Aku baru saja bersyukur bisa dekat denganmu, tapi waktu berjalan begitu terburu-buru untuk memisahkan.
***
isharajaklaksh
Bisa kita ketemu di kantin?
Eh, gimana Kak maksudnya?
Istirahat bareng, di kantin.
Gue udah di kantin, kursi pojok.👍🏻
Okay. Aku ambil bekalku dulu baru ke sana.
Dineshcara berteriak dalam hati. Setelah tiga bulan mereka sering berkomunikasi—tepatnya saling mengirimkan chat via DM Instagram, mereka sudah semakin dekat saja. Entah sebagai teman biasa atau hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas.
Gadis itu segera mengambil bekal nasinya dari dalam tas serta sebotol air minum untuk ia bawa ke kantin. Dineshcara memang lebih suka membawa bekal dari rumah dibandingkan harus berdesakan mengantre jajanan.
"Dinesh, mau ke mana?" tanya Sahna—teman sebangku Dineshcara.
Sahna jelas kebingungan saat melihat teman sebangkunya membawa bekalnya menuju ke luar kelas. Biasanya juga Dineshcara makan bersama di dalam kelas dengan teman-teman yang lain.
"Kantin," jawab Dineshcara singkat.
"Ngapain?"
"Makan lah, Na." Dineshcara mendengkus sebal. Sudah jelas-jelas ia membawa kotak bekal, ya jelas ia mau makan.
"Maksud gue, ngapain makan di kantin? Biasanya juga di kelas sama gue," jelas Sahna mulai merasa heran dengan gerak-gerik Dineshcara.
"Nanti gue ceritain. Sekarang udah telat, gue harus buru-buru."
Setelah selesai mengatakan itu, Dineshcara berlari kecil menuju kantin. Untung saja jarak antara kantin dan kelasnya dekat. Jadi, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk gadis itu memasuki area kantin sekolah.
Saat memasuki kantin, pandangannya langsung beredar mencari keberadaan seseorang yang tadi mengajaknya untuk makan bersama di kantin. Sesungguhnya, Dineshcara juga sedang menyiapkan mental untuk bertemu Ishara dan bersiap untuk mendapatkan tatapan horor dari orang-orang yang melihatnya jika sedang bersama dengan Ishara.
Kedua manik mata Dineshcara akhirnya menemukan keberadaan Ishara, dengan segera ia berjalan ke arah laki-laki yang saat ini tengah tersenyum ke arahnya. Pelan-pelan ia menarik napasnya, Ishara benar-benar menunggunya.
Dineshcara membalas senyuman Ishara saat ia sudah dipersilakan duduk tepat di hadapan laki-laki itu. Seperti dalam mimpi. Jikapun ini mimpi, siapapun tolong jangan bangunkan ia terlalu cepat. Dineshcara masih betah di alam mimpinya.
"Ayo makan," ajak Ishara.
Dineshcara menurut. Ia membuka kotak bekalnya lalu berdoa dalam hati, barulah ia mulai makan. Begitupun dengan Ishara. Bedanya dia membeli ayam penyet di kantin.
"Gue mau bicara sesuatu," ujar Ishara membuka topik obrolan agar keduanya tidak terlalu canggung.
Ishara sampai tidak ikut istirahat bersama teman-temannya. Lihat saja di kursi tak jauh dari keberadaan mereka, ada sekitar empat orang yang tengah memperhatikannya dengan Dineshcara. Mereka itu seperti tidak ada kegiatan lain.
YOU ARE READING
Prolog Tanpa Epilog
Teen Fiction"Aku menunggumu hingga hari esok. Jika esok kamu belum juga kembali, maka setiap hari adalah esok." -Dineshcara Elakshi. Bercerita tentang seorang gadis yang mengagumi kakak kelasnya dan bertekad akan mengabadikan sosok kakak kelasnya itu ke dalam s...