❛purely

68 10 0
                                    

Libur akhir tahun setelah penilaian semester satu biasanya memang cuma berlangsung selama dua minggu. Pada hari senin, dengan jaket, tetesan gerimis yang masih tipis, Haerin berada di sekolah memperhatikan Maki yang tengah memarkirkan kendaraan.

Cowok itu agak lama karena katanya tadi mau mengecek kondisi motornya yang tadi sempat berhenti. Tidak tahu ada masalah apa, pokoknya kalau dibiarkan bisa-bisa pulang nanti Haerin harus membantu mendorong sampai ke bengkel seberang.

"Kenapa nggak sekalian aja tadi?"

"Apanya?"

Maki menoleh sedikit, Haerin pun menunjuk keluar. "Berentinya di bengkel. Jangan sok-sokan ngebenerin sendiri, nanti makin rusak."

"Enggak." Maki mengusap dahinya,"Ini baru tadi, rante motornya putus." jelas Maki sambil menunjukkan tangannya yang hitam bekas memegang rantai motor penuh oli. Ada aja masalah pagi-pagi.

Maki kemudian bangkit berdiri dan mengeluarkan motornya dari parkiran. Cowok itu mendorongnya lagi menuju ke gerbang.

Haerin melipat tangan di dadanya, jaket yang ia bawa tersangkut diantara lipatan tangannya.

"Mau dibawa kemana?" tanya Haerin.

Maki menunjuk ke gerbang, lalu bilang,"Bengkel. Biar gak dibilangin sok tau." yang meski tidak terdengar jengkel, tetap saja menyindir Haerin.

"Ya kan.. emang lo bisa ngotak-ngatik sendiri? Gue hanya menyarankan hal yang paling efisien buat dilakukan." Haerin mengejar Maki dan berjalan di sampingnya. Kelihatan dari Maki yang acuh tak acuh sambil membuang wajah ke samping, cowok itu lagaknya ngambek dibilang gak becus.

"Kalo ke bengkel kan emang nggak bakalan sok tau,"

"Lo duluan aja ke kelas sana. Hari ini masih gerimis, kayaknya mau hujan juga. Upacara juga nggak mungkin. Jangan diluar. Nanti lo sakit lagi kena hujan mulu." oceh Maki sambil menjauhi gerbang sedangkan Haerin berhenti di depan pagar besi itu.

Cewek itu menyimpan senyum, mundur lagi dan kembali ke lahan parkir yang ada atapnya. Tak lama, gerimis semakin deras dan mengurungkan Haerin untuk pergi ke kelas. Tadinya memang sudah memutuskan untuk menunggu Maki disana. Kalau hujan turun begini, bisa dijadikan alasan 'kan?

Semakin sering motor masuk, semakin banyak siswa yang akhirnya berteduh di bawah atap parkiran seperti Haerin. Lama-kelamaan, cewek itu bingung mengapa Maki menghabiskan waktu yang lama sekali di bengkel depan. Memang disana itu warung makan? Tadi cowok itu ada bilang dia belum sarapan dan mau mampir sebentar ke kantin. Kalau berlama-lama nanti bel keburu berbunyi.

Namun,

"Rin!"

Haerin menoleh ke depan, Maki berjalan ke arahnya sambil membawa payung yang entah siapa yang punya. Cowok itu jadi pusat perhatian siswa lain saat menghampiri Haerin dan menyodorkan payung itu padanya.

"Ke kelas duluan ya. Gue mau ke kantin. Bawa payungnya soalnya hujan makin deras. Jangan sampe sakit lagi, nanti ketinggalan osn." kata Maki yang agak ngawur di akhir. Jelas itu nggak terdengar seperti ancaman atau apapun.

Tapi Haerin masih menerima pegangan payung, menatap Maki sambil kebingungan.

"Ini payung siapa?"

"Payung punya orang bengkel. Gue beli tadi."

Hah...

. .. .

Siang hari itu, Jay tiba-tiba dihubungi oleh asisten Papanya dan disuruh ke kantor pusat. Jay memang bekerja di cabang perusahaan Papanya, lokasinya pun cukup jauh dari ibu kota. Tapi, menyempatkan diri untuk urusan yang penting dan mengabaikan urusan yang lebih penting, Jay mengejar waktu untuk tiba di kantor pusat dengan cepat.

confidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang