22. Keributan

52 7 0
                                    


Jisya datang ke rumah Biya dalam kondisi yang tidak baik baik aja, Jisya nangis dan membuat mereka bingung ada apa dengan sahabatnya itu.

Jisya membawa kopernya datang ke rumah Biya.

"Gue boleh nginap rumah lo Bi, gue udah gak tau mau kemana hiks"

"Boleh banget. Tapi lo ada masalah apa sampai minggat gini? Ael sakiti lo Ji? bilang aja ke kita kalo perlu kita labrak tuh laki lo" Jiwa preman Biya keluar

"Iya ada apa hmm? gak biasanya lo kek gini" kali ini Manda yang bersuara.

Melihat tidak ada respon dari Jisya. Mereka diam dan tidak bersuara dulu. Dia beri Jisya waktu untuk menenangkan dirinya.

Mereka meninggalkan Jisya sendirian di dalam kamar Biya. Ingin memberikan Jisya ruang.

"Gue gak tega liat kondisi dia kayak tadi, sakit banget rasanya" kata Biya

"Sama Bi, gak biasanya dia begitu apalagi kondisinya hamil sekarang. Gak punya otak kali suaminya itu"

"Man, coba cek sana. Udah tenang belum anak itu" Manda langsung pergi ngecek Jisya di kamar Biya

Terlihat Jisya sedang bengong aja di kamar dan tatapannya kosong, Bahkan kehadiran Manda pun dia tidak sadar.

"Gimana Man?" tanya Biya saat Manda kembali ke tempat tadi

"Bengong dan tatapannya kosong"

Sudah ber jam jam mereka memberikan Jisya ruang dan waktu dan sekarang mereka gak bisa diam aja, karena sudah melewati jam makan siang juga.

Biya dan Manda datang ke kamar membawa nasi untuk Jisya. Di sana terlihat Jisya sedang tidur dengan sisa air matanya.

"Ji, bangun dulu yuk. Makan" ucap Manda membangunkan Jisya pelak pelan

"Eugh, jam berapa sekarang" Jisya membuka matanya

"Jam 2 siang"

Jisya merubah posisinya untuk duduk dan menerima makanan yang di bawa kedua sahabatnya itu. Jisya benar benar lapar.

Setelah habis Biya mengantarkan piring bekas itu ke dapur.

"Makasih ya, maaf ngerepotin kalian" kata Jisya

"Gak sama sekali"

"Sekarang udah tenangkan hatinya, cerita ke kita apa masalahnya" kata Manda

"Iya kalo perlu kita datangi suami lo itu" ucapan Biya membuat Manda melototkan matanya ke Biya

"Iya sorry sorry" Jisya tersenyum dan ingin menceritakan semuanya.

"Mas Ael jahat, dia lebih milih Dara dari pada gue hiks" tangisan Jisya kembali lagi

"Masalah awalnya gimana? cerita pelan pelan ya"

Flashback

Jisya dan Ael terlihat sedang memakan sarapan bersama tapi Jisya udah enek liat suaminya yang main ponsel sedari tadi sedangkan dia berbicara sendiri.

"Mas jadi kan nanti anterin aku beli perlengkapan bayi?"

Ael masih fokus ke hp nya

"Mas, dengerin aku gak?"

Belum juga ada jawaban dari Ael

"Mas!"

Belum ada juga padahal suara Jisya sudah meninggi tadi. Dengan terpaksa Jisya menarik ponsel Ael dan membuangnya dengan sembarangan.

"Kamu apa apaan sih, childish banget!" kata Ael

"Mas itu yang apa apaan, aku ngomong dari tadi tapi mas fokus melayani chattingan perempuan itu"

"Mas melayani dia karena dia sedang butuh bantuan mas" kata Ael

"Bantuan ya haha bantuan ya.."

"Gak jelas kamu"

"Mas yang gak jelas, aku gini juga karena mas. Jangan mas aku gak tau ya kalo selama ini mas diam diam masih temui dia, mas diam diam pergi tengah malam hanya untuk temui dia dengan alasan BUTUH BANTUAN" sekarang tangisan Jisya sudah pecah dan emosinya juga udah memuncak

"Ya itu kamu tau, dia itu gak punya siapa siapa selain mas"

"Bukan masalah itu mas, dasar dianya aja gak bisa jaga diri dan selalu ngandelin suami orang"

"Maksud omongan kamu barusan apa ya"

"Udahlah mas, jangan pura pura bodoh"

"Maaf sebelumnya, kamu memang istri saya tapi kamu jangan sok tau tentang semua permasalahan ini, kamu jangan pernah asal menilai seseorang bahkan dia juga seorang perempuan"

"Apa kamu gak pernah di ajari bahasa yang sopan santun sama ayah ibu kamu"

"Iya memang, saya gak pernah di ajari sama ibu dan ayah saya seperti yang anda bilang, karena dari bayi saya gak pernah mendapatkan sosok ibu dan saat besar pun saya kurang kasih sayang dari ayah saya karena beliau sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita dan akhirnya beliau menyuruh saya untuk menikah dengan anda" tatapan Jisya bisa menjelaskan semuanya, dia sangat marah dengan Ael

"Tapi setidaknya sampai sekarang saya tidak pernah mengecewakan hati ayah saya, saya di diduk dengan punya mental yang kuat sedari dulu, bahkan sekarang suami saya lebih peduli dengan perempuan lain di banding istrinya sendiri yang jelas jelas sedang mengandung buah hatinya, mental saya masih kuat"

"Ingat ya! ingat baik baik anda memang statusnya suami saya tapi jangan pernah anda sekali sekali menghina orang tua saya karena gak bisa mendidik saya dengan baik, jangan pernah! mereka gak salah"

"Sekarang terserah anda saya tidak peduli, kalo bisa pulangkan saya dengan ayah saya dan kamu bebas melakukan apa aja dengan perempuan problematik itu"

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi Jisya. Jisya benar benar gal percaya apa yang suaminya lakukan sekarang.

"Sayang maafin mas" setelah menamparnya dengan mudahnya dia bilang maaf

"Mas, cuma karena perempuan itu mas beranin nampar aku? bahkan ayah aku sendiri belum pernah nampar anaknya begini"

"Mas gak sengaja tadi, maafin mas ya"

suara dering hp milik Ael berbunyi

Pasti Dara yang menelpon.

"Kalau mas angkat telpon darinya berarti mas benar benar sudah jelas milih dia" kata Jisya

Ael sangat pusing di kondisinya sekarang, dia tidak ingin membuat istrinya makin kecewea tapi di sisi lain dia takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya, Dara.

Ketakutan itu memenuhi pikirannya, dengan cepat Ael melangkah mencari di mana ponselnya jatuh karena di lempari istrinya tadi. Ael ketemu ponselnya dan benar Dara yang menelponnya dan Ael langsung menganggkat panggilan itu.

"Lo tenangkan diri, gue ke sana"

"Udah jelas banget ya mas, kamu lebih milih perempuan itu di banding aku istri kamu sendiri. Mas aku harap kamu gak nyesal di kemudian hari"

"Mas bakal ngerti arti semua ucapan ku suatu saat nanti" tidak peduli apa yang di ucapkan istrinya Ael langsung pergi keluar menuju apart Dara.

"Kamu ingkar janji kamu mas hiks" Jisya menangis dengan keras di sana dan setelah itu dia mem packing pakaiannya dan pergi dari apart itu.



kalau ada typo maklum yaaaww... karena manusia tidak ada yang sempurna🙏🏻🙏🏻

Secret HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang