Ada seorang putri bangsawan cantik bernama Kaguya yang menikah dengan putra mahkota yang memiliki dua nama, yakni Hizashi dan Hiashi. Pernikahan itu dilangsungkan oleh Madara yang tak lain kakak sepupu dari Kaguya. Ayah dari Madara adalah kakak lelaki dari ibunya Kaguya. Madara sangat menyayangi Kaguya seperti adik kandungnya sendiri, walau dia dikenal sangat sombong, angkuh dan tidak bermoral.
Suatu malam, dia bermimpi bahwa kerajaannya akan runtuh oleh putra dari seorang putri dari raja bernama Jun dari klan Ootsutsuki. Madara langsung menanyai para ahli tafsir mimpi di kerajaannya.
"Madara-sama, sepertinya kita harus mencegah putri Kaguya untuk bisa melahirkan seorang bayi laki-laki."
Wajah Madara memerah karena marah dan bingung. Kaguya bukan sekadar sepupu baginya, tetapi dianggapnya seperti adik satu ayah dan ibu.
"Bukankah kerajaan ini sudah sangat susah payah kita ambil dari Kaisar Jun?"
"Diamlah, Obito! Jangan sampai Kaguya tahu kalau Kaisar Jun dan Permaisuri Utama Nana mati akibat racun dari Sarpamaru yang kuberikan kepada mereka."
Orang kepercayaan Madara langsung bungkam. Dia adalah saksi sekaligus sekutu Madara pada saat tragedi racun kerajaan beberapa tahun yang lalu.
Kaisar Jun adalah kaisar bagi tanah Kage yang berpusat di Ardhatsuki. Semua kerajaan tunduk di bawah kekuasaannya. Suatu ketika, dia memperistri seorang gadis yang dianggapnya telah menyelamatkan dirinya dari hukuman mati. Gadis itu pertama kali dilihatnya ketika di hutan sebuah negeri yang terkenal dengan tempat kelahiran tujuh begawan yang disebut dengan tanah Nanaburafuma. Kisah ini sangat tersohor.
Kala itu, Kaisar Jun sedang berburu ke hutan negeri Burafuma-shima, sebuah negeri kecil di sebuah pulau yang dikelilingi perairan. Hutan tersebut terkenal akan tempat ular-ular beracun. Hanya tempat itu yang berani menerima para ular, sebab telah diadakan perjanjian antara para Nanaburafuma dengan para ular yang diketuai oleh Sarpamaru. Sang ketua bukan hanya sekadar ular, tetapi salah satu dari tiga ular yang diberi karunia untuk bisa menjelma seperti manusia. Meski demikian, ular jelmaan tersebut tidak meninggalkan ciri khas mereka. Seperti lidah yang bercabang, sisik di sekujur tubuh dan mata mereka.
Isi perjanjian itu adalah bahwa semua hewan di hutan itu tidak boleh menyakiti manusia yang berasal dari dan yang ada di negeri tersebut.
Tanpa disadari, kuda kebanggaan Kaisar Jun menginjak ekor salah satu ular, hingga si ular murka dan menyemprotkan racunnya kepada kuda sang kaisar, dan berakhir pada kematian. Kaisar Jun pun berang, dan dia menggunakan pedang untuk mencincang badan ular itu menjadi tiga belas bagian.
Aksi sang kaisar pun dilihat oleh Sarpamaru dan dia melaporkannya kepada pemimpin Nanaburafuma yang bernama Musashibo.
Lantas, Musashibo bersama enam Burafuma lainnya memutuskan untuk mengadakan persidangan bagi Kaisar Jun yang belum mereka tahu identitasnya.
"Aku, Musashibo! Aku membuka persidangan yang disaksikan oleh petinggi Burafuma-shima. Burafuma Saito akan menjadi pendamping bagi Sarpamaru-san, dan Burafuma Shaka akan menjadi pendamping bagi anak muda itu."
Burafuma Shaka dan Burafuma Saito menempatkan diri mereka di sebelah kanan dan kiri Burafuma Musashibo.
Empat Burafuma lainnya menjadi penentu siapa yang bersalah dan yang akan didakwai dengan hukuman setimpal.
Burafuma Saito sebagai pembicara dari Sarpamaru memulai dengan mengisahkan kronologisnya secara runtut, sesuai yang Sarpamaru ceritakan kepadanya.
"Apakah dari pihak Anak Muda ada yang menyangkal?" Burafuma Saito bertanya.
Burafuma Shaka menjawab, "Dia sama sekali tidak menyangkal. Hanya saja, aku meminta hukuman yang ringan baginya. Sebab dia telah mengaku membunuh ular dari mahajana Sarpamaru. Anak muda ini bisa saja mangkir, tetapi tidak dilakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
{天理} Tenri: Heaven's Rule
Fiksi PenggemarPerang dingin antara UCHIHA dan OOTSUTSUKI dipicu oleh kejahatan MADARA di masa lalu. Dia melanggar norma dan melakukan perjanjian dengan para yasha untuk memburu OOTSUTSUKI TONERI karena ketakutannya kepada kutukan Kaguya. Kenyataannya, beberapa pe...