang-orang bersiap-siap merayakan natal dan menyambut tahun baru. Justru menjadi hari kelam dalam hidup Sing. Matanya menatap nanar orang-orang yang berkumpul di sebuah area bangunan kosong yang tak jauh dari rumahnya. Setelah pergi dari rumah dini hari tadi dan bermalam di rumah temannya. Paginya ia mendapat kabar jika ibunya telah meninggal. 

ApateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang