Obito berhasil menculik Kaguya tanpa ketahuan oleh Hiashi. Saat itu, Kaguya sedang hamil besar. Melihat adik sepupunya mengandung, Madara berang. Dia memerintahkan untuk segera membunuh bayi tersebut pada hari si anak dilahirkan ke dunia.
Lantas di kerajaan Hyuuga, gempar akan kabar hilangnya permaisuri. Hiashi pun mengirimkan kabar kepada kakak perempuan Kaguya yang merupakan permaisuri Ootsutsuki.
"Kepada Permaisuri yang dipenuhi akan Kemewahan, Kebahagian dan Kesenangan dalam hidup. Wahai putri sulung Raja Jun, Tuan putri Ardhatsuki, Perempuan Bangsawan di Tanah Kage. Kedatangan surat ini, mewakili saya untuk menyampaikan sesuatu mengenai putri ayah Anda, Kaguya.
Wahai Istri Raja Tsukiyoshi, maafkanlah kelalaian saya dalam menjaga adik Anda.
Bukan saya tidak tahu, dalang dari penculikan ini, tetapi rasanya tidak sopan dan bukanlah tradisi kita dalam mengangkat senjata kepada anak dari paman istri kita. Maka dari itu, wahai Anak Perempuan Permaisuri Nana, bantulah saya yang tak lain adalah adik ipar Anda."
Surat itu diterima langsung oleh Permaisuri kerajaan Mikazuki. Dia menyeringai di atas singgasananya. Sang suami bertanya tentang hal yang membuat wajah istrinya tampak begitu licik.
"Suamiku, saatnya membalas dendam kepada Madara."
"Sungguh?" Raja tersebut memandang lekat sang istri.
"Sudah cukup sepuluh tahun aku membiarkan Si Keparat itu hidup. Dia telah meracuni ibu dan ayahku, lalu ketujuh Burafuma."
"Bagaimana dengan Kaguya? Bukankah dia adikmu dan keponakan Madara?"
"Aku akan meracuni Kaguya." Permaisuri itu menatap lekat ke arah mata suaminya.
"Meracuni? Sepupunya yang bersalah. Bahkan jika orang tuanya bersalah, anak tidak boleh menjadi sasaran dendam, Permaisuriku."
"Aku berjanji, racun ini akan lebih dahsyat daripada racun ular yang digunakan Madara."
"Permaisuri ...."
"Racun untuk Kaguya adalah racun yang sama dengan racun yang kuberi padamu, Tsukiyoshi."
Barulah Raja Mikazuki itu mengerti arah pembicaraan istrinya. Lalu, dia pun ikut menyeringai.
Beberapa hari kemudian, Murasaki mendatangi istana Madara yang dahulu adalah istana milik ayahnya.
Sedikit menoleh ke belakang, ketika itu usianya masih tiga belas tahun, pangeran mahkota bernama Tsukiyoshi menawarkan pernikahan kepada Kaisar Jun untuk anak sulung sang kaisar. Lantas kaisar dan permaisuri utamanya menyetujui. Pernikahan diadakan di kerajaan Ardhatsuki, dan kedua mempelai itu pun berencana menginap selama tujuh hari di sana. Malang, malam keenam, kabar duka menyelimuti. Kaisar Jun dan Permaisuri Nana mangkat. Ibu dari Kaguya, istri kedua Kaisar Jun meratapi hingga dua hari berikutnya dia dibawa kembali ke kerajaannya dan mengasingkan diri hingga meninggal, tiga tahun sebelum kelahiran pangeran sulung kerajaan Hyuuga. Sebagai anak pertama, dia tahu bahwa saudara sepupu sang adik merupakan dalangnya. Karena Kukai, salah satu Burafuma telah mengatakan di surat sebelum kematiannya. Surat itu dikirim oleh Mayura, yakni seekor merak ajaib kepunyaan Nana dahulu semasa gadis. Merak itu kini kembali ke alamnya.
Kukai tidak hanya mengatakan tanpa bukti. Bukti yang Kukai beri, sudah ia tuliskan, hanya tinggal diperiksa saja kebenarannya. Hal itu sudah dilakukan oleh kakak perempuan Kaguya, yakni Murasaki. Dia memilih diam dan bergerak jika waktunya tepat. Waktu yang tepat itu dimulai dari kedatangannya saat ini.
"Oh, Saudariku." Begitulah Madara selalu memanggilnya.
Murasaki tersenyum. Dia pun berbasa-basi menanyakan kabar Madara sebelum ke inti tujuannya datang ke rumah lamanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
{天理} Tenri: Heaven's Rule
أدب الهواةPerang dingin antara UCHIHA dan OOTSUTSUKI dipicu oleh kejahatan MADARA di masa lalu. Dia melanggar norma dan melakukan perjanjian dengan para yasha untuk memburu OOTSUTSUKI TONERI karena ketakutannya kepada kutukan Kaguya. Kenyataannya, beberapa pe...