Memandangi dari dalam ke luar jendela sudah menjadi hal biasa yang Deva lakukan setelah kecelakaan itu. Saat ini, Deva sedang memandangi jendela yang menampakan taman rumah sakit. Dengan masih duduk di kursi rodanya dan masih tertancap infus di tangan kirinya.
Deva termenung, pikiran nya kembali ke seminggu yang lalu, perkataan Rian terus berputar padanya siang itu.
"Hasil labnya seperti degaan gue, lo kena lemah jantung."
Deva menyentuh dada kirinya, merasakan detak jantung yang lebih lambat pada umum nya. Rian bilang penyakit ini tidak terlalu berbahaya, tapi bagaimana jiga penyakit jantungnya nya disatukan dengan penyakit yang ada dan bersarang dalam tubuh nya ini. Tentu saja penyakit ini menjadi sangat bahaya.
Lelah. Hanya itu yang Deva rasakan, dan rasa sakit yang terus membelengunya setiap saat, tidak memberikan dirinya waktu untuk beristirahat. Kecelakaan itu benar-benar merubah dirinya menjadi manusia lemah, Deva membenci setiap saat dirinya mengingat kejadian itu. Pikiran Deva larut dalam kecelakaan 3 tahun lalu.
Hari itu berjalan seperti biasanya. Deva yang baru beberapa bulan menyelesaikan pendidikan S2 nya kembali melakukan tanggung jawab nya seperti biasa. Dering telephone mengalihkan atensinya dari tumpukan berkas dan komputer yang menyala didepannya.
Sepuh is calling...
Tampilan layar yang menunjukan panggilan masuk di handphone Deva. Dia menjawab panggilan tersebut. "Kenapa kek?" Ucap nya saat panggilan terhubung.
"Ken, kamu kosongin semua jadwal hari ini!." Ujar disebrang sana.
"Ken masih ada rapat bareng client gak bisa di cancel kek." Jawab Deva. "Ada apa tiba-tiba begini." Lanjutnya.
"Pokoknya kakek gak terima alesan apapun, gapapa cancel aja bareng client ini lebih urgent."
Setelah kalimat itu panggilan terputus.
Deva berdiri dari kursi kebesarannya, lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya sambil menelfon Angga. Deva meminta Angga untuk menggantikannya rapat dengan client.
Deva sudah masuk kedalam mobil miliknya, keluar dari gedung parkiran.
Entah kenapa hari ini Deva tidak bisa fokus sebenarnya. Ia sempat menghentikan laju mobilnya untuk pelihat pesan dari kakek saat itu.
Saat mencoba memanggil kakek dengan ponselnya dan panggilan tersambung, tanpa ada aba-aba dan peringatan mobilnya di hantam dengan sebuah truk yang melaju dengan kencang.
Semua gelap, Deva tidak bisa mencerna apa yang terjadi, namun dalam pendengaranya Deva menangkap suara kakeknya. "Ken, Kenzie apa yang terjadi, Ken jawab kakek!"
Beberapa saat kemudian Deva sadar apa yang terjadi. Apa ini akhir hidupnya? Pikir Deva saat itu.
Deva membuka matanya. Pemandangan yang ditangkap pertama kali adalah asap yang mengepul dibagian depan mobilnya. Deva sudah pasrah dengan hidup nya.
Pintu mobilnya dibuka paksa oleh seorang perempuan. Deva yakin sekali bahwa yang membuka pintu mobilnya perempuan. Perempuan itu membantunya keluar dari mobil. Perlahan mengeluarkan kaki nya yang terjepit dengan sangat hati-hati. "Bertahan sebentar pak".
Setelah berhasil keluar dan menjauh, taklama mobilnya meledak. Deva melihat ledakan itu, ledakan yang selalu mengguncang jiwa nya. Membuatnya takut setiap menutup mata hingga sesak rasanya.
"Pak Deva... pak...
Deva tersadar kembali, nafasnya kembali tersenggal. Deva linglung dia benar-benar bingung saat ini, dimana dia sebenernya sekarang apakah dia masih ada dipinggir jalan, atau di rumah sakit. Masalah suara yang dia dengar saat ini sama seperti waktu dia melihat ledakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramell Machiato
RomanceEntah sebuah kebetulan atau memang takdir. Di hari pertama Carramel bertemu dengan CEOnya, ia langsung dijadikan seorang sekretaris. "Apakah hidup mu hanya untuk segelas Carramel Machiato?" "Saya belikan Carramel Machiato untuk mu bagaimana?" "Saya...