6. Mahkota Hati

30 12 59
                                    

Lima belas tahun telah berlalu. Karena yang menjadi wali Toneri adalah Kaguya, maka Mikazuki dan Hyuuga bergabung menjadi satu kerajaan. Mereka menamainya Hyuugatsuki. Saat ini, dua pangeran sedang disidang oleh Hiashi perihal pernikahan. Padahal sudah banyak putri raja yang melakukan pergelaran mencari suami, tetapi tak satu pun dari pergelaran itu dihadiri oleh kedua pangeran tersebut. Hal ini membuat Hiashi khawatir dengan masa depan kedua pangeran.

"Take no Kuni melakukan sayembara. Aku ingin kalian ikut dalam sayembara mendapatkan Tian-Tian Gōngzhǔ."

"Gōngzhǔ?!" Dua pangeran bertanya serempak.

"Ohimesama. Tenten Ohimesama." Hiashi meralat ucapannya.

"Hmmm ...." Pangeran dengan kulit pucat dan  rambut putih dengan bagian belakang yang runcing, menimbang-nimbang.

"Kurasa, lebih baik, Neji Nii-sama saja yang menghadirinya, Paman Raja."

Mata Neji membulat. "Kenapa harus aku?"

"Karena Nii-sama yang lebih tua." Toneri menjawab enteng.

Belum lagi Neji sempat membalas, Hiashi sudah melerai dan berkata dengan tegas, "Aku menyuruh kalian pergi berdua!"

Lantas setelah mengatakan itu, Hiashi meninggalkan kedua pemuda itu di ruang persidangan.

"Adikku Toneri. Kau memiliki penampilan wajah yang menarik. Lihat! Enam corak tanda lahir magatama di tulang selangkamu itu menyerupai kalung dan membuatmu tambah menarik perhatian. Hati wanita mana yang tak tertawan akan keindahanmu?" Neji yang biasanya sangat hemat dalam perkataan, terpaksa mengeluarkan rayuan yang diharapkan bisa menggugah hati sang adik.

Mendengar kalimat Neji, Toneri malah tertawa terbahak-bahak. Dengan tidak berperasaan dia juga menyelipkan ejekan kepada Neji.

"Sungguh menjijikkan. Aku hampir muntah mendengarnya, Nii-sama."

Neji memelototi Toneri dengan wajah yang memerah karena menanggung malu.

"Jika Nii-sama bisa merayuku seperti itu, maka merayu Putri Tenten bukanlah hal yang sulit, bukan? Itu pun jika Nii-sama memang tidak tersesat."

"Apa maksud dari tersesat yang kau ucapkan itu?" Neji bertanya dengan nada kesal.

"Tidak sesuai kodrat pria yang menyukai wanita." Toneri menjulurkan lidah dengan tujuan mengejek.

"Ak——"

"Baiklah, aku akan menemui Hinata dulu. Mohon izin, Pangeran Neji." Toneri memotong ucapan Neji dan bergegas meninggalkan Neji di ruang persidangan.

Pemilik mata sebiru es dengan pupil biru yang dikelilingi iris seperti bentuk bunga berwarna biru dan putih tersebut menuju kamar tuan putri satu-satunya di istana tersebut.

"Hime-sama!" Seorang dayang memanggil dengan suara agak nyaring agar pemilik suara lembut mendengar.

Putri yang dipanggil malah asik berlari-larian mengejar kupu-kupu di taman kecil di sebelah kamarnya. Tak dia acuhkan panggilan dayang yang selalu mengaturnya dalam bertindak di istana sesuai yang Kaguya perintahkan.

"Hi~nata~ ...." Suara maskulin dengan nada lembut juga agak mendayu membuat Hinata menghentikan kegiatannya.

Dayang sang putri pun pamit undur diri tatkala melihat pemilik satu-satunya jubah yang berlambang bulan sabit tersebut menghampiri tuan putrinya.

"Nii-sama!"

Toneri tertawa kecil. "Kenapa kamu susah sekali diatur, Adik Kecil?"

"Hmh!" Hinata merajuk. Dia memalingkan wajah ke kiri dengan mulut yang dimajukan. "Hinata sudah hampir tujuh belas, sudah besar."

{天理} Tenri: Heaven's RuleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang