Tentang pemilik nayanika yang hadir dalam bait sang aksara. Kemudian menjadikannya amerta dalam prosa terindahnya.
***
Dineshcara masih menunggu balasan sampai saat ini, di kala sang raja siang sudah terbenam digantikan oleh sang bulan. Sudah berulang kali ia menarik napas panjang guna memperluas sabarnya lagi dan lagi.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Apa mungkin Ishara saat ini sedang beristirahat?
Gadis itu memilih untuk mengalihkan semuanya dengan membuka sosial media. Baru saja membukanya, ia sudah menemukan satu profil yang baru saja membuat story. Akun profil itu dimiliki oleh Ishara, sosok yang sedaritadi ditunggu olehnya.
Dineshcara segera membuka dan melihat isi dari story tersebut. Gadis itu mengangguk mengerti setelah melihat isinya. Pantas saja chat-nya tak kunjung mendapatkan balasan, ternyata laki-laki itu sedang berkumpul dengan para sahabatnya di sebuah cafe. Tapi, ia juga bersyukur lantaran ternyata Ishara masih bisa menikmati suasana study tour di Yogyakarta. Tidak terganggu oleh chat-chat darinya, mungkin.
Ya, lagian Dineshcara ini siapa bagi Ishara? Laki-laki itu saja jelas tidak mengenalnya. Untuk apa pula dia harus memikirkan chat dari dirinya.
Setelah puas menonton dari story-story itu, Dineshcara memilih untuk menyimpan ponselnya di atas nakas. Menaikkan selimut sampai sebatas dada dan juga tentunya sedikit meninggikan suhu AC di kamarnya. Saat malam hari, Dineshcara tidak bisa jika harus berada di suhu rendah nan dingin, bisa-bisa keesokan harinya ia diantar ke dokter oleh sang mama.
"Good night, Kak Ishara. Semoga besok pagi waktu aku cek hp, kamu udah balas ya."
***
Ketukan pintu kamar tiga kali diiringi teriakan nyaring dari depan kamarnya membuat Dineshcara terpaksa harus terbangun sepagi ini. Dineshcara masih ingin tidur.
"Din, bangun! Kamu mau sekolah gak nih? Ini udah siang loh, Nak."
Harini semakin keras meneriakki nama putri sulungnya agar segera mendapatkan sahutan. Ia semakin gencar mengetuk pintu sampai Dineshcara menyahut.
"Dinesh gak sekolah dulu, Ma. Kakak kelas sama gurunya juga belum pulang study tour," sahut Dineshcara akhirnya.
Dineshcara kembali memejamkan matanya, hendak mencapai alam mimpi lagi. Namun, baru saja matanya terpejam, ia ingat akan pesan-pesannya kepada Ishara semalam. Apakah sudah ada balasan?
Buru-buru Dineshcara meraih ponsel yang semalam ia taruh di atas nakas. Mengecek notifikasi di ponsel. Saat baru saja membuka ponselnya, di lockscreen-nya terdapat satu notifikasi yang ditunggu-tunggu olehnya.
Dineshcara memilih notifikasi tersebut untuk ia lihat dan dengan otomatis roomchat-nya terlihat di layar. Ia menghela napas berat. Hanya sebuah reaction di pesan yang Dineshcara mengirimkan playlist.
Menyebalkan!
Gadis itu menaruh secara kasar ponselnya di atas kasur. Ia sembunyikan wajahnya di balik bantal guling. Ingin rasanya ia berteriak keras di pagi hari seperti ini. Jika saja bisa ia akan langsung berteriak.
Sekarang, Dineshcara harus apa?
"Kakak kelas sialan," umpat Dineshcara pelan seraya menahan kekesalannya.
Dineshcara tidak ingin menangisi perbuatannya ataupun balasan yang diterima dari Ishara, namun entah mengapa bulir bening mulai mengalir di pipi tirusnya.
YOU ARE READING
Prolog Tanpa Epilog
Teen Fiction"Aku menunggumu hingga hari esok. Jika esok kamu belum juga kembali, maka setiap hari adalah esok." -Dineshcara Elakshi. Bercerita tentang seorang gadis yang mengagumi kakak kelasnya dan bertekad akan mengabadikan sosok kakak kelasnya itu ke dalam s...