❛a lot

92 17 2
                                    

Handphone Maki yang tersimpan di saku berulang kali getar, sementara si empunya bersandar gugup di belakang pintu kamar mandi. Kenyataan didalam kenyataan belum bisa ia terima dengan lapang dada. Khawatir kena serangan jantung atau lambungnya mendadak meleyot.

Tapi sekalinya dibiarkan, Jihoon dan Woonhak kehilangan kesabaran, mencari cowok itu disetiap kamar mandi dekat kantin dan menemukannya di kamar mandi pojok.

Di belakang mereka, Eunchae dan Kyujin nekat ikut lalu menertawakan raut wajah Maki yang katanya mirip orang yang dikejar rentenir.

"Akhirnya ketemu juga lo goblok." ketus Jihoon, tak lupa memberi tabokan sayang di belakang kepala Maki.

Akhirnya, mereka keluar dari kamar mandi dan sempat menjadi perhatian beberapa siswa yang sudah kembali ke kantin. Pengumuman hadiah selesai, tapi Maki tidak ada disana untuk sesi foto dan menyatakan kemenangan perdananya di depan batang hidung Jihoo.

Woonhak dengan heboh menceritakan betapa hancurnya wajah Jihoo sementara dia lah pemilik peringkat satu. Hanya karena Maki masuk ke tiga besar, dia bisa menjadi sekeruh air selokan depan. Dan Maki melongo mendengar ciut-ciut keempat orang tersebut.

"Maki, eling bego!"

Maki melirik Kyujin sinis."Tutup mulut lo, bau pete."

Kyujin memeletkan lidah, dia malah kena batu lemparannya sendiri. Mendengar tawaan yang dilontarkan Eunchae dan ejekannya yang mengatakan agar Kyujin sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan itu sebelum pergi sekolah.

"Tapi," Maki menoleh pada Jihoon,"Seriusan gue dapet rank tiga?"

"Of course. Nggak guna juga gue boong."

"Padahal boong sifat lo." Eunchae memberikan ejekan padanya juga. Kalau Maki lihat-lihat, sepertinya keempatnya cukup akur—akrab maksudnya. Padahal dia dan Haerin tidak pernah berkumpul dengan membawa teman-teman dekat masing-masing.

"Terus, reward nya dimana?"

"Maki!"

Dari jarak yang tidak seberapa jauh, seorang gadis berlari menuju ke arah mereka. Maki memicingkan mata, mencoba mengenalinya tapi nihil, sepertinya dia tidak sesosial itu untuk mengenal orang lain selain ruang BK.

"Ini hadiah lo, tadi dicariin nggak ketemu."

"Nggak bakal ketemu Shion, orang Maki bertelur di WC kantin." cetus Woonhak. Mulutnya itu memang minta digaplok sama Maki.

Menerima hadiah yang katanya untuk dirinya, yang aslinya akan Maki persembahkan ke Haerin, Maki tersenyum. Ada rasa bangga dan senang dalam lubuk hatinya yang berkobar-kobar. Alhasil, sudut bibirnya naik dan melebar seperti nyaris mencapai telinga.

Maki menatap Jihoon dan Woonhak, dan rasanya mau memberikan pidato kemenangan.

Matanya agak sedikit berkaca-kaca,"Gue nggak nyangka sih."

"Gue apalagi." jelas wajah Jihoon saat ini mengejeknya, begitu pun Woonhak dan dua teman Haerin.

Tapi, bagaimana ya? Maki tidak mau merusak kebahagiaannya dengan mengajak mereka ribut. Dia memilih menanyakan tentang Jihoo.

"Si Jihoo pasti lebih kaget kan?"

"Harusnya lo ada disana buat liat wajahnya."

Maki menyeringai,"Gue ternyata emang berbakat."

Eunchae melontarkan tanya sebab bingung dengan kalimat Maki yang terkesan belum selesai,"Bakat apa?"

"Bakat bikin Jihoo nangis."

Cowok itu terpingkal-pingkal sementara yang melihatnya menatap aneh. Shion dari sana berpamitan, tugasnya mengantarkan hadiah Maki sudah selesai. Woonhak terlihat asik melambai-lambaikan tangan, tapi kemudian dia menolehkan kepala pada dua temannya,"Bentar lagi Bu Soodam masuk."

confidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang